14 Hospital

364 42 20
                                    


*Lagi rajin update* Agak panjang* happy reading :)




Hyeon sudah duduk di meja makan jam lima pagi. Dengan seragam sekolah yang dipakainya dan satu tas jinjing berisi beberapa buku dan baju. Hyeon sengaja menunggu Jimin pulang sebelum dia pergi. Setelah menyesap sedikit susu cokelat yang baru saja dia buat. Orang yang ditunggunya datang. Wajahnya terlihat lelah. Tentu saja, bagaimana mungkin tidak jika kepergiannya semalam hanya untuk menaik turunkan bokongnya di ranjang dan menghujam lubang milik Kang Seulgi. 


Park Jimin masuk dengan sangat hati hati, karena berpikir Hyeon belum keluar dari kamarnya. Kamar Jimin juga dikunci jadi kalaupun Hyeon bangun dan mengeceknya di kamar, Hyeon pasti mengira kalau dirinya sudah tertidur di kamarnya. 


Sayangnya Hyeon tidak bodoh untuk mengerti hal itu. Dia hanya bodoh karena masih tetap luluh pada Jimin meski  jelas jelas Jimin menipunya.  


"Waaaa...." Jimin berteriak karena terkejut mendapati Hyeon sudah ada di meja makan. "Demi Tuhan Hyeon, kau mengagetkanku saja." kata Jimin. 


"Baru pulang?" tanya Hyeon dengan  senyum seperti biasanya. 


"Mm, iya semalam aku..." Jimin langsung memutar otaknya mencari alasan untuk membenarkan kepergiannya. Tapi dia tidak tahu harus menjelaskan dari mana. 


"Aku tahu, aku mendengarmu pergi." 


"Sejak kapan?"


"Sejak kau menutup pintu depan." jawab Hyeon. Sejujurnya Hyeon tahu dari awal. Bahkan sejak handphone Jimin bergetar terus menerus. Membuatnya tidak bisa tidur. Lalu ketika dia terbangun Hyeon sengaja memejamkan matanya karena takut ketahuan kalau dia memandangi wajah Jimin sedekat itu. 


Hyeon masih ingat semalam Jimin mengatakan kalau dia lucu ketika tidur. Membuatnya berbunga bunga, serasa ada kupu kupu yang beterbangan di perutnya. Namun berbeda setelah Jimin menerima telepon itu. Dia benar benar menahan detak jantungnya dan juga air matanya agar tidak meledak saat itu. Hyeon bahkan mengeratkan selimut, sembari meremasnya kuat kuat. Dia mengatur matanya agar tetap terpejam meski saat itu rasanya ia mau menangis sekencang kencangnya.


"Maaf tapi semalam aku benar benar harus pergi." kata Jimin lagi. 


"Iya, aku mengerti." jawab Hyeon. Memangnya apa yang tidak Hyeon mengerti? 


"Kau sudah bersiap? Sepagi ini?" tanya Jimin. Hyeon mengangguk. 


"Sepertinya aku sudah lama tidak menjenguk ayah di rumah sakit." kata Hyeon. "Aku ingin menginap di sana tidak apa apa kan?" Ijin Hyeon pada suaminya. 


"Berapa lama?" 


"Aku tidak tahu, mungkin dua atau tiga hari." jawab Hyeon lalu menyesap susu cokelatnya lagi. 

All In (Jimin Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang