"Hyung! Kau sudah bangun?" Jungkook datang ke kamarnya dengan sekotak air dan handuk untuk mengompres luka kakak sepupunya. Anak buah J-Hope yang membawanya pulang setelah kejadian itu. Yah, kalau saja tidak ada pria itu entah apa yang terjadi pada Park Jimin."Apa yang terjadi hyung?" tanya Jungkook dengan dengan raut wajah cemas. Jungkook sudah menyangka suatu saat ini pasti akan terjadi. Bar, Casino, pub, atau dunia malam yang lain identik dengan perkelahian dan kali ini Jiminlah yang jadi korbannya.
"Bukan apa apa." Jawab Jimin meringis menahan sakit ketika Jungkook mengompres satu persatu lukanya. Wajahnya lebam di sisi kanan kiri, tepian bibirnya sedikit robek dan tangannya penuh luka.
Jimin meringis setiap ia mencoba menggerakan tubuhnya.
Kim Namjoon sialan
-Umpat Jimin dalam hati.
Tiba tiba seorang gadis membuka pintu kamar Park Jimin dan masuk sekenanya, ia berlari khawatir menghampiri sosok pria yang terbaring di ranjang besar itu.
"Oppa, kenapa bisa begini?" Air mata Hyeon jatuh, gadis itu menangis. Dia benar benar tidak bisa tahan melihat Park Jimin dengan wajah yang dipenuhi luka itu.
padahal Jungkook sudah memintanya untuk tidak menangis di hadapan Jimin. " Jimin Hyung tidak suka wanita cengeng, jadi jangan menangis saat melihatnya." Isi pesan Jungkook pada Hyeon Jung baru saja. Tapi nyatanya Hyeon tak tahan. Bagaimana bisa ia tahan melihat pria yang disukainya atau bahkan yang dicintainya mati matian mendapat perlakuan buruk seperti ini.
"Hyeon, Ken...kenapa kemari? Jam berapa ini?" Dengan terbata Jimin bertanya. Bahkan menggerakkan bibirnya terlihat kesulitan.
"Jungkook bilang kau terluka jadi aku kesini." jelasnya terisak di depan Jimin untuk yang kedua kali. Jimin melirik ke arah Jungkook, tapi tak mengatakan apapun karena ia tak cukup berdaya hanya untuk mengumpat pada Jungkook betapa bocor mulutnya pada Hyeon.
"Tapi ini sudah larut, kau tidak perlu datang." Tentu saja Jimin harus mengatakan itu. Ini jam dua pagi. Bagaimana bisa seorang gadis berkeliaran jam dua pagi dan pergi ke apartemen seorang pria. Oh ralat, dua orang pria.
" Bagaimana bisa aku tidak datang kalau Oppa kesakitan begini." Hyeon berdiri di samping ranjangnya, Ia menyeka air matanya sendiri.
"Hyeon, kan sudah ku bilang jangan menangis di depan Jimin Hyung." Pinta Jungkook dan Hyeon mengambil selembar tisue dari tasnya.
"Iyaa, aku akan berhenti menangis." Hyeon mengelap hidungnya. "Tapi bukankah orang yang membuatmu seperti ini perlu diberi pelajaran?"
"Hyeon, jangan ikut campur urusanku." kata Jimin.
"Tapi kau jadi seperti ini Oppa." Hyeon merasa tidak terima.
Jimin lagi lagi melirik ke arah Jungkook. Yap kodenya berhasil. Jungkook langsung membawa Hyeon ke luar kamarnya.
"Sepertinya Hyung harus istirahat. Karena ini sudah larut. Kau tidur saja di kamarku. Aku akan menunggu Jimin Hyung disini. Besok kuantar kau pulang."
"Tapi Kook...."
"Hyeon, kenyamanan Hyung yang terpenting sekarang. Yaa? Ya?" Hyeon Jung mengerti. Benar Jimin butuh istirahat.
****All In*****
Pagi ini Jungkook dan Hyeon Jung sudah sibuk di dapur apartemen Jimin. Mereka membuat sup dan bubur untuk Jimin dan sarapan untuk mereka. Hyeon dengan cekatan menggunakan pisau dapur dan peralatan masak lainnya. Sampai Jungkook pun terkesima.
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (Jimin Version)
FanfictionSatu malampun, Park Jimin tak bisa terlepas dari ruangan bermeja oval dengan deret kartu yang membawanya menjadi seorang raja judi. Mengubah hidupnya yang semula hangat, menjadi malam yang selalu dipenuhi limpahan dosa dari langit demi sang hawa yan...