ekstra part (2)

3.3K 136 14
                                    

Ada rasa sesak yang saat ini sedang di rasakan, orang yang mencintainya dengan sungguh kini hilang dari penglihatan, ada nafas yang tercekik, dikala orang yang benar tulus dengannya kini jauh dari jangkauan.
Akankah sejuta kata maaf mampu mengembalikannya lagi? Sepertinya tidak, sebanyak apapun kata maaf yang Satrio akan katakan sepertinya tidak akan mampu membawa Husna untuk kembali lagi berada di sampingnya seperti sediakala.

Ingin rasanya waktu kembali dia putar untuk memperbaiki semua kesalahan yang dia lakukan, tetapi itu sama saja seperti mimpi disiang bolong. Husna sudah memiliki kehidupan yang baru, kehidupan yang tidak ingin menyapa bayang-bayang Satrio lagi.

Sudah cukup bertahun-tahun gadis itu menyembunyikan rasanya, sudah cukup bertahun-tahun gadis itu mencintainya dalam diam, meski terkadang rasa cemburu menghujam ya begitu keras tetapi wanita itu tetap diam, seolah semua baik-baik saja.

Meski dia tidak pernah menjadi topik utama dalam perbincangannya dengan Satrio, namun gadis itu tetap setia mendengarkan apa yang Satrio ceritakan, bahkan gadis itu dengan relanya memilihkan hadiah terbaik untuk seseorang yang Satrio cintai kala itu.
Hingga suatu hari dia rela di bawah derasnya hujan menemani Satrio pergi hanya untuk bertemu dengan kekasih hatinya, kekasih hati yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabatnya.

Dulu ketika Satrio sedang jatuh, husnalah yang setia menemaninya, memberinya motivasi, berusaha untuk membangkitkan semangatnya, ketika Satrio sedang jauh dengan penciptanya, Husna yang selalu mengingatkan, Husna yang selalu berusaha menariknya kembali agar dekat dengan sang pemilik alam semesta, hingga Husna rela untuk meminta tolong kepada ustadz untuk mengajari Satrio mengaji.

Namun semua itu seakan tidak ada artinya lagi ketika seseorang datang dalam hidup Satrio, semua seakan terlupakan, ucapan dan motivasi Husna sudah tidak berguna lagi.

Dan kini barulah Satrio benar-benar merasakan kehilangan, orang yang di cintainya pergi, orang yang mencintainya pun sudah tidak ada lagi.
Jatuh, jatuhlah dia sendiri.
Hancur, hancurlah dia sendiri.
Tidak ada lagi yang akan menuntunnya, memberinya motivasi dan mengembalikan semangatnya.
Penyesalan pun seakan tidak berguna saat ini.

Berkali-kali Satrio mencoba untuk menghubungi nomer Husna, tapi percuma nomer itu sudah tidak aktif lagi.
Berkali-kali juga Satrio mencoba mengubungi bang Arkan tapi tidak ada satupun dari panggilannya yang terjawab.

"Agrhhhh" Satrio melempar ponsel yang ada dalam genggaman ke lantai kamarnya.

Dia mengacak-acak rambutnya dengan kasar.
Sungguh mengesankan penampilannya saat ini, seperti orang yang sedang frustasi.
Kamarnya terlihat berantakan, barang-barang berserakan di mana-mana, tidak pada tempatnya.

"Harusnya Lo sadar bodoh, lo tuh bego, jelas-jelas dia cinta sama Lo, tapi kenapa Lo malah...agrhhhh" Satrio berbicara pada cermin yang memperlihatkan bayangan dirinya.

" Haruskah aku mati dulu Na, baru kamu akan kembali kesini untuk menemui jasadku?" Gumamnya.



Waduh-waduh gimana nih???
Harus kah Satrio mati dulu?

Aku Bukan PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang