Hyeon kembali ke ruangan Jimin. Jimin tak melihat Hyeon di sana karena dia sedang sibuk menelepon wanita itu lagi. Rasanya dia ingin langsung pergi saja dari kantor dan pulang. Moodnya benar benar hancur sekarang.
"Apa Oppa benar benar tidak bisa mencintaiku?" tanya Hyeon pada kursi putar di belakang meja kerja Jimin, mengatakan seolah olah Jimin berada di sana. Meski nyatanya Jimin masih berada di atap dan menelepon kekasih gelapnya. Baiklah, meski terlihat kasar tapi begitulah nyatanya. Jimin memang sedang menelepon kekasih gelapnya di atap.
"Sial, kenapa aku tidak bisa menanyakan langsung padanya sih?" Hyeon kesal pada dirinya sendiri. Tak beberapa lama, orang yang ingin mengganggu pikirannya itu masuk dengan eyesmilenya yang meneduhkan. Dia tersenyum pada Hyeon untuk menutupi segalanya? Begitu pikir Hyeon. Dia bahkan tahu apa yang suaminya lakukan di belakangnya tapi sulit bagi gadis itu untuk mengungkapkan pada Jimin kalau dia terluka .
Memorinya me-recall kembali tentang kejadian di apartemen Jungkook, yang membuatnya beribu ribu kali lebih melukainya. Wanita itu menggunakan kemeja Jimin tanpa mengenakan apapun. Siapapun tahu apa yang telah mereka lakukan disana ditambah baju baju yang berserakan di lantai itu.
"Aku sudah selesai, kita bisa pulang." kata Jimin.
"Syukurlah, aku juga ingin segera pulang." kata Hyeon kemudian duduk di sofa. Jimin menghampirinya. Duduk mensejajarkan Hyeon dan menatap lekat lekat gadis itu.
"Kenapa kau lelah?" Jimin membelai rambut Hyeon, senyumnya dan garis matanya benar benar melemahkan. Hyeon hanya melengkungkan bibirnya, tersenyum pada Jimin dan mengangguk.
"Tapi kita makan siang dulu sebelum pulang." kata Jimin masih sambil membelai rambut Hyeon dengan perasaan yang bahkan Hyeon tahu persis semuanya palsu.
"Tidak oppa, aku ingin segera pulang. Kepalaku berat." jawab Hyeon.
"Kau sakit?" Jimin langsung meletakkan tangannya ke dahi Hyeon. "Kita ke rumah sakit saja kalau begitu." Hyeon menolak dan bersikeras mau pulang.
"Istirahat di rumah saja paling nanti sembuh." kata Hyeon dan Jimin memilih menuruti mau Hyeon.
****ALL IN****
Pukul 08.00 PM KST
Jimin mengeluarkan lampu cadangan dari gudang dan memasangnya di ruang tengah, sementara Hyeon sepulang dari kantor memilih mengunci diri di kamar. Dia lalu mengetuk pintu kamar Hyeon dan membawa lampu cadangan di tangannya.
"Ada apa?"
"Aku mau memasang lampu cadangan di kamarmu." kata Jimin lalu mencolokkan lampu itu di stop kontak. "Ini akan menyimpan daya jadi kalau nanti malam mati lampu, ini otomatis akan menyala dan kau tidak perlu khawatir lagi."
"Tapi kan ada oppa di sini." jawab Hyeon datar.
"Mm, aku ada urusan sebentar malam ini. Jadi aku tidak bisa menemanimu." Jimin menggaruk tengkuknya. "Aku janji akan segera pulang kalau urusanku sudah selesai."
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (Jimin Version)
FanfictionSatu malampun, Park Jimin tak bisa terlepas dari ruangan bermeja oval dengan deret kartu yang membawanya menjadi seorang raja judi. Mengubah hidupnya yang semula hangat, menjadi malam yang selalu dipenuhi limpahan dosa dari langit demi sang hawa yan...