18. Jimin's

387 49 13
                                    

Coba deh membudayakan pencet vote, read trus nulis komen.

  "Kita bahas ini nanti. Kita perlu makan malam sebelum membicarakan banyak hal." lanjut Jimin.   

"Aku tidak mau makan malam." kata Hyeon lagi. Jimin mendekati gadis itu. Menunduk, melingkarkan kedua tangannya ke perut Hyeon. Memeluknya dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu gadis itu.  

"Jangan keras kepala, hm." kata kata itu benar benar terdengar meneduhkan. Jimin lantas mencium puncak kepala Hyeon, tapi gadis itu hanya terdiam. Seolah meneguhkan diri untuk tidak goyah pada perlakuan manis Jimin yang bertubi tubi padanya. 

"Kau bilang belum mau membahasnya, tapi sekarang mengatakan hal hal yang tidak masuk akal begini. Kau ingin kita bicara sekarang? Kita bisa skip makan malam kita hari ini dan ayo kita bicara serius." Jimin bicara dengan sangat hati hati. Pernikahan mereka benar benar berada di ujung tanduk sekarang. 

"Tidak aku mau tidur." Hyeon melepas  pelukan Jimin padanya. 

"Hyeon, ku mohon." 

"Aku sudah tahu semuanya, semuanya. Jadi Oppa, berhentilah memaksakan diri. Ayo bercerai saja." Kata kata terakhirnya melemah. Sorot matanya sendu, bahkan kristal kristal sudah terbentuk di sana terbendung dengan susah payah. 

  "Tidak kau belum tau semuanya."

" Oppa!" 

"Kau boleh katakan apa saja, Kau boleh menyumpahiku kau boleh memukulku kau boleh meminta apapun padaku, aku akan mengerti."tegas Jimin. 

"Aku pasti sudah gila." Hyeon berdiri dari kursinya, berjalan sekuat tenaga menuju kamar yang selama ini dihuninya selama menjadi istri Park Jimin. 

"Hyeon-" panggil Jimin. "--maafkan aku." 

Gadis itu tak bergeming sedikitpun. Bahkan suara penyesalan Jimin seakan tak terdengar di telinganya. Menguap seperti asap. Pembicaraan mereka berhenti malam itu, hening seketika, yang terdengar hanya suara air yang mendidih membentuk gelembung gelembung panas. Suaranya menyadarkan lamunan Jimin,  mengambil tindakan sigap mematikannya kemudian pergi begitu saja membiarkan dapur berantakan tak diisentuh lagi. Makan malam ditutup bahkan ketika belum sempat dibuka.



Park Jimin pov

Kalian menyumpahiku bukan? tertawa puas karena Hyeon berniat menceraikanku? Aku pantas mendapatkannya? 

Yah, tentu saja, ku rasa aku memang pantas mendapatkannya. Bagaimana tidak? Mempermainkan Hyeon sedemikian kejamnya, bermain-main di belakangnya, dan berniat balas dendam padanya. 

Brengsek? 

Ya. 

Mungkin  lebih dari itu. 

Tidur dengan Seulgi, meninggalkan Hyeon setiap malam demi bersama Seulgi. Ah wanita itu terus saja membiusku. Membuatku mabuk dengan pesonanya hingga rasanya ingin selalu menidurinya berkali-kali. 

Belum lagi soal balas dendamku pada Hyeon. Membuatnya tersiksa dengan sikap sikap dinginku selama ini dan pengkhianatanku di depan matanya.  Seharusnya aku balas dendam pada ayahnya bukan pada gadis itu. Meski tentu saja aku sudah tak berpikir untuk membalaskan dendamku pada siapapun. 

Aku belajar tentang perusahaan, Seoul Drill yang sejak tadi Hyeon tawarkan padaku. Bagaimana perusahaan itu akhirnya jatuh pada ayah Hyeon, aku belajar dan  menyelidiki diwaktu senggangku, bagaimana mekanisme akuisisi perusahaan terjadi. Aku yang salah mengerti, aku yang belum tahu apapun soal perusahaan lalu mengambil kesimpulan kalau Ayah Hyeon mencurangi ayahku dan mengambil keuntungan untuk itu. Sebenarnya tidak ada, tidak ada yang seperti itu.  Bagaimana aku bisa sebodoh ini mempercayai rumor yang tak berdasar itu. Aku benar benar merasa kehilangan diriku. Diriku yang hangat, yang ceria, yang memikirkan orang lain, yang mencintai keluargaku.  Aku jatuh menjadi kelam, setelah berada di tempat yang sempat membuat namaku menjadi raja. Raja Judi, King of the Gambler, yang menjadi tempat keseharianku menghabiskan malam malam yang menggila itu. Semuanya berawal dari sana. Casino and Bar yang dikelola oleh J-Hope. 

All In (Jimin Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang