20

3.4K 162 6
                                    

Entah sejak kapan Arkan berada di sampingnya. Ikut menumpukan kedua siku pada pagar kayu itu, pandangannya pun ikut jatuh pada hamparan pepohonan disana.

"Sejak kapan kamu menyukainya?" Tanya Arkan tanpa menoleh kearah adiknya- Husna.

"Maksudnya?" Husna menautkan kedua alisnya,karena tidak mengerti dengan pertanyaan abangnya itu.

"Sejak kapan kamu menyukai Satrio?"

Deg

Husna langsung menoleh kearah Arkan, entah karena faktor alam atau memang memang sudah ada magnetnya pada nama itu.

"Abang tahu kamu menyukainya."

"Tapi-" kalimat Husna terpotong.

"Kamu lupa apa yang membuat matamu bengkak seperti itu? Abang udah denger semuanya, jadi gak usah lagi kamu nutupin semuanya dari Abang." Jelas Arkan.

Satu tetes air mata berhasil lolos dari pelupuk mata Husna, dan segera dia menghapusnya. Jujur Husna sangat benci dirinya saat ini, dirinya yang berubah menjadi sangat cengeng saat berada di hadapan Arkan.

"Tak perlu menangis, Abang hanya butuh penjelasanmu."

"Iya, aku mencintainya" jawab Husna lirih.

"Apa dia mencintaimu juga?"

Husna menggeleng. Sungguh sebuah kenyataan yang menyakitkan baginya.

"Lalu kenapa kamu menolak Hadi?"

Husna menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Arkan.

"Karena mereka saudara sepupu"

Sontak Arkan membulatkan kedua bola matanya, kini pandangannya beralih pada Husna.
"Apa? Sepupu?" Tanya Arkan memastikan.

"Sebab itu aku menolaknya"

Kini rasa sesak mulai menghimpit dada Husna, dia tak tahu kenapa setiap pertanyaan yang Arkan berikan seperti menusuk relung hatinya.

"Tapi kenapa kamu masih mencintai dia sedangkan kamu tahu dia tidak mencintai kamu?" Arkan merangkul Husna, membawa tubuh mungil adiknya kedalam pelukan.

"Seandainya cinta bisa memilih, ingin sekali rasanya aku jatuh cinta pada orang lain yang tidak pernah ku kenal sebelumnya atau tak akan pernah ku kenal selamanya."
Lagi-lagi air mata jatuh melewati pipinya. Kini pandangannya lurus ke depan, namun entah dimana jatuhnya pandangan itu - kosong! Seperti tak ada kehidupan lagi pada pandangan itu.

Arkan semakin mengeratkan pelukannya, memberikan sedikit kekuatan pada adiknya yang saat ini tengah rapuh.

"Sebelumnya tak pernah sedikitpun Dalam benakku untuk mencintainya, jangankan untuk mencintai, menyukainya pun tak pernah terfikir olehku. Namun hari demi hari, waktu demi waktu rasa itu mulai tumbuh. Sebisa mungkin aku menolaknya, namun semakin aku mencoba menolak, aku semakin jatuh hati padanya. Sakit memang jika harus mencintai dalam diam, terlebih saat aku tahu bahwa dia mencintai orang lain, dan orang itu adalah sahabat baikku Ica."
Air mata kini telah menganak sungai di pipi Husna.

Arkan hanya diam, inilah waktunya dia menjadi pendengar yang baik untuk adiknya.

Husna pun sudah tak peduli lagi dengan kondisinya. biarlah dia mambagi lukanya pada Arkan. Biarlah dia membagi perihnya hati pada sang kakak.

"Ingin sekali rasanya aku pergi jauh. Jauh hingga tak ada seorang pun yang dapat menemukanku. Tapi takdirku berkata lain, Allah teramat sayang kepadaku, dan aku percaya bahwa sakit ini adalah awal kebahagiaanku kelak, meski aku tak pernah tahu kapan waktunya tapi aku percaya itu."

Mendengar kalimat terakhir Husna membuat Arkan terenyuh. Bagaimana bisa adik kecilnya berbicara seperti itu di saat dia bener-bener sedang rapuh, mungkin Arkan sendiripun belum tentu akan setegar itu jika berada di posisi Husna.

"Semoga kelak kau akan menemukan cinta sejatimu. Tolong berbagilah perihmu padaku. Karena Abang disini untukmu.
I LOVE YOU MY LITTLE PRINCESS."

satu kecupan berhasil mendarat di kening Husna, dan dekapan hangat pun ikut menyelimuti tubuhnya.

I love you too my astroboy. Batin Husna

So sweet 😅
Kenapa harus kakak beradik ini sih yang so sweet?
Jadi pengen kan😝

Aku Bukan PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang