Vote komen??
Pagi ini setelah kejadian emosional semalam. Hyeon keluar dari kamarnya terhuyung sambil memasukkan beberapa buku ke dalam tas, dia kesiangan setelah semalaman menghabiskan waktu untuk menguras air matanya sampai jam empat pagi. Netranya sembab, tapi dia berhasil menutupinya dengan sedikit polesan make up.
Sedangkan Park Jimin sudah duduk memegang setumpuk roti dan selai di meja makan sejak tadi.
"Terlambat?" tanya Jimin pada Hyeon melihat betapa terburu burunya gadis itu. Hyeon mengangguk cepat sementara tangannya sibuk mengambil sehelai roti tawar di meja dan mengolesinya dengan selai kacang.
"Berangkat dengan supir saja. Aku bisa naik mobil yang satunya. Maaf tidak bisa mengantar, hari ini ada meeting bersama Kak Minjung di Jeju, pesawat kami sebentar lagi." jelas Jimin. Karena memang arah sekolah Hyeon dan bandara berlawanan.
"Langsung pulang?" tanya Hyeon.
Jimin mengangguk. "Tapi sepertinya menggunakan penerbangan terakhir, jadi agak malam. Tidak apa apa kan?" Hyeon hanya mengangguk tenang sembari mengunyah satu gigitan roti tawarnya "Aku sudah menyiapkan lampu cadangan, untuk berjaga- jaga saja." ucap Jimin sambil menunjuk lampu tepat persis di depan kamarnya.
Park Jimin, Dia sudah mulai memperhatikan Hyeon sampai sedetail itu.
"Oppa, aku berangkat." kata Hyeon, langsung meluncur pergi menuju mobil yang akan mengantarnya ke sekolah. Sementara Jimin menuju tempat parkir dan men-starter mobil kesayangan yang sempat terlantar beberapa waktu terakhir ini.
"Long time no see Camilla!" sapa Jimin pada mobil sedan berwarna merah menyala miliknya. Mobil yang sempat tergadai karena kalah taruhan dari Namjoon dan pria tengik itu dengan angkuh malah mengembalikannya pada Jimin. Oke, kenangan itu melesat sebentar di otak lalu buru buru Jimin mengenyahkannya. Ia kemudian menjalankan mobilnya ke apartemen kakak iparnya, Minjung.
"Noona, aku hampir sampai kau bisa turun dan tunggu di lobby?" Jimin menelepon kakak iparnya setelah mobilnya masuk belokan terakhir apartemen Minjung.
"Jim, ada berkas yg kulupa. Aku bingung. Bisa naik dulu? Aku di lantai 15, apartemen nomor 1503." Kata Minjung.
"Baiklah." Jimin mengangguk lalu menutup telepon dan masuk ke parkir basement. Setelah naik hingga lantai lima belas seperti kata Minjung tadi. Jimin sekarang sudah berada di apartment kakak iparnya. Sibuk mencari berkas yang terlewat entah dimana.
"Aduh, maaf Jim jadi repot begini." kata Minjung karena menghilangkan satu berkas penting untuk meeting mereka.
"Atau ku telpon sekretaris Hyun saja. Dia bisa antarkan berkas duplikatnya ke bandara sekarang." jelas Jimin.
"Memang bisa begitu?"
"Apa yg tidak bisa dilakukan CEO noona?" Jimin tertawa.
"Haha, begitu ya. Aduh bodohnya." sementara Jimin menelepon sekretaris Hyun. Minjung mencari ke meja kerjanya yang lain. Mungkin di rak atau di --ketemu!
"Jim, ketemu. Batalkan saja." Kata Minjung setelah memeriksa amplop di bawah tumpukan berkas milik rumah sakit tempat ia bekerja dulu.
"Benar?" Jimin memastikannya sebelum teleponnya pada sekretaris Hyun benar benar ia akhiri.
"Iya. Ini." Minjung menunjuk pada amplop cokelat bertanda cap perusahaan. Menghela nafas lega karena mereka tidak akan terlambat. Jimin dan Minjung langsung bersiap. Turun dari apartemennya menuju basement.
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (Jimin Version)
FanfictionSatu malampun, Park Jimin tak bisa terlepas dari ruangan bermeja oval dengan deret kartu yang membawanya menjadi seorang raja judi. Mengubah hidupnya yang semula hangat, menjadi malam yang selalu dipenuhi limpahan dosa dari langit demi sang hawa yan...