Hyeon sedang berjalan mondar mandi di kamar mandi Park Jimin, oke sekarang anggaplah ini adalah kamar mandi mereka berdua. Hyeon sudah selesai menggosok gigi dan membersihkan sebagian wajahnya. Tapi perlu keberanian berkali kali lipat untuknya keluar dari sana. Sementara diluar sana, Park Jimin sedang duduk meluruskan kakinya dan bersandar di headboard dengan kacamata bulat bertengger di hidungnya setelah mereka berdua masuk ke kamar. Entah laporan apa yang ia baca serius sekali. Hyeon hanya mengintip dari pintu kamar mandi. Dia benar benar tidak mau keluar karena terlalu memikirkan suasana seperti apa yang akan terjadi pada mereka berdua jika dia keluar.
"Apa aku tidur di bathtub saja ya?" Hyeon mengacak acak rambutnya memikirkan apa yang harus ia lakukan di dalam sana.
Tentu saja pemikiran konyol macam apa yang ada di otaknya sekarang meski itu adalah hal yang paling mungkin dia lakukan kalau dia benar benar enggan keluar. Gadis itu mungkin sudah setengah jam berada di kamar mandi dengan sangat gelisah. Duduk di atas kloset sambil terus menghela nafas, menendang nendang kakinya ke udara karena tidak tahu harus berbuat apa.
"Hyeon!" Pintu kamar mandi kemudian diketuk oleh Park Jimin. "Kenapa lama sekali? Kau baik baik saja kan?" Hyeon semakin gelisah ketika suara itu memanggilnya dari luar.
"Huh, iya sebentar." Dia buru buru membereskan rambutnya yang berantakan dan pelan pelan keluar dari kamar mandi. Mengatur nafas sebelum membuka kenop pintu.
Cklik
Kepalanya menyembul muncul lebih dulu diantara pintu. "Ada apa?" pertanyaan yang sangat tak perlu Hyeon tanyakan. Dia kan memang sudah sangat lama berada di dalam kamar mandi. Siapapun juga akan menanyakan hal yang sama jika ada seseorang berada di kamar mandi dan tak keluar dalam waktu yang tak wajar.
"Belum selesai?"
"Sudah kok."
"Oh --" jawab Jimin, mereka berdua saling mematung di posisinya beberapa saat. "Masih mau di dalam?"Hyeon menggeleng tapi masih tak bergeming dari tempatnya.
"Aku mau pakai kamar mandinya. Kamu mau tetap disana?" kata Jimin menatap Hyeon bingung.
"Oh -- " Hyeon baru bergerak keluar "Tentu saja--- tidak." Hyeon jadi salah tingkah sendiri. Bodoh-bodoh! Rutuknya dalam hati.
Ia melangkah keluar dari kamar mandi sementara Jimin masuk dengan drama seperti biasa. Saling berhadapan, Hyeon ke kanan, Jimin ke kiri. Hyeon beralih ke kiri, Jimin juga refleks bergerak ke kanan. Sampai Hyeon menghela nafas mengalah, memiringkan tubuhnya agar Jimin bisa masuk ke kamar mandi. Bau pelembut pakaian di baju tidur Jimin begitu menusuk hidung Hyeon. Mereka berjarak sangat dekat selama beberapa detik. Detik detik yang membuat Hyeon berdebar. Bahkan hanya dengan bau pelembut pakaiannya saja bisa membuat Hyeon jadi selemah ini.
Jimin masuk sementara Hyeon masih berdiri di depan pintu kamar mandi. Melihat di sekeliling betapa berantakannya kamar itu. Sofa penuh dengan pakaiannya, buku buku bertumpuk di lantai. Hyeon coba membereskan satu persatu memindahkannya agar terlihat rapi.
Namun tak berselang lama, suara Jimin memenuhi kamar mereka."Sedang apa?" tanya Jimin pada Hyeon yang sibuk mendorong setumpuk buku dengan kakinya.
"Membereskan buku-bukuku." tanya Hyeon.
"Sudah malam, besok saja membereskannya." Jimin menunjuk jam yang sudah menunjukkan tengah malam. "Kau itu harus istirahat, nanti dahimu semakin besar kalau banyak bergerak."
"Ck, mana mungkin!"Hyeon mendecih, sambil terus mendorong buku bukunya dengan kaki. Merasa tak dihiraukan, Jimin langsung menarik pergelangan tangan Hyeon, menuju ke tempat tidur mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (Jimin Version)
Fiksi PenggemarSatu malampun, Park Jimin tak bisa terlepas dari ruangan bermeja oval dengan deret kartu yang membawanya menjadi seorang raja judi. Mengubah hidupnya yang semula hangat, menjadi malam yang selalu dipenuhi limpahan dosa dari langit demi sang hawa yan...