Vote komen yorobun?
"Gawat!" pekik Hyeon. Ketika dia baru saja selesai melakukan konsultasi pendidikan untuk studinya ke Amerika.Dia mendapat pesan dari ibunya kalau beliau akan datang berkunjung dan menginap. Pesan itu terkirim tiga jam yang lalu dan ibunya mungkin akan sampai di rumahnya satu jam lagi.
"Aduh, bagaimana ini? Jelas tidak sampai kalau membereskan semua barang barang di kamar." Hyeon berlari cepat memanggil taxi, tapi tak ada yang kosong karena ini jam jam sibuk orang orang pulang dari kantor dan siswa yang pulang dari les tambahan.
"Pasti banyak yang harus dipindahkan. Kak Minjung saja sadar, apalagi ibu." Hyeon bergelut dengan pikirannya. Memikirkan apa yang harus ia lakukan. Menelepon kakaknya, Minjung dan memintanya menahan ibu agar menunda kepergiannya setidaknya sampai dua jam lagi tapi tak berhasil.
"Tidak mungkin kan aku menghubungi Oppa?"
-
-
-
-
Telepon hari sabtu malam itu membuat Park Jimin sibuk. Pasalnya, Hyeon akhirnya mau tidak mau meneleponnya dan memberi kabar mendadak bahwa ibunya akan datang ke rumah dan menginap di sana. Jadi sekarang dia sedang sibuk mondar mandir mengosongkan isi lemari Hyeon, kotak kosmetiknya dan juga barang barang di kamar mandi.
"Oppa, ibu belum sampai kan?" Jimin menggeleng. Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam dan berlari masuk ke rumahnya seperti dikejar setan.
"Ayo bantu aku membawa baju bajumu." kata Jimin. Hyeon langsung meletakkan tasnya di sofa dan langsung masuk ke kamar. Naik turun tangga memindahkan barang barang pribadinya di kamar tamu yang akan dicurigai ibunya -- kalau masih berada di sana-- ke kamar utama, kamar Jimin, kamar yang memang seharusnya ditinggali mereka berdua.
"Bajumu banyak sekali sih" gerutu Jimin.
"Ini saja sudah ku berikan ke panti asuhan beberapa. tadinya lebih banyak."
"Ini melelahkan Hyeon, sungguh."
"Ya sudah duduk saja dengan manis di ruang tamu. Aku selesaikan sendiri sisanya." kata Hyeon sedikit kesal. Dia bahkan tidak pernah meminta apa apa pada Jimin sebelumnya tapi Jimin banyak sekali keluhannya. Ini saja kalau tidak kepepet, dia tidak akan meminta bantuan Jimin.
"Eeii jangan marah, aku kan cuma bercanda." kata Jimin, sembari tersenyum hingga eyesmile-nya terbentuk seperti bulan sabit yang tentunya masih membuat Hyeon berdebar. Tangan kanannya mengusak rambut Hyeon sementara tangan kirinya membawa keranjang berisi peralatan mandi gadis itu. "Kita harus selesaikan ini dengan cepat sebelum ibu datang, ayo!" Jimin kembali naik ke kamarnya meninggalkan Hyeon yang masih membisu karena detak jantung yang bertalu dengan cepat tanpa komando.
"Heii, Bukan waktunya berdebar Hyeon!" Ucap gadis itu dalam hati sambil menggeleng kepalanya cepat. Mereka meletakkan baju baju, peralatan mandi, make up dan buku buku terserak di lantai dan sofa kamar Jimin. Kalau memasukan semua kr lemari waktunya tidak akan cukup, yang penting semua barang barangnya masuk dulu ke kamar Jimin. Hyeon akan membereskannya besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (Jimin Version)
FanfictionSatu malampun, Park Jimin tak bisa terlepas dari ruangan bermeja oval dengan deret kartu yang membawanya menjadi seorang raja judi. Mengubah hidupnya yang semula hangat, menjadi malam yang selalu dipenuhi limpahan dosa dari langit demi sang hawa yan...