Langkahku terhenti saat melihat dua orang pria yang sedang bercengkrama begitu akrabnya tak jauh dari hadapanku kini.
Jantungku berdegup begitu kencangnya saat melihat kebersamaan mereka. Aku masih terpaku dalam posisiku, tak tahu apa yang mesti aku lakukan sekarang.Cukup lama aku menimbang-nimbang, tetap maju atau melangkah pergi. Ku lirik jam tangan yang melingkar di pergelangan kiriku, jam tujuh,satu jam lagi tes beasiswa ku di mulai.
Ya Allah aku harus bagaimana?
Jika aku pergi, aku tidak tahu bagaimana dengan perkembangan kesehatan bang Arkan. tapi jika aku terus maju, aku belum siap bertemu dengan orang yang aku cintai dan mencintai aku di waktu yang bersamaan.Flashback on
Setelah keluar dari rumah sakit,aku tidak langsung membawa bang Arkan pulang.tapi aku mengajaknya kesalah satu mall ternama di daerah Jakarta. Bukannya aku tega, tapi aku rindu menghabiskan waktu bersamanya. Aku berencana mengajaknya makan di salah satu caffe favoritnya, Namun tiba-tiba seseorang datang menghampiri kita."Pak arkan" sapanya.
"Loh dokter Hadi?" Jawab bang Arkan.
Aku menatap pria itu dengan seksama.
"Sepertinya aku kenal" batinku."Kenapa kesini?gak langsung pulang?" Tanya dokter Hadi.
"Di culik dok" jawab bang Arkan sambil melirikku.
Secara otomatis mataku membulat sempurna saat mendengar jawaban bang Arkan. Dan dokter itu pun terkekeh mendengarnya."Dokter sendirian?" Tanya bang Arkan pada dokter itu. Dia pun mengangguk.
"Yaudah yuk gabung aja biar rame"lanjut bang Arkan. Dan musnahlah semua rencanku saat dokter itu menyetujuinya.
Setelah memesan beberapa menu makanan,akhirnya Hadi pun angkat bicara.
"Pak Arkan, boleh saya bicara serius?" Tanyanya sedikit ragu.
"Jangan panggil pak,panggil aja Arkan atau bang Arkan biar lebih akrab" jelas bang Arkan padanya.
"Oh oke pak,eh bang"
"Yaudah mau ngomong apa? Apa ada yang serius dengan luka saya?" Tanya bang Arkan penasaran.
"Bukan soal kesehatan bang Arkan, tapi-" dia menggantung ucapannya.
"Soal?" Tanya bang Arkan penasaran.
Aku yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka pun ikut penasaran."Soal adiknya bang Arkan"
"Uhuk" aku tersedak salivaku sendiri. Kini dua pasang bola mata terpusat kepadaku.
"Soal aku?" Batinku.
Aku menundukkan pandanganku,demi apapun aku tidak berani menatap dua laki-laki yang saat ini sedang terfokus kepadaku.
"Bolehkah saya mengkhitbahnya?" ujarnya.
"Hah?" Aku membekap mulutku setelah melontarkan kata itu.
"Kamu serius?" Keadaan semakin menegang saat bang Arkan mengajukan pertanyaan itu.
"Serius. Jujur telah lama saya memendam rasa ini. Awalnya saya pikir ini hanya ke kaguman semata saat pertama saya melihatnya, Tapi saya salah, rasa ini malah semakin bertambah saat saya melihat betapa sayangnya dia kepada abang, betapa sabarnya dia merawat dan menjaga Abang, padahal banyak sekali beban yang di pikulnya saat itu, tapi dia tidak pernah mengeluh, dan dia hanya mengadukan hal itu pada sang Maha Pendengar. Maaf saya tidak sengaja mendengarnya saat dia tengah menghadap sang illahi Robbi di sepertiga malamnya di mushola rumah sakit, dan saya pun ada di sana saat itu." hatiku mencelos mendengar penjelasannya.
"Dan sekarang saya sadar bahwa saya benar-benar mencintainya" lanjutnya.
Ini gimana ceritanya? Mana mungkin laki-laki yang sama sekali belum Lo kenal, berani-beraninya meminta Lo ke Abang Lo. Itu rasanya..... Gak mungkin.
"Gimana Husna?" Aku terkesiap mendapat pertanyaan seperti itu dari bang Arkan.
"Tapi-" ucapan ku terpotong.
"Aku telah menyebut namamu di setiap sepertiga malam ku." Tuturnya.
Aku terdiam.
"Maukah kau menikah denganku?" Lanjutnya.
Aku semakin bingung di buatnya. Ya Allah aku harus bagaimana ini? Mana mungkin aku menerimanya sedangkan di hatiku ada orang lain.
Aku menarik nafas dalam-dalam.
"Beri aku waktu" putusku.
Flashback off
Ponselku bergetar dalam genggamanku, menyadarkan aku dari lamunan akan hal itu.
My bro
Assalammualaikum dek, udah Sampai rumah sakit? Sudah ketemu sama dokter Hadinya? Terus gimana dengan kesehatan Abang?
Astagfirullah,aku mengucap istighfar setelah membaca SMS dari bang Arkan. kenapa rasanya koridor rumah sakit ini begitu sempit hingga membuat aku susah bernafas.
Aku masih tak bergeming dari posisiku. Mataku mulai memanas, bolehkah waktu berhenti saat ini juga? Jika boleh tolong hentikan Sekarang juga ya Tuhan.
Jeng... Jengggg...
Gimana jadinya? Di terima atau enggak ya? Terus perasaan Husna ke Satrio bakal gimana? Dan kenapa Satrio dan dokter Hadi bisa saling mengenal?
Penasaran?
![](https://img.wattpad.com/cover/122908291-288-k202833.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pilihan
Spiritualseandainya cinta bisa memilih kepada siapa ia akan jatuh, aku tidak akan pernah memilih mu