Seulgi dan Jimin berakhir di kamar yang sama seperti malam yang lalu. Jimin bahkan sudah tak peduli dimana kliennya sekarang. Mungkin dia juga sedang menikmati malam yang sama sepertinya bersama wanita wanita yang Jimin tinggalkan tadi.
"Apa kau kemari karena merindukanku?" tanya Seulgi, yang diikuti senyuman Jimin yang luar biasa mematikan.
"Apa aku harus merindukan seseorang yang sudah memiliki kekasih?" Jimin memastikan.
"Ayolah Jim, kau bahkan lebih tahu Namjoon daripada aku, Aku bodoh karena terlalu percaya padanya."
Jimin mendorong Seulgi ke ranjang, menarik tali setipis spageti dari punggungnya hingga terlepas dan membuangnya sembarang. Malam panas itu kembali lagi, Jimin benar benar lemah pada pesona wanita itu. Hanya satu pelukan saja, satu pelukan hangat itu membuat Park Jimin kembali jatuh pada Kang Seulgi.
*flashback*
"Kenapa tidak pernah datang?" tanya Seulgi pada pria yang baru saja menyelesaikan pembicaraannya dengan Hoseok. Dua manusia yang dulu selalu menghabiskan malam bersama akhirnya duduk berdua dan berubah canggung. Hoseok sengaja meninggalkan mereka, karena dia melihat Jimin dan Seulgi memiliki banyak hal yang perlu diselesaikan, terlihat dari manik mata mereka yang bertemu.
Seulgi duduk tepat di depan Jimin, berbatas meja persegi yang berisikan beberapa bekas minuman Hoseok tadi. Tak ada kalimat kotor menggairahkan dari bibir Park Jimin, dan juga tatapan menggoda dari Seulgi. Bagai orang asing yang mencoba mencairkan suasana kembali.
"Kau memintaku untuk tidak datang lagi kan?" Jimin tersenyum getir sambil menggoyang goyangkan gelasnya yang berisi minuman alkoholnya pemberian Hoseok.
"Kau baik baik saja? Aku khawatir setelah kejadian malam itu. Aku pikir Namjoon keterlaluan karena membuatmu.... " ucapan Seulgi berhasil dipotong oleh Jimin.
"Aku baik baik saja Seulgi-ya. Jangan bersikap seolah kau peduli padaku." kata Jimin.
"Kau marah padaku rupanya." kata Seulgi, wajahnya menunjukan penyesalan. Membuat Jimin benar benar ingin memeluk... oh tapi tidak. Jimin harus membuang keinginan itu. Daripada terlihat simpati dengan penyesalannya, Jimin malah tertawa remeh. "Cih..."
"Asal kau tahu saja Jim, aku peduli padamu." lanjut Seulgi.
"Kalau kau peduli seharusnya kau tidak pergi saat aku hampir mati karena pengawal kekasih sialanmu itu!" Jimin membuang wajahnya setelah bicara.
"Aku dibayar Jim, aku dibayar untuk melayani Namjoon. Aku tak punya kuasa untuk melawannya."
"Hah, benar... kau memang wa-ni-ta ba-ya-ran Kang-Seul-Gi!" kata Jimin meluap kemudian beranjak dari kursinya berniat kembali ke ruangan yang dipesan bersama kliennya.
"Park Jimin!" Seulgi-pun bangkit dari kursinya. Kaki Jimin berhenti, perasaannya mengkomando langkah kakinya. Dia tak ingin mendengarkanpenjelasan Seulgi apapun itu, tapi kakinya tetap berhenti.
"Aku benar benar menyesal menyakitimu." Lanjut Seulgi. "Aku mencintaimu Jim." Jimin terdiam sesaat. Lalu melangkahkan kakinya semakin jauh dari Seulgi. Seulgi yang masih berdiri mematung itu melihat punggung pria yang mencintainya semakinmengecil dan hilang dibalik pintu yang menghubungkan antara Kasino dan Bar. "Mencintai seonggok daging? yang benar saja." gumam Jimin remeh. Lalu berhenti di balik pintu ruangan VIP-nya.
"Oh Shiiit!!!!!!" Jimin berbalik. Tak lama dia berjalan kembali di hadapan Seulgi. Menyambar bibir merekah Seulgi yang memang sudah di tatapnya sejak tadi tapi mati matian dia tahan dengan bibirnya.
Seulgi langsung membalas ciumannya. Panas... Persetan dengan orang orang yang menatap mereka. Mereka terlalu bahagia karena kembali bersama. Pelukan Seulgi meruntuhkan pertahanan pria berrahang sempurna itu.
To Be Continued...
Chapter ini pendek banget, pendeknya ngalahin bantetnya Jimin wkwk.
Votement Juseyo... Manhi Sarang Juseyo...
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (Jimin Version)
أدب الهواةSatu malampun, Park Jimin tak bisa terlepas dari ruangan bermeja oval dengan deret kartu yang membawanya menjadi seorang raja judi. Mengubah hidupnya yang semula hangat, menjadi malam yang selalu dipenuhi limpahan dosa dari langit demi sang hawa yan...