Perjalanan panjang Hyeon akhirnya berakhir setelah berpindah dari satu pesawat ke pesawat lainnya kemudian membawanya mendarat ke Philadelphia International Airport, negara bagian Pennsylvania.
Sebuah mobil mewah membawanya ke sebuah apartemen yang tak kalah mewahnya. Hyeon mendecak kagum melihat tempat yang Jimin pilihkan untuknya dan setau Hyeon ini sangat dekat dengan kampusnya.
"Seharusnya juga tak perlu semewah ini." gumamnya setelah melihat segala macam fasilitas apartemen yang akan menjadi tempat tinggalnya beberapa tahun ke depan.
Hyeon lelah luar biasa, tapi untung saja dia sudah makan bersama orang yang mengantarnya kemari. Dia salah satu teman kak Minjung yang dengan senang hati berkendara dari New York ke Philadelphia hanya untuk menjemput gadis polos yang tidak tahu apa apa soal Amerika.
"Terimakasih kak Yoongi, sudah jauh jauh berkendara dari New York hanya untuk menjemputku. Lain kali kutraktir makan enak kalau aku mampir ke New York." Hyeon melambaikan tangannya sementara lelaki itu tersenyum pada Hyeon.
"Terimakasihnya yang lain saja."
"Hah? Maksudnya?" Hyeon memutar bola matanya, bingung.
"Lain kali ajak saja kakakmu kemari. Aku rindu sekali padanya. Kita terakhir bertemu saat dia akan berangkat ke Papua Nugini, Mmmm mungkin tiga tahun lalu."
"Haha. Yaa tentu saja, kalau ayah sudah sembuh pasti kak Minjung akan menjengukku. Tunggu saja."
Lelaki itu mengusap rambut Hyeon yang digerai panjang. "Aigoo, mirip sekali dengan Minjung sih. Jadi gemas."
Hyeon tersenyum canggung. Dimanapun ia berada, ia memang selalu diperlakukan seperti anak kecil. Apalagi kalau dengan teman kakaknya seperti ini.
Tapi kak Yoongi lumayan juga.
"Kakak dokter juga?" lelaki itu mengangguk.
" Kalau kau sedang jalan jalan ke New York hubungi kakak ya. Berikan nomor ponselmu sini!" Yoongi, pemuda berkulit putih pucat itu menyodorkan ponselnya ke Hyeon. Meminta gadis itu mengetikkan nomornya. Hyeon menurut saja. Tak lama kemudian ponselnya berdering.
"Sudah kutelpon. Simpan ya?"
"Baik kak."
"Oh iya kau mau membereskan barang barangmu kan? Maaf kakak tak bisa membantu. Ada jadwal operasi besok pagi jadi kakak harus segera kembali ke New York."
Kau mengangguk tak masalah. Lagipula kau sudah sangat berterimakasih karena tak perlu bingung mencari alamat dari bandara sampai apartemen. Malaikat berkulit seputih susu ini sudah membantu banyak.
"Tidak apa kak. Aku hanya membereskan beberapa pakaian saja kok." jawab Hyeon.
Yoongi kemudian berpamitan dan kembali ke New York karena urusan pekerjaannya.
Setelah Yoongi pergi, Hyeon mulai membongkar kopernya yang berisi beberapa barang penting. Tapi tak lama ponselnya berdering.
"Ya!! Seo Hyeonjung!" pekik seorang perempuan di ujung telepon.
"Aaaw kak. Berisik. Kencang sekali sih?"
"Kenapa belum menghubungi Jimin kalau sudah sampai? Dia seperti mau mati saja karena tidak ada kabar darimu."
"Aku sedang membereskan koper kak. Bukan tidak mau menghubungi. Ya sudah kalau begitu kabari Jimin oppa aku sudah sampai. Kalian sedang di kantor kan?"
"Enak saja, telepon sendiri! kau kan istrinya."
"Kakak!"
"Ya bagaimana lagi? Aku menyetujuimu pergi ke Amerika bukan untuk mendukungmu berpisah dengan Jimin. Aku ingin kau mengambil waktu untuk memahami perasaanmu sendiri. Oh iya, dan jangan pernahh berpikir untuk jatuh cinta pada Yoongi. Dia itu keliatannya saja diam malas bicara. Tapi kalau merayu wanita sekali tepuk saja bisa berakhir di kasurnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (Jimin Version)
FanfictionSatu malampun, Park Jimin tak bisa terlepas dari ruangan bermeja oval dengan deret kartu yang membawanya menjadi seorang raja judi. Mengubah hidupnya yang semula hangat, menjadi malam yang selalu dipenuhi limpahan dosa dari langit demi sang hawa yan...