30

3.6K 163 10
                                    

Satrio terdiam, tak mengerti apa maksud perkataan Husna.

"Sayang gue lebih dari itu sama Lo, lebih dari seorang sahabat. Harusnya Lo ngerti itu!"

" Maksud kamu apa?"

" Seharusnya Lo ngerti kenapa selama ini gue bela-belain selalu ada buat Lo, kenapa gue selalu ngekhawatirin elo, kenapa gue selalu ngebawelin Lo, karena gue sayang sama Lo." Husna makin terisak ketika mengatakan semua perasaan yang telah dia pendam selama ini kepada Satrio.

"Jangan bilang kalo kamu jatuh cinta sama aku Na." Tepis Satrio.

"Iya gue jatuh cinta sama Lo-" Husna tak bisa lagi melanjutkan perkataannya, kakinya tak kuat lagi menopang berat badannya, entah kemana kekuatannya itu pergi, dan akhirnya dia jatuh terduduk di lantai.
"Harusnya Lo ngerti, gak ada persahabatan yang real antara laki-laki dan perempuan, pasti salah satu di antara keduanya ada yang menyimpan rasa. Dan rasa ini, rasa ini udah gue Pendem dari lama, jujur gue sakit ketika gue tau Lo suka sama sahabat gue, gue iri disaat Lo selalu menjadikan dia sebagai topik pembicaraan kita, gue cemburu sat, cemburu saat gue ngeliat dengan mata kepala gue sendiri bagaimana Lo memperlakukan dia dengan begitu istimewanya." Husna menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Satrio tak bisa berkata apa-apa setelah mendengar penuturan Husna. Lidahnya seakan kelu, dia masih tak percaya bahwa sahabatnya itu benar-benar menyimpan rasa kepadanya.

"Hiks...hiks..." Tubuh Husna semakin kuat tergoncang akibat isak tangisnya.

"Husna" Satrio berlutut di hadapan Husna mensejajarkan tingginya dengan Husna.

" Seandainya cinta bisa memilih gue juga gak ingin memilih Lo, hiks"

"Tapi kenapa?"

"Cinta gak butuh alasan kenapa sat, karena sejatinya cinta tumbuh dengan sendirinya."

"Ya seharusnya-"

"Ya seharusnya gue gak jatuh cinta sama Lo? Gitu kan maksud Lo?"

Satrio kembali terdiam.

"Seandainya sat, seandainya hati gua bisa memilih kepada siapa dia akan jatuh, hati gue gak akan pernah memilih Lo, tapi sayangnya hati ini gak bisa memilih sat. Dan Lo harus tau apa alasan gue buat pindah keluar negeri, itu semua karena Lo, karena Lo sat, karena Lo!" Husna sedikit menekankan perkataannya seraya memukul dada Satrio pelan.
Kini tangisnya tak bisa dia bendung lagi, perasaannya tak bisa dia pendam lagi, mungkin ini sudah waktunya dia mengungkapkan semua yang dia rasakan selama ini.

Satrio kaget bukan kepalang saat mengetahui bahwa sebenarnya dirinyalah yang menjadi alasan mengapa Husna pindah keluar negeri. Di genggamannya kedua tangan Husna, di tatapnya kedua bola mata perempuan yang selama ini dia anggap sebagai sahabatnya.

Di tatapnya kedua bola mata itu lekat-lekat.
"Oh my God, setulus itukah perasaannya?" Batin Satrio.

Husna tak tahu lagi dengan kata apa yang bisa menjelaskan bagaimana perasaannya kepada Satrio, hanya air mata, hanya air mata yang mampu menceritakan bagaimana dia telah memperjuangan Satrio selama ini.

"Tapi kenapa kamu gak pernah jujur sama aku kalo sebenernya kamu suka sama aku?" Dengan nada lembut Satrio memberanikan diri untuk bertanya kepada Husna.

"Gak segampang itu sat"

"Kamu tinggal bilang sama aku, sat gue suka sama Lo"

"Lo pikir semudah itu? Engga sat, enggak semudah itu. Oke, gue bisa aja bilang ke elo dari dulu kalo gue suka sama Lo, tapi setelah gue jujur sama Lo apa Lo bisa tetep Deket kayak gini sama gue? Bisa?" Tanya Husna seraya menatap mata Satrio.

Aku Bukan PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang