Hyeon berakhir sendirian di dalam kamar. Tentu saja menangis sesenggukan hingga satu sisi bantalnya basah. Tak ada perdebatan sebelumnya, hanya kebingungan dari gadis itu yang kemudian terucap lirih dari bibirnya. "Keluar Taehyung!" Pun Taehyung tak harus bersikeras untuk tetap tinggal. Dia sadar dirinya brengsek, kesalahan pertamanya, dan kesalahan kedua adalah dia brengsek pada adik mantan kekasihnya. Tentu saja yang kedua sangat tidak termaafkan. Jadi tak ada alasan Taehyung untuk bertahan disana dan menjabarkan penjelasan.
Laki laki itu melangkah keluar, dari ujung pintu ia sempat menilik gadis yang ia tinggalkan sendirian dengan wajah tak mengerti. Siapapun juga tidak akan mengerti ketika setelah adegan ciuman panas kemudian diputuskan secara sepihak. Benar, Hyeon diputuskan sepihak oleh Taehyung. Mengatakan hal tak masuk akal seperti kita tak bisa bersama.
--
-
Air mata Hyeon mungkin sudah habis pagi ini. Meski begitu. Ia masih sangat malas untuk pergi dari kamarnya. Kebetulan hari ini weekend jadi tidak ada jadwal kuliah. Hyeon bisa menunggui ranjangnya sampai esok Hari dan seterusnya.
Terus mengingat betapa mudahnya Taehyung mengakhiri hubungan mereka membuat gadis itu marah. Ingin meminta penjelasan secepatnya. Kemarin ia terlanjur terkejut hingga kehilangan kata.
Sekarang gadis itu cukup kuat untuk meminta penjelasan.
Bel apartemen Taehyung berbunyi. Berkali kali. Taehyung pun sama kacaunya. Perasaan bersalahnya mendominasi. Tidak tahu bagaimana menghadapi gadis yang sekarang sedang menekan bel terus menerus meski gadis itu tahu kode pintunya. Hyeon itu tahu tata krama. Jadi ia tidak bisa masuk seenak hatinya lagi. Ia meminta kesadaran Taehyung untuk menemuinya.
"Taehyung, aku tahu kau di dalam. Ayo kita bicara!" Suara Hyeon dari intercom.
Tapi Taehyung sama sekali tak beranjak menemuinya. Ia juga melihat Hyeon dari intercom. Matanya bengkak begitu juga hidungnya yang memerah, Taehyung bisa pastikan kalau Hyeon menangis semalaman, karenanya.
Tapi itu tidak membuat Taehyung tergerak dan membuka pintu. Karena ia justru kembali ke dalam kamarnya meski dentingan bel berkali kali terdengar ditelinganya.
Hyeon lemah, jatuh merosot ke lantai. Memeluk lututnya sendiri sembari menunggu Taehyung membuka pintu untuknya.
Pun tak lama, Pintu terbuka. Taehyung juga tak tahan melihat gadis itu menungguinya di depan pintu padahal cuaca sedang dingin begini. Tetap ada rasa tak tega terlebih gadis itu akhir akhir ini adalah orang yang menjadi alasannya untuk pulang kembali ke apartemen.
"Masuklah, disana dingin. Kau bisa sakit kalau terus terusan disana."
Hyeon mendongak, melihat presensi Taehyung yang terlihat sama kacaunya. Gadis itu segera bangkit. "Taehyung kita perlu bicara."
"Kita bicara di dalam." Pun akhirnya Hyeon melangkah masuk ke apartemen diikuti Taehyung di belakangnya. Duduk bersisian di sofa tanpa satu orangpun yang mengeluarkan suara.
"Katamu -- "
"Tae -- "
Akhirnya sama sama membuka suara. "Lanjutkan saja." Ucap Taehyung.
Hyeon menelan ludah, mempersiapkan kalimat mana yang harus ia katakan. Menyumpahinya atau menanyakannya dengan baik.
"Aku ingin tahu alasanmu kenapa kita harus berakhir." Hyeon memutuskan untuk menanyakannya secara baik baik.
Taehyung mendehem, suara beratnya terngiang di kepala Hyeon. "Ternyata aku salah." Mulai Taehyung.
" --- ya aku yang salah."
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (Jimin Version)
FanfictionSatu malampun, Park Jimin tak bisa terlepas dari ruangan bermeja oval dengan deret kartu yang membawanya menjadi seorang raja judi. Mengubah hidupnya yang semula hangat, menjadi malam yang selalu dipenuhi limpahan dosa dari langit demi sang hawa yan...