Readernim, mana suarranyaaah ?? Absen dulu coba vote sama komennya.
Pagi ini mereka sarapan bersama di ruang makan setelah Hyeon mengetuk pintu kamar Park Jimin. Tak bisa disembunyikan, Wajah bahagia Park Jimin terpancar jelas saat tubuh kecil itu muncul di depan daun pintu kamarnya menawari sarapan bersama.
Tanda ingin berbaikan? Mungkin?
"Oh sialan memang, dia masih sangat membuatku jatuh cinta!" Ucap Hyeon ketika melihat Jimin dengan kemeja kantornya dan dasi yang belum diikat sempurna.
Tentu saja, kalimat itu tidak pernah keluar dari mulutnya pagi itu. Bertentangan dengan hatinya, logikanya mengkomando penuh apa yang ia katakan pada Park Jimin di meja makan pagi ini.
"Wae?" tanya Jimin.
"Sarapan." Jawab Hyeon menunjuk ke arah meja makan.
Satu cangkir kopi, segelas susu dan beberapa helai roti, selai kacang dan strawberry sudah tersedia di meja makan.
"Amerika? Tidak Hyeon!" Tolak Jimin. "Ibu memintamu untuk tetap belajar di Korea, kau juga tahu itu kan?" Jimin menolak mentah mentah permintaan gadis yang sekarang sedang mendebat tentang keinginannya untuk melanjutkan studi di luar negeri. Jadi ini lah kenapa ia ingin mengajak Jimin sarapan bersama.
Berbaikan? Buang jauh jauh saja pemikiran itu Park Jimin.
"Kenapa? Bukankah kau senang kalau aku pergi jauh? Aku tidak akan menyusulmu ke casino atau mencegahmu pergi kalau kau ingin tidur bersama si Seulgi Seulgi itu. " sarkas Hyeonjung.
" Hyeon, Universitas di Korea juga banyak yang bagus kalau hanya jurusan bisnis." begitu cegah Jimin. Jimin tidak ingin membahas Seulgi sekarang karena keputusan Hyeon untuk kuliah di luar negeri lebih penting untuk dibahas.
"Oppa bilang aku boleh melakukan apapun selain bercerai." Hyeon mempertanyakan kata kata Jimin beberapa waktu lalu, dan sukses membuat Jimin membeku di tempat. "Aku ingin kuliah di Amerika. Lagipula Universitas yang ku pilih juga jauh lebih bagus daripada di Korea." tegasnya.
"Lalu bagaimana dengan ibu? Ibu setuju?."
"Kalau Oppa mengijinkannya ibu pasti mengijinkannya." Hyeon bersikeras. "Sebenarnya aku juga tidak butuh ijin karena aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan. Persis seperti katamu saat itu. Iya kan?"Hyeon kembali menegas.
Onyx mata Jimin menatap Hyeon lekat-lekat. Jimin benar benar tidak menginginkan perceraian, tapi pergi ke luar negeri. Bukankah sangat berlebihan?
"Hyeon, kau harus bertindak sejauh ini?"
"Hanya ini yang bisa ku lakukan selain bercerai denganmu, Oppa." jawab Hyeon. Keputusan yang membuat Jimin frustasi.
"Tapi Hyeon -- Amerika rasanya terlalu jauh."
"Memang, lebih jauh lebih bagus. Rasanya akan hampir sama dengan bercerai denganmu bukan?" percobaan yang bagus, Menggertak Park Jimin
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (Jimin Version)
FanfictionSatu malampun, Park Jimin tak bisa terlepas dari ruangan bermeja oval dengan deret kartu yang membawanya menjadi seorang raja judi. Mengubah hidupnya yang semula hangat, menjadi malam yang selalu dipenuhi limpahan dosa dari langit demi sang hawa yan...