"Aku hanya berpesan padamu sebagai -- yaaah anggap saja kakak? Kau harus memikirkan banyak hal jika menyangkut laki laki, terlebih laki laki itu. Mengerti?"
Itu adalah kalimat terakhir ketika Min Yoongi berpamitan pada Hyeon. Gadis itu tak mengerti kenapa Yoongi menasehatinya tentang hubungan mereka. Alasannya adalah seorang gadis tak bisa memberikan perasaannya secepat itu pada seorang pria. Tidak cukup logis, tapi karena Yoongi adalah teman kakaknya. Dia memilih untuk mendengarkannya dengan baik.
"Aku harus kembali, kau bisa istirahat. Maaf mengganggu malam malam." ucap Yoongi di depan pintu apartemen Hyeon. kemudian melangkah menuju lift. Tak merasa nyaman dengan apa yang terjadi. "Situasi macam apa ini?" desah Yoongi kemudian. Setelah sampai di lobi. Entah kenapa tubuhnya tidak mau bergerak untuk keluar dari lift, jari telunjuknya malah kembali menekan satu tombol dan lift segera melesat ke atas. Kembali ke lantai sebelumnya dan menekan bel dengan tak sabar. Perasaannya gundah setengah mati.
Pintu terbuka menampilkan sosok yang tadi is temui. Ia tak berekspresi sedikitpun.
"Wow, lama tak bertemu Min Yoongi" suara berat Kim Taehyung terdengar setelah pintunya terbuka.
"Kita perlu bicara." Kata Yoongi.
"Kau sepertinya suka sekali ya bicara denganku sampai --- ?" ketika Taehyung belum menyeselaikan kalimatnya, Yoongi menerobos masuk, melewati si pemilik apartemen yang masih berdiri membeku di depan pintu.
"Ya! Ini apartemenku bisa sopan sedikit ---"
"Apa Minjung tidak cukup Kim Taehyung?" Sela Yoongi ketika Taehyung bahkan belum menyelesaikan kalimatnya.
"Oh jadi masalah ini. Kau Tau jelas kalau it bukan urusanmu."
"Kau tidak memikirkan perasaannya kalau dia tahu?" tanya Yoongi.
"Kau tidak tahu apa apa tentangku dan Minjung. Jadi berhenti mengurusi urusanku."
"Kalau itu tentang Minjung, tentu saja itu urusanku." tegas Yoongi. Matanya mencecar Taehyung untuk menjelaskan kenapa ia harus memacari Hyeon.
"Kenapa? Masih mencintai Minjung?" ejek Taehyung. "Menarik sekali, kabar baik untukmu karena aku dan Minjung sudah putus dan kabar buruk untukmu karena --- ."
"Kenapa harus Hyeon? Kenapa harus gadis itu?" Sela Yoongi lagi. Matanya berkilat. Sungguh bagi Taehyung Yoongi terlalu berlebihan untuk mencampuri kehidupannya.
"Aku menyukainya." jawab Taehyung tanpa pikir panjang.
"Kenapa? Karena mereka berdua terlampau mirip?" Yoongi tertawa remeh. Taehyung bahkan terkejut kalau Yoongi juga menyadari itu. Apakah itu juga alasan Yoongi berada di depan pintu apartemen Hyeon tadi. Jadi hubungan macam apa yang Yoongi dan Taehyung miliki.
"Mirip atau tidak itu hanya kebetulan." jawab Taehyung yang masih tak mengerti keadaannya.
"Kebetulan kau bilang?" Yoongi terkekeh lagi. "Bodoh!"
"Min Yoongi dengar, Aku tak mengerti apa masalahmu padaku. --"
"Aku juga tak mengerti apa masalahmu dengan Minjung sampai kau harus memacari adiknya juga!" Sela Yoongi, suaranya meninggi. Membuat mata Taehyung fokus pada manik Yoongi yang menggelap.
"A -- a- dik? Siapa yang adik?" Tanya Taehyung terbata. Mencerna kalimat lawan bicaranya yang tidak ia mengerti.
"Jangan pura pura terkejut bodoh!" seru Yoongi. Mengatur nafasnya karena emosi yang memuncak.
"Siapa yang kau bilang adik Minjung, brengsek!?!" Suara Taehyung sama meningginya. Bahkan melebihi suara Yoongi yang sudah naik satu oktaf dari biasanya.
"Kau benar benar -- Hyeon Jung. Seo Hyeon Jung. Gadis yang bersamamu baru saja. Kau tak sadar? Kau idiot atau apa?"
Taehyung tak menjawab lagi. Rahang Taehyung merosot. Matanya berputar tak beraturan dan mencari tempat untuk memfokuskan pandangannya. Ini bahkan sama mengejutkannya dengan kesalahpahaman dirinya tentang Minjung yang menikah dengan sahabatnya sendiri. Park Jimin.
"Hyeon? Adik Minjung?" tanyanya tanpa gelagat. Ingin tidak percaya pada kata laki laki pucat di hadapannya. Tapi melihat bagaimana marahnya Yoongi, Taehyung tak bisa menganggapnya main main.
"Kau tidak tahu? Sungguh?" Yoongi tertawa miris. Mengejek laki laki yang kini ada di hadapannya. Laki laki yang kini butuh kepastian di kepalanya terduduk di sofa. Tiba tiba kepalanya pusing.
"Putuskan Hyeon!"
"Gila!"
"Kau akan meneruskannya? Membuat dia menjadi bayang bayang Minjung?"Taehyung tak menjawab. Masih mencoba memahami keadaan macam apa yang ia hadapi sekarang.
"Gadis itu terlalu baik untuk kau jadikan bayangan. Taehyung." Ucap Yoongi untuk yang terakhir kalinya sebelum dia keluar dari sana.
Taehyung mendongak, menyandarkan punggung dan kepalanya di sofa. Membuat semua perasaan bercampur. Bahkan efek 'Minjung' baginya masih sangat dahsyat hanya dengan menyebut namanya saja dan Taehyung tak pernah menyangka kemiripan mereka bukan karena kebetulan semata, tapi karena pengaruh genetik. Bodohnya Taehyung tak menyadari hal semendasar ini. Sekarang ia sudah berpacaran dengan Hyeon, lalu apa yang harus ia lakukan?
Tiba tiba kalimat Yoongi terngiang di kepalanya begitu saja. "Hyeon terlalu baik untuk kau jadikan bayangan Taehyung."
Taehyungpun bertanya tanya pada dirinya sendiri. Apa dia memang benar membuat Hyeon seperti bayangan atau dia benar benar menyukainya. Seperti yang ia lantangkan berkali kali selama sebulan ini.
Bip bip. Ponsel Taehyung berkedip.
Hyeon: Tae, sudah tidur?
Taehyung : Wae-yo?"
Hyeon : Aku hanya ingin melihatmu sebentar. Bisakah kau keluar?
TAehyung : Aku sudah ditempat tidur. Bisakah kita bertemu besok saja?
Hyeon : Kau kenapa? Sakit?
Ponsel Taehyung bergetar, Hyeon meneleponnya.
"Kau sakit?" tanya Hyeon.
"Tidak, mungkin sedikit lelah setelah jalan jalan." jawab Taehyung dengan suara seraknya.
"Apa aku perlu kesana? Tak Ada yang terjadi pada lukamu kan?"
"Huh? Tidak usah sayang. Kita bisa bertemu lagi besok. Aku baik baik saja. Hanya lelah."
Hyeon mengangguk pasrah. Sedikit kecewa karena tak jadi bertemu dengan Taehyung malam itu. Sementara Taehyung mengacak acak rambutnya frustasi tak berkesudahan.
"Kenapa aku tidak mau bertemu dengannya?" perasaannya berdesir. Menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Kim Taehyung kacau.
"Ini jelas tidak benar Kim Taehyung!" Gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (Jimin Version)
FanfictionSatu malampun, Park Jimin tak bisa terlepas dari ruangan bermeja oval dengan deret kartu yang membawanya menjadi seorang raja judi. Mengubah hidupnya yang semula hangat, menjadi malam yang selalu dipenuhi limpahan dosa dari langit demi sang hawa yan...