25

3.5K 158 1
                                    

Malam ini bulan begitu sempurna menampakan dirinya, bintang dengan setia menemani sang purnama Agara tak merasa sendiri.

Seorang gadis kini sedang berdiri sendiri di balkon kamarnya, menikmati keindahan sang pencipta yang tak ada duanya.

Dia memejamkan matanya, menikmati sentuhan lembut yang diberikan angin di wajahnya. Tangannya dengan kuat menggenggam pagar besi untuk menopang beban tubuhnya.

Biarlah dia menikmati malam ini sendiri, bertemakan sepi, bersama bulan serta semilir angin yang menemani.

Husna ingin malam ini saja mengistirahatkan hatinya dari cinta yang salah. Cinta yang tak seharusnya berlabuh pada orang terdekatnya.

Perlahan kakinya mulai melangkah menuju kursi yang ada di pojok balkon kamarnya, mendaratkan tubuhnya di sana.
Di atas sebuah meja telah tersedia sebuah pena serta selembar foto yang menampilkan potret dirinya dan Satrio kala itu.

Tanpa dia sadari bibirnya telah membentuk sebuah lengkungan kecil, hatinya terasa sedikit menghangat ketika melihat foto itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa dia sadari bibirnya telah membentuk sebuah lengkungan kecil, hatinya terasa sedikit menghangat ketika melihat foto itu. Dia ingat betul mengapa Satrio menggandengnya seperti itu. Bibirnya semakin tertarik sehingga membuat sebuah senyuman yang manis.

Namun senyuman itu tak dibiarkan lama-lama oleh Husna, dia segera membalik foto itu kemudian mulai menuliskan sebuah kalimat dibalik foto itu.

Aku ingin pergi menjauh darimu, semoga dengan begitu akan ku temukan bahagiaku, meski itu tanpamu.💔

Setetes air lolos dari pelupuk matanya, namun bibirnya mengukir sebuah senyum yang indah.

Aku ikhlaskan dirimu. batin Husna

Kemudian dia menyimpan foto itu di sebuah kotak kecil berwarna biru langit berhiaskan pita merah pada penutupnya.

Kotak yang indah untuk kenangan yang pahit.

Tak terasa malam mulai larut, bulan semakin bergeser dari tempatnya,Udara semakin terasa dingin.
Tapi Husna masih enggan untuk beranjak dari tempatnya, padahal dia tahu bahwa dirinya tidak kuat dengan udara dingin.
Ah sudah biarlah, toh tidak setiap malam dia seperti ini.
Begitu fikirnya.

***

"Selamat pagi" ucap Arkan seraya mengacak-acak rambut adiknya yang telah lebih dulu duduk di kursi meja makan.

"Pagi" balas Husna tanpa menoleh ke arah abangnya tangannya tengah sibuk mengoleskan selai coklat di atas roti.

"Hari ini kita mau kemana?" Tanya Arkan yang kini sudah duduk di kursi kosong yang ada di sebelah Husna.

"Emmm" Husna nampak berfikir.
" Kemana ya yang enak?" Lanjutnya.

"Kamu mau kemana? Biar Abang temani"

"Yang enak kemana?" Husna menyodorkan dua lembar roti yang sudah di oleskan selai kepada Arkan.

"Dek..." Arkan sedikit geram.

Husna malah terkekeh melihat ekspresi abangnya itu.

"Abang keren deh kalo lagi kesel" celetuk Husna.

"Bodo" jawab Arkan dan langsung memakan roti yang telah disediakan adiknya itu.

Akhirnya mereka saling diam, menikmati roti yang menjadi menu sarapan pagi ini.

"oh iya dek, Abang kemaren ketemu Ica sama cowok tapi bukan Satrio. Emangnya dia sama Satrio udah putus?" Akhirnya Arkan memulai pembicaraan setelah mereka telah menghabiskan makanan masing-masing.

"Uhuk" Husna sedikit tersedak, buru-buru dia mengambil segelas air yang tersedia di hadapannya dan langsung meminumnya.
"Abang liat dia dimana?"

"Waktu di jalan kan lagi macet pas Abang pulang kantor, terus Abang iseng nengok kanan-kiri. Gak sengaja pandangan Abang tertuju pada seseorang. Eh gak taunya itu Ica" jelas Arkan pada adiknya.

" Waktu seminggu yang lalu pas Satrio ngajak aku ketaman dia memang sempet cerita sama Husna kalo hubungan dia sama Ica udah mulai renggang"

Husna mulai bercerita.

" Terus dia bilang kayaknya gak mungkin kalo misalkan Satrio sama Ica bakal bersatu lagi, pas aku tanya alasannya Satrio cuma jawab kalo batu ketemu batu gak akan bisa nyatu, tinggal tunggu aja siapa yang hancur duluan."

"Terus?" Tanya Arkan penasaran.

" Ya aku cuma dengerin aja, sampai dia selesai cerita. Terus aku nasehatin gimana baiknya aja"

"Terus Ica gak pernah cerita apa-apa sama kamu?"

"Kalo soal masalah cowok yang ini aku belum tau. Tapi dulu sih sempet dia bilang sama Husna kalo dia tuh cape sama Satrio yang gak pernah ada kepastian, terus kata Ica dia juga sering banget menghilang, gak ngehubungin Ica, gak ngabarin Ica. Terus Ica juga sempet bilang kalo kayak gini terus dia gak tau bisa bertahan atau enggak sama Satrio. Tapi Ica bilang kalo dia udah terlanjur sayang sama Satrio." Jelas Husna panjang lebar.

" Terus pas Ica bilang kayak gitu dan pas Satrio cerita kaya gitu ke kamu, perasaan kamu gimana?"

Deg..!

Seketika terbesit rasa penyesalan di hati Husna kenapa dia harus menceritakan ini pada abangnya, dan pasti selalu ada pertanyaan yang menjebak yang akan Arkan ajukan kepada dirinya.

" Kok diam?" Intrupsi Arkan ketika Husna tak kunjung menjawab pertanyaannya.

" Ya gak gimana-gimana"

"Yakin?" Tanya Arkan lagi.

" Insha Allah Husna udah belajar buat mengikhlaskan saja bang" hanya itu jawaban Husna.
Merasa belum puas dengan jawaban adiknya lagi-lagi Arkan berusaha meyakinkan.

"Lalu?"

"Yaudah biar aja semua mengalir apa adanya, perlahan Husna belajar buat mengikhlaskan semua tentang Satrio. Biarlah Husna kubur dalam-dalam perasaan ini sendiri, biar hati Husna gak makin kecewa nantinya."

Bibir Arkan melukiskan senyum simpul. Hatinya begitu senang mendengar penuturan adiknya.
Dalam hati dia berdoa, semoga Allah selalu meneguhkan hati adiknya agar bisa melupakan rasa itu pada Satrio.

Semoga Allah segera mempertemukan mu dengan seseorang yang benar-benar mencintaimu.
Semoga Allah memberikan seseorang yang benar-benar tulus kepadamu seperti ketulusannya kepada Satrio. Batin Arkan

"Karena cinta gak boleh egois"  lanjut Husna.

Aku Bukan PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang