Krek...
Ku dengar pintu ruangan ini terbuka, sontak membuat pandanganku beralih pada sumber suara.
Hampir saja aku kehilangan keseimbangan saat tiba-tiba Ica berhamburan memeluk ku.
Tubuhnya bergetar hebat dalam pelukanku.aku tak mengerti apa yang telah terjadi."Kenapa?" Tanyaku sambil mengelus lembut punggungnya.
Namun dia tak menjawab, dia masih terisak dalam tangisnya."Kenapa?" Ulangku.
"Hiks..hiks.. dia jahat na, dia jahat sama gue" jawabnya di Sela Isak tangisnya.
"Dia siapa?" Tanyaku bingung.
Aku lepaskan pelukanku darinya, ku pegang kedua bahunya dan ku hapus air mata yang membasahi pipinya."Yaudah ayo kita duduk dulu, jelasin pelan-pelan" ku tuntun dia menuju sofa, Aku ajak dia duduk di sana,dan tanpa ada bantahan dia menurutinya.
"Sekarang tenangin diri Lo dulu, abis itu ceritain sama gue, sebenernya ada apa" aku membetulkan posisi dudukku.
"Dia berubah" ucapnya.
Tatapanku kini lurus menatap matanya. Mencoba mengerti apa yang sedang di rasakannya.
"Berubah gimana?" Tanyaku bingung.
"Dia udah gak kaya dulu lagi, sekarang dia udah cuek banget sama gue, dia udah gak pernah ngabarin gue lagi, chat dari gue aja cuma di read doang. Sekalinya di bales pasti ujung-ujungnya kita malah berantem Na." Sepertinya Ica tak bisa lagi membendung air matanya, satu tetes air mata berhasil lolos dari pertahanannya.
Aku kembali menyeka air matanya yang baru saja jatuh, ku genggam erat kedua tangannya.
" Lo udah coba tanya kedia kenapa dia kaya gitu?"
Dia mengangguk " setiap kali gue tanya pasti jawabannya lagi ada masalah di kantor" jelasnya.
" Dan Lo percaya dengan penjelasannya dia itu?"
"Jujur aja enggak, tapi sekalinya bener kenapa harus gue yang jadi pelampiasannya?" Nada bicaranya seperti tertahan di tenggorokan.
Aku membuang nafas kasar, aku bingung apa yang harus ku lakukan sekarang. Di satu sisi Ica sahabat ku namun di sisi lain Satrio.......
Aku mencintainya.
"Apa mungkin ada yang lain?" Sambung Ica.
Aku terkesiap saat Ica melontarkan kata-kata itu, mataku membulat sempurna saat mendengarnya.
"Gak, gak mungkin ca dia punya yang lain" aku mencoba meyakinkan.
"Tapi mungkin aja kan"
"Tapi gue gak yakin ca klo Satrio punya yang lain, dan setau gue dia gak pernah Deket sama yang lain selain Lo"
Dan gue. Batinku.
"Tapi bisa aja kan Na, buktinya dia berubah sekarang, dia gak pernah ngehubungin gue lagi, dia gak pernah ngasih kabar ke gue lagi, chat gue juga kebanyakan cuma di read doang kan, dan setiap kali gue minta temenin dia apa jawabannya? Pasti sibuk" jelasnya menggebu-gebu.
"Terus maksud sikapnya dia selama ini sama gue apa? Dulu dia selalu ngasih kabar ke gue setiap hari, selalu nanyain kabar, ngingetin gue buat sholat, ngingetin makan, ngajak gue jalan, beliin gue boneka dan segala macem padahal gue gak pernah minta, dan setiap kali gue nolak pemberiannya dia pasti bakal marah. Maksudnya dia tuh apa? Dulu dia bersikap seakan-akan gue ini pacarnya tapi sekarang dia pergi gitu aja, maksud dia apa? Hati Gue sakit na hati gue sakit" lanjutnya, nada suaranya naik satu oktav.
Tapi aku jauh lebih sakit ca, dulu dia pun bersikap seperti itu padaku, tapi bedanya dia tidak pernah mengajakku untuk sekedar jalan berdua, sebab bang Arkan tak pernah mengizinkannya. Namun semua yang dia lakukan kepadamu sama persis dengan apa yang dia lakukan kepadaku, sampai akhirnya kamu datang kedalam kehidupan aku dan dia dan kau merubah semuanya.
Seandainya kamu tahu pada saat itu aku juga ingin menangis sama seperti yang kau lakukan saat ini tapi aku tak tahu harus menangis pada siapa selain Tuhanku, sebab bang Arkan pun tak mengetahui akan hal itu.Jika aku boleh bilang kau jauh lebih beruntung, meskipun dia sekarang berubah,kau tak tahu penyebabnya apa, kalaupun dia telah memiliki tambatan hati yang lain, orang itu bukan sahabat mu. Dan hatimu tidak harus terluka setiap kali kau melihatnya sedang bermesraan dengan yang lain,tak seperti hatiku yang harus rela terluka setiap kali aku melihat mu dengan dirinya.
Dan satu yang harus kamu tahu ca, hanya wanita yang beruntung yang mendapatkan perlakuan seperti itu darinya.Isakan Ica menyadarkan batinku.
"Tapi gue gak yakin kalo dia ada yang lain, Lo tau kan Satrio orangnya kaya gimana? Dia aja cuek banget ca sama cewek-cewek yang coba Deketin dia, udah gitu dia kan bukan tipe cowok yang gampang tergoda sama cewek, kalo cewek itu gak bener-bener bikin dia nyaman"
aku mencoba menjelaskan apa yang seharusnya aku jelaskan.
Dan memang pada kenyataannya Satrio bukan tipe orang yang mudah tergoda. Sebab dari sekian banyak teman wanitanya yang sampai saat ini mampu membuat dia nyaman hanya aku dan Ica."Tapi-"
Suara adzan berkumandang.
"Tapi udah adzan kita solat dulu ya" ku tarik Ica agar bangkit dari tempat duduknya. Ku bangunkan bang Arkan yang keberadaannya sempat ku lupakan. Sebab fikiranku terlalu fokus memikirkan sakitnya hatiku saat itu, dan kini rasa sakit itu kembali lagi. Cinta itu memang buta, bahkan cinta mampu membutakan hati seseorang pada sang pemilik cinta yang sesungguhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pilihan
Spiritualseandainya cinta bisa memilih kepada siapa ia akan jatuh, aku tidak akan pernah memilih mu