Mau sampai kapan kau berada disini, menutup mata dan terbaring di atas brankar ini. Kau tahu sudah banyak hati yang mengkhawatirkan mu.
Batinnya seraya mengelus telapak tangan Satrio yang mulai membengkak akibat jarum infus yang sudah satu Minggu menancap ditangannya.Waktu terus berjalan, hari terus berganti, namun Satrio belum menunjukan tanda-tanda bahwa dirinya akan siuman.
" Mau keluar? " Tiba-tiba tangan kekar mengelus punggung Husna.
Dia menoleh, lalu menggeleng kan kepalanya.
" Tidak, biar aku disini saja. Kasian kalau dia harus di tinggal sendiri."" Yakin? Kamu gak jenuh seminggu ini siklus hidupmu hanya rumah, rumah sakit?"
Husna menghembuskan nafas dengan kasar, sejujurnya dia jenuh. Tapi dia harus bagaimana, dia tidak tega melihat Satrio terbaring lemah sendirian disini, sedangkan dirinya bisa bebas kemanapun dia ingin pergi.
"Mau sampai kapan kamu seperti ini?" Tanya Arkan tabu.
" Maksudnya?"
"Mau sampai kapan kamu memperdulikannya sedangan kamu tahu, hatinya untuk siapa."
"Sudahlah bang, ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan soal perasaan. Aku hanya tidak ingin dia merasakan apa yang pernah kita rasakan dulu, saat Abang juga mengalami kecelakaan." Jelas Husna.
" Tapi kamu yakin hati mu baik-baik saja?"
Hati, Baik-baik saja? setelah semua yang terjadi, setelah dia tahu tentang semua kenyataan yang ada. Rasanya mustahil.
Tapi Husna tidak ingin terlalu larut dalam hal itu, kini dia berusaha untuk melepas semua rasa yang ada. Dia berusaha untuk mengikhlaskan takdir yang terjadi."Baik, sangat baik." Jawabnya sambil tersenyum.
Arkan hanya mengangguk setelah mendengar jawaban Husna, kemudian secara perlahan dirinya mundur menjauhi adiknya itu, dan perlahan melangkah keluar ruangan itu meninggalkan Husna dan Satrio disana.
Sebenarnya Arkan tahu senyum yang di berikan Husna hanyalah senyum untuk menutupi luka di hatinya.Kini hanya tinggal Husna dan Satrio di ruangan itu.
Hanya mereka, ya mereka yang saling memiliki rasa yang berbeda." Harusnya Lo gak ngelakuin hal bodoh kayak gini, harusnya Lo bisa mengontrol emosi dan pikiran Lo, bisa gak sih Lo berfikir jernih sebelum bertindak? Coba aja waktu itu Lo gak ceroboh, pasti Lo gak akan ada disini sekarang." Husna mencoba berbicara dengan lelaki yang ada di hadapannya, dia berharap dengan seringnya dia mengajak ngobrol Satrio, bisa memberikan pengaruh pada alam bawah sadarnya.
Tetapi lelaki itu masih tak bergeming, alam bawah sadarnya masih menguasai pikirannya.
" Lo gak kangen sama Icha? Lo gak kasian liat dia mengkhawatirkan Lo? Lo gak ingin jalan lagi sama dia? Dia nungguin Lo sadar Yo." Husna terus saja mencoba untuk memberikan pengaruh pada Satrio.
Namun hasilnya tetap nihil, Satrio masih tidak memberikan reaksi apapun.
Alat pendeteksi detak jantung masih berjalan dengan irama yang sama, itu tandanya detak jantung Satrio masih dalam keadaan normal. Oksigen pun masih terpasang dengan sempurna seperti saat pertama kali di pasangkan disana. Kini luka lebam yang ada di wajah Satrio mulai memudar, dan luka yang di balut oleh perban pun perlahan mulai mengering.
" Cepatlah sadar, gue lelah nunggu Lo disini. " Perintah Husna.
Tiba-tiba ponsel Husna berdering.
Ada satu notifikasi masuk di WhatsAppnya.Assalamualaikum, Na gimana keadaan Satrio? Maaf ya gue belum bisa kesana lagi, gue masih banyak kerjaan. Dan gue belum dapet libur. Maaf gue baru sekali kesana, makasih ya Lo udah mau jagain Satrio.
Ternyata pesan itu datangnya dari Icha, sahabat yang di cintai oleh orang yang dia cintai.
Waalaikumsalam,
Iya gak papa. Satrio masih belum sadar, dia juga belum nunjukin perkembangan apapun. Iya sama-sama, Lo gak usah terimakasih kayak gitu, kan Satrio juga sahabat gue.
Kalo bisa Lo sempetin waktu buat kesini. Mungkin dengan kehadiran Lo Satrio bisa lebih membaik.
Send.Ding...
Iya, nanti gue usahain buat kesana. Gue titip dia ya. Maaf udah ngerepotin Lo.
Oke, tenang aja, gue bakal jagain dia kok.
Send
" Dari siapa?"
Tanya Arkan tiba-tiba, yang saat ini sudah berdiri di samping Husna." Astaghfirullah, abang! Sengaja ya bikin adeknya jantungan?"
" Loh, kamu aja yang terlalu khusu membalas pesan."
" Abang aja yang sukanya kayak hantu, datang tiba-tiba."
" Ngawur" Arkan mencubit pipi Husna.
" Aww, sakit" Husna melepaskan tangan Arkan dari pipinya.
" Lebih sakit mana dengan hatimu?" Tanya Arkan seraya berjalan menuju sofa dan duduk disana.
Memang dasar menyebalkan, sudah tahu jawabannya masih saja bertanya.
Cukup sekian dulu ceritanya hehe😂 maaf kalau feel-nya kurang greget, sengaja di buat tarik ulur feel-nya 😂🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pilihan
Spiritualseandainya cinta bisa memilih kepada siapa ia akan jatuh, aku tidak akan pernah memilih mu