41

4.2K 153 24
                                    

Aku sudah terlalu jauh mencintaimu, hatiku sudah terlalu dalam jatuh dalam pelukanmu, rasaku sudah terlanjur nyaman bersandar pada rasamu. Memang harusnya aku tidak terlalu bodoh mengira bahwa kau mencintaiku, padahal tidak. Maaf jika aku telah salah menilai perhatian mu. Semoga kau selalu bahagia bersamanya, dan disini aku akan bahagia bersama cintaku.

Setelah mengirim email itu kepada Satrio, wanita itu menutup laptopnya yang sebelumnya sudah terlebih dulu di beri mode sleep. Matanya sudah berkaca-kaca, namun bibirnya menyunggingkan senyum.

Sungai seine yang seharusnya menjadi tempat yang romantis, berubah menjadi tempat yang dramatis untuknya. Ingin sekali rasanya dia melompat masuk kedalam air sungai itu, yang sepertinya sangat dingin, yang mampu membekukan apapun termasuk luka hati wanita itu mungkin.

Kini Husna menatap lurus sungai seine, laptop putih yang masih ada di atas pangkuannya, bangku panjang yang dia duduki saat ini mungkin merasakan betapa beratnya masalah percintaan yang dia hadapi saat ini.

Husna mencoba menarik nafas dalam-dalam, mencoba menghilangkan sesak di dadanya akibat menahan tangis, bukannya so tegar, tetapi dia memang tidak ingin lagi menangisi Satrio.

Untuk apa menangisi orang yang belum tentu menangisi mu juga. Batinnya

Tiba-tiba seseorang duduk di sebelahnya, menyodorkan sebuah coffe hangat untuknya.
Otomatis kepalanya menoleh kearah orang itu.

"Kau?" Husna sedikit terheran, kenapa pria itu bisa disini lagi.

"Tidak baik menolak rezeki" pria itu sedikit menggoyangkan coffe yang berada dalam genggamannya, memberi sedikit kode agar Husna mengambilnya.

"Kenapa bisa ada disini?" Tanya Husna yang sedikit tidak masuk akal.

"Ini kan tempat umum" jawab pria itu seraya menyeruput coffe miliknya.

"Tapi-"

"Tapi aku selalu muncul setiap kali kau bersedih?" Dengan mudahnya pria itu dapat menebak isi pikiran Husna.

Memang beberapa waktu lalu, tepatnya di akhir pekan Husna tidak sengaja ketempat ini, di saat itu dia benar-benar sedang gelisah, hingga dia tidak tahu harus berbuat apa, dia juga tidak paham apa yang membuatnya gelisah, di saat itu hatinya memang benar-benar tidak karuan, dia benar-benar merasa sedih tetapi husna tidak tahu apa yang membuatnya sedih, dan akhirnya dia hanya bisa menangis tanpa Husna tahu apa yang sedang dia tangisi.
Kemudian laki-laki itu datang dan duduk disebelah Husna, sontak Husna terdiam Karena dia tidak ingin menangis ketika ada orang di dekatnya, apa lagi orang yang belum di kenalnya.

"Menangislah, agar hatimu lebih tenang," itu yang diucapkannya pada saat itu.

Lalu sekarang pria itu ada lagi di tempat ini, di saat Husna sedang bersedih lagi.

"Bukan itu maksudnya"

"Lalu?" Tanya lelaki itu seraya meletakan coffe itu di samping Husna.

"Kau sering ketempat ini?" Tanya Husna yang mulai penasaran

"Tidak"

"Terus"

"Hanya sesekali, ketika aku merasa seperti apa yang kau rasakan saat ini"

Husna sedikit ambigu.
Ketika di perhatikan, sepertinya pria itu bukan orang Perancis, Wajahnya tidak seperti kebanyakan pria disini. Tapi bola matanya berwarna coklat, matanya terlihat tajam ketika menatap.

"Maksudnya kau juga sedang bersedih?" Tanya Husna.

"Tidak, bukan bersedih. Lebih tepatnya menguatkan hati."

Keduanya terdiam, berkelana dengan pikirannya masing-masing.
Sungai seine, senja, coffe, musim gugur, semilir angin. Apa lagi yang kurang romantis dari tempat ini, dari situasi saat ini? Tapi kenapa mereka malah berkelana dengan hati masing-masing?

 Apa lagi yang kurang romantis dari tempat ini, dari situasi saat ini? Tapi kenapa mereka malah berkelana dengan hati masing-masing?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit mulai gelap, matahari telah berganti tugas dengan bulan. Dan mereka masih bertahan di tempat ini, bertahan dengan pikiran dan hati mereka masing-masing.

***

Satrio langsung menutup laptopnya setelah dia membaca email yang masuk.
Tanpa sadar air matanya jatuh membasahi pipinya. Sebelumnya dia tidak pernah meneteskan air mata untuk perempuan mana pun, tapi kali ini air matanya jatuh hanya karena membaca email dari Husna.
Perempuan itu memang megic, dia mampu membuat seorang Satrio yang dingin, keras kepala, dan super cuek itu meneteskan air mata.

Sudah puluhan wanita yang meneteskan air mata untuk Satrio, tapi kenapa hanya satu wanita yang bisa membuatnya meneteskan air mata.

Miris!

Waktu begitu cepat berlalu, setiap detik yang terlewat kini terasa hampa, entahlah mungkin Satrio baru menyadari, bahwa memang hanya  Husna yang dapat memahami sifatnya.

Hubungannya dengan Icha sudah mulai merenggang, alasannya cukup klasik, mereka sama-sama egois, tidak mau mengalah dan terlalu kekanak-kanakan.

Beda sekali ketika Satrio berada di dekat Husna, ketika Satrio marah Husna selalu tahu bagaimana cara menenangkannya, Husna tahu bagaimana cara menarik ulur amarah Satrio, memang hanya Husna yang faham kapan harus tegas dan kapan harus lembut kepada Satrio, sebab itu dulu hampir saja Satrio menjatuhkan hati kepada Husna.

Tapi kini semua tinggal kenangan, cinta dan persahabatan memang bisa merusak segalanya. Apa lagi ketika kau mencintai sahabat mu sendiri, pilihannya hanya dua,

Kau akan memiliki atau kau akan tersakiti.








































-Tamat-

Aku Bukan PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang