Hai, kau mawar berduri ku.
Entah mengapa aku selalu merindukan sosok dirimu, meski aku tahu bahwa menyentuhmu membuatku rentan terluka karena durimu.
Tapi apa boleh di kata, hatiku selalu bergumam namamu, meski terkadang logikaku menolak keras akan hal itu.
Hai, kau keindahan yang menyakitkan.
Semoga kelak kau menemukan keindahan yang semestinya. Keindahan yang tak pernah memberikan luka.
Tidak seperti mu, Keindahanmu hanya angan semu untukku.
Hai, kamu! Iya dirimu. Mawar berduri yang menawarkan keindahan untukku namun kau juga memberikan luka di saat yang sama.
Bolehkah aku menyentuh hati mu sebentar saja? agar aku bisa merasakan bagaimana Keindahanmu seutuhnya. Meski aku yakin kenyataan tak akan pernah mengizinkan.
Hai Kamu, iya dirimu! Sosok nyata dalam hatiku namun bayang semu dalam anganku.
Andai kau tahu bagaimana aku sangat mengagumi sosok dirimu, apa kau akan terus-menerus menjadi khayalan bagiku? Apa kau tak ingin menjadi sosok nyata dalam anganku?
Semoga jawabannya tidak.
Aku sudah cukup berterimakasih untuk semua luka yang telah kau beri, untuk semua kenyataan pahit yang telah terjadi.
Kini ku ikhlas pergi, melepasmu agar mekar kembali.
Semoga tak ada lagi cinta di hati ini.
Sebab darimu aku belajar, bahwa cinta ibarat setangkai mawar, semakin ku genggam erat semakin duri menusuk tajam.Dariku yang mencintaimu dalam diamku.
Miftahul Husna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pilihan
Spiritualseandainya cinta bisa memilih kepada siapa ia akan jatuh, aku tidak akan pernah memilih mu