27. Is it a goodbye?

259 37 3
                                    

Jimin membawa koper besar dari dalam rumahnya dan meletakkannya di bagasi mobil sementara Hyeon masih berkutat dengan ponselnya, berkali kali  melakukan panggilan untuk sang kakak. Seo Minjung. Pelayan rumah utama semalam menginap di rumahnya untuk membantu gadis itu membereskan pakaian dan perlengkapan yang akan ia bawa.


Tepat! Hyeon memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di Amerika.

"Berangkat bersamaku saja. Kita bisa meminta kak Minjung dan ibu menyusul ke bandara." kata Jimin yang masih memasukkan koper terakhir ke mobilnya.

"Kakak bilang akan menjemputku semalam." jawab Hyeon kelewat ketus,tapi sudah jadi santapan sehari hari Jimin selama beberapa bulan terakhir jadi pria itu tak begitu ambil pusing.

"Lagipula kopermu sudah kumasukkan ke mobil." Bujuk Jimin lagi.


"Tidak ada yang minta." celetuk Hyeon.


Jimin menghela nafas, sudah empat bulan ini Hyeon bersikap dingin padanya. Tentu saja setelah malam itu. Malam ketika Hyeon mendapati Jimin berada satu mobil dengan Seulgi di persimpangan jalan.


"Oke jujur saja ya. Aku meminta kakak untuk tidak perlu menjemput mu karena aku bilang akan mengantarmu ke bandara. Jadi kita bertemu mereka di bandara."


"Oppa!"


"Kalau kita terus berdebat seperti ini aku pastikan kau akan kehilangan kesempatan terbang ke Amerika karena terlambat. Aku sih tidak masalah kalau kau tidak jadi pergi." jawab Jimin santai.

"Ya sudah aku naik taxi saja."

"Hyeon ku mohon. Aku juga akan mengantarmu ke bandara kenapa kau harus naik taxi?"

"Karena aku tidak ma -- aak oppa! Jangan menarikku." Jimin mencengkeram Hyeon kuat lalu menariknya menuju kursi depan mobilnya.

"Duduk saja. Aku tidak akan bertanya macam macam dan kita bisa pergi ke bandara dengan tenang. Yaa -- anggap saja aku sopir taxi jadi tak masalah kalau kau tak bicara denganku selama di perjalanan." jelas Jimin.

Hyeon menghela nafas, jengkel setengah mati. Tapi kalau berdebat dengan Jimin akan membuat Hyeon terlambat, bisa bisa pesawatnya meninggalkan Hyeon yang tak kunjung berangkat karena bersikeras memakai taxi alih alih diantar Jimin.

"Kau harus makan dengan baik di sana. Akhir akhir ini kau susah kalau disuruh makan."

"Hmm.."

"Jaga kesehatan. Kalau flu cepat minum multivitamin."

"Hmm."

" Apartemen yang akan kau tempati sudah di-set menyalakan lampu cadangan kalau kalau listrik mati di malam hari. Jadi kau tidak perlu khawatir."

"Kakak sudah memberitahuku soal itu." Hyeon masih berlagak tak peduli. Padahal dia paling khawatir pada hal itu. Untunglah Jimin memiliki ide untuk memasang lampu cadangan.

"Dan aku akan sering sering mengunjungimu." lanjut Jimin sembari menoleh ke arah Hyeon di sampingnya

"Untuk yang itu aku tidak berharap."

"Karena bagaimanapun aku masih suami -- "

"Karena bagaimanapun kata katamu tak ada yang bisa kupercaya lagi." cetus Hyeon memandang Jimin dengan tatapan tak percaya.

All In (Jimin Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang