Husna POV
Mungkin hari ini aku sangat lelah, setelah seharian full harus beraktifitas di luar rumah.
Memang bekerja sambil kuliah menyita banyak waktu ku, meskipun aku terlahir dari keluarga yang tergolong berkecukupan tapi aku tidak ingin di manjakan oleh kekayaan orang tuaku.
Jam baru saja menunjukan pukul 21.20 WIB tapi mata ku sudah serasa ada yang mengganduli.
Sebisa mungkin aku menahan rasa kantuk ku, agar bisa lebih lama melepas kerinduan ku pada kamarku yang sejak tadi pagi tidak ku jamah.
Tapi sepertinya rasa kantukku lebih hebat, mataku menyerah dan akhirnya aku mulai terlelap.
Baru saja aku ingin terjun ke dunia mimpi, tiba-tiba alunan lagu nan syahdu dari ponselku berbunyi.
Aku bermaksud untuk mengabaikannya, ku tarik selimut yang aku gunakan untuk menutupi kedua telingaku.
Tapi tetap saja suara itu menusuk gendang telingaku dan itu sangat mengusik tidur ku.
Akhirnya aku memutuskan untuk bangkit dari tidur ku, bersandar di kepala ranjang ku dan mengambil ponselku di atas nakas.
"Satrio?" Aku membulatkan bola mataku ketika melihat tulisan yang tertera di layar ponselku.
Aku langsung saja menggeser tombol hijau.
"Assalammualaikum, kenapa?"
"Waalikumsalam, lagi di mana? Tidur ya?" Mungkin dia mendengar suara ku yang sedikit lirih, makanya dia bertanya seperti itu.
"Iya, kenapa?" Jawabku malas.
Jujur saja aku tidak ingin menerima tamu siapapun malam ini, aku sangat lelah."Gue kerumah ya, gue udah dapet nih"
Aku mengernyitkan dahi.
"Dapet apaan?" Tanya ku yang memang tidak mengerti apa maksudnya.
"Udah, gue kesitu ya. Anak muda malam Minggu jam segini udah tidur" celetuknya.
Walaupun ini malam Minggu tapi bagi ku semua malam sama saja, bukan karena aku tidak memiliki pacar yang menjadi alasan utama tapi aku lebih senang di rumah menghabiskan waktu bersama bang Arkan, abang yang paling aku sayang.
"Yaudah, iya assalammualaikum"
Aku memutuskan sambungan telpon setelah dia menjawab salam ku.Aku menyingkirkan selimut yang dari tadi menutupi sebagian tubuhku.
Berjalan menuju kamar mandi, berganti baju untuk menemui Satrio.
Baru saja aku selesai mengenakan jilbab instan ku,
Tok...tok..
"Dek, ada Satrio di depan" suara bang Arkan yang sepertinya kini berdiri di depan pintu kamar ku.
"Cepet banget" gumamku.
Sesegera mungkin aku membuka pintu kamar ku
"Udah nyampe emng?" Tanya ku pada bang Arkan.
"Tuh, di depan udah nungguin kamu"
"Yaudah aku nemuin dia dulu ya bang" izin ku pada bang Arkan.
"Jangan sampai malem ya dek, gak enak sama orang" kini dia berlalu meninggalkan ku.
Melihat bang Arkan sudah pergi, aku bergegas turun untuk menemui Satrio, teman baik ku semasa SMA.
Aku sudah memasang kuda-kuda untuk tersenyum, tapi semua itu seketika sirna saat aku membuka pintu dan mendapati Satrio yang ternyata tidak sendirian datang ke sini.
"Hi" sapa gadis itu dan melemparkan seluas senyumnya kepadaku.
Aku yang sudah terlanjur basah memasang kuda-kuda, ku teruskan saja melemparkan seluas senyumku kepada mereka
"Nih" Satrio memberikan sebuah kantong plastik yang berisi kebab, "pengen ini kan" lanjutnya.
"Kok, kan gue gak minta" aku mengambil palstik itu dari tangan Satrio.
" Itu khusus buat Lo Husna" gadis itu menyambar.
"Makasih loh " sejujurnya hati ku kecewa, ku fikir Satrio akan kesini sendirian tapi ternyata dia kesini bersama Ica, sahabat baik ku yang belakangan ini selalu ada dalam topik pembicaraan ku dan Satrio.
"Oh iya, duduk-duduk" aku mepersilahkan mereka " emm gue bikin minum dulu ya, mau minum apa?" Lanjut ku.
"Gak usah na, kita udah bawa minum kok" kali ini Satrio yang menjawab.
" Takut gak di kasih minum ya di rumah gue?" Aku berusaha untuk bersikap biasa saja, walaupun sejujurnya hati ku sedang kecewa.
"Ih gak gitu, tadi sekalian mampir" Ica menjawab dengan suara khasnya.
"Ehh kirain" jawabku asal.
"Udah tidur ya?" Tanya Satrio
Aku hanya mengangguk sambil mengusap mukaku untuk menghilangkan rasa kantuk.
"Payah, masa jam segini udah tidur" ledeknya sambil mengusap pucuk kepalaku yang tertutup kerudung.
"Ngantuk Yo, cape" jawabku malas.
"Baru jam segini" kini dia bersandar pada sandaran kursi.
"Jadwal padat mas, hari ini ada jadwal kuliah juga, makanya jam 8 baru di rumah" memang terkadang aku memanggilnya dengan sebutan mas, ketika dia tak kunjung mengerti dengan penjelasan ku.
"Tumben cepet pulang jam 8? Biasanya kalo ada kuliah bisa sampai jam 10 atau malah jam 11?" Satrio mulai mengintrogasi.
Ku lirik Ica yang kini sibuk dengan ponselnya.
"Iya, tdi cuma ada 1 mata pelajaran doang" jawabku
"Oh, terus kerjanya?" Tuh kan benar Satrio memang mengintrogasi
"Ya, Alhamdulillah kerjaannya masih lancar kok" aku membuka kebab yang Satrio bawakan.
"Ca,main hp Mulu si" kata Satrio pada Ica.
Sepertinya Satrio tidak suka jika Ica terus terfokus dengan ponselnya dan mengabaikan Satrio."Hem" hanya itu jawaban ica.
"Ca, Lo gak mau?" Tanya ku.
"Udah duluan tadi na, makan berdua Ama Satrio" jelasnya
Mendengar jawaban ica bola mataku langsung membulat, kebab itu kini tergantung di udara, mulutku yang telah sedikit terbuka seketika langsung merapat kembali tanpa ku suruh.
Sungguh Satrio jahat, dia sungguh jahat, dia bukan hanya merusak jam tidurku tapi dia juga merusak suasana hatiku.
Hi :) semoga kalian suka sama cerita ini :D aku butuh kritik dan saran kalian
Jangan lupa vote ya :D

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pilihan
Spiritualseandainya cinta bisa memilih kepada siapa ia akan jatuh, aku tidak akan pernah memilih mu