25. Has a bright day come?

353 42 4
                                    

Votement juseyo 💜💜

Gurat cahaya matahari pagi yang menelusup ke celah jendela kamar membangunkan Park Jimin. Matanya lekat pada gadis yang masih terpejam di sampingnya. Tidur dengan selimut sebatas dada. Mengekspos punggung dan bahu mulusnya yang tak membuat Jimin beranjak dari sana. Ia tahu mungkin akan sedikit terlambat jika ia tak membangunkan gadis itu sekarang. Tapi ide buruk juga kalau dia harus terlambat meeting pagi ini bersama klien dari Hongkong.

"Selamat pagi." sapa pria yang kini melingkarkan tangannya di pinggang Hyeon. Sama sama tak memakai pakaian apapun kecuali berbagi selimut tebal berwarna cream di ranjang besar mereka. Hyeon malu setengah mati melihat keadaannya sekarang dan saat mengingat apa yang terjadi padanya dan Jimin semalam. "Kau harus cepat bangun, ini hari senin. Jangan lupa kalau kau itu masih sekolah." bisik Jimin ditelinga Hyeon. Membuat gadis itu bergidik geli tapi segera sadar karena dia harus menjalankan tugasnya untuk belajar di sekolah.

"Enghm --" Hyeon menggeliatkan tubuhnya merenggangkan tulang tulangnya yang mungkin saja remuk semalam.

Ia lantas menatap pria disampingnya yang dengan percaya diri memperlihatkan setengah badan bagian atas, mempertontonkan tubuh atletis yang luar biasa menggiurkan. Hyeon bahkan heran kapan suaminya ini memiliki waktu untuk membentuk tubuhnya.

"Tolong Hyeon, jangan menatapku seperti itu atau kau sedang berencana terlambat di pelajaran pertamamu?" cetus Jimin ketika ia mendapati mata gadis disampingnya menatap Jimin tanpa jeda.

"Tidak bisa, aku ada kuis hari ini." kata Hyeon singkat mengingat hari ini gurunya akan memberikan beberapa soal untuk dimasukkan ke dalam penilaian peringkat sekolah. Ia lalu bergegas ke kamar mandi. Menarik seluruh selimutnya dan menyisakan Jimin yang hanya -- oke, tak perlu disebutkan.

"Wow, Hyeon jangan sembarangan menarik selimut!" pekik Jimin yang tak gadis itu pedulikan. empat puluh lima menit lagi bel masuk sekolahnya berbunyi dan dia masih belum mandi atau bersiap apapun. Kalau tidak bergerak sekarang pasti dia terlambat pikir Hyeon. "Maaf, tapi aku buru buru." Gadis itu segera masuk ke kamar mandi, Jimin yang tak terbalut apapun akhirnya mengambil bathrobe di lemari mengenakannya dan menunggu Hyeon keluar dari kamar mandi.

"Harusnya mandi bersama saja biar cepat." Gumam Jimin. Tak lama, dia malah tertawa sendiri. "Bagaimana bisa cepat kalau mandi bersama. Dasar bodoh! Eung-- tapi sejak kapan aku jadi bodoh begini?" Dia kemudian terkekeh lagi karena kalimatnya sendiri.

Ponselnya berdering, sepagi ini yang biasa meneleponnya adalah Pak Lee mengabarkan soal jadwal pertemuan hari ini atau hal lain tentang pekerjaannya. Jimin mengambil ponselnya, tapi tebakannya salah. Maniknya tak berhenti menatap nomor yang lagi lagi menghubunginya seperti semalam. "Lagi?" Jimin menghela nafas. Ia bersumpah tidak akan ada lagi wanita itu di hidupnya, tak ada lagi yang tersisa dari perasaannya untuk wanita itu. Kali ini semuanya harus untuk Hyeon, istrinya. Tanpa ragu Jimin menggeser gambar ponsel berwarna merah di layar dan menjatuhkan ponselnya ke ranjang. Dia baru saja mendapatkan kepercayaan Hyeon jadi Jimin tidak seharusnya berurusan dengan wanita itu lagi.

Ponselnya lagi lagi berdering, membuat Jimin mengusap wajahnya sedikit jengah. Berpikir akan mengangkat atau membiarkan saja sampai panggilan selesai dengan sendirinya. Tapi tak lama panggilan terputus. Diiringi kenop pintu kamar mandi yang terbuka. Menampilkan gadis yang semalam baru saja digagahinya dengan rambut basah berantakan. Jimin segera menggelengkan kepalanya keras. Tidak sekarang! batin Jimin. Gadis yang berdiri canggung di depan kamar mandi sekarang harus berangkat sekolah tepat waktu, teguhnya.

"Sudah selesai?" tanya Park Jimin. Hyeon mengangguk.

"Aku mau ganti baju lalu menyiapkan sarapan. Oppa mau mandi kan?" Gantian Jimin yang mengangguk. Tepat setelah Jimin akan melangkah menuju kamar mandi ponselnya lagi lagi bergetar. Nomor yang sama lagi. Tanpa menunggu lagi Jimin buru buru me-reject panggilan dan meletakkan kembali ke nakas.

All In (Jimin Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang