Sore ini Jeon Jungkook menunggu Hyeon di gerbang sekolah. Mereka berencana makan malam bersama sebelum jam bebas Jungkook berakhir dan kembali ke karantina.
"Jung friend!!" teriak Jungkook melihat presensi Hyeon dari kejauhan. Tak perlu waktu lama bagi Hyeon untuk sampai tepat di hadapan Jungkook disusul jitakan tepat dikepalanya.
"Aw, sakit bodoh!" erang Jungkook. "Kalau otakku lumpuh bagaimana?"
"Otakmu memang sudah lumpuh, yang berkembang dari tubuhmu itu cuma otot. Tau? bagaimana bisa kau tidak memberitahuku kalau kau lolos seleksi timnas?"
Jungkook mendecih, tapi tak terlalu ambil pusing. Yaa yaa, Jungkook sadar siapa dirinya kalau membahas otak. Ehm, dia tidak idiot tentu saja, tapi sedikit terbelakang kalau soal hitung menghitung apalagi kalau harus mencari fungsi x atau y atau apalah itu. Dia lebih baik berlari puluhan kilometer atau melakukan push up satu tangan sebanyak 50 kali. Tapi katakan apa hubungannya dengan tidak memberitahunya soal lolos seleksi timnas dengan kelumpuhan otak?
"Maaf hehe. Kau sendiri, kenapa senang sekali? Sudah diterima di Penn?" tanya Jungkook melihat Hyeon memasang raut gembira yang akhir akhir ini jarang ia lihat.
"Tidak jadi, aku kuliah di Korea saja. Kalau aku ke Amerika aku tidak bisa menontonmu bertanding. Jadi nanti kalau kau ada pertandingan aku bisa menontonmu." jelas Hyeon.
"Serius? Benar kau tidak jadi pergi?" Jungkook nampak antusias. Sementara Hyeon mengangguk sambil berjalan cepat meninggalkan Jungkook yang saking terkejutnya langsung membeku ditempat.
"Ayo Jung! Aku lapar!" Hyeon kembali ke belakang, menarik pergelangan tangan Jungkook. Memintanya untuk cepat cepat karena perutnya sudah memprotes ingin diisi.
"Jawab dulu pertanyaanku, kau benar benar tidak jadi pergi?" giliran Jungkook yang menarik tangan Hyeon. Meminta jawaban serius gadis itu. Hyeon mengangguk tak kalah mantap. Membuat Jungkook tak bisa menyembunyikan senyum senang yang menunjukkan dua gigi kelincinya.
"Kenapa? Tidak diterima ya?" ledek Jungkook membuat Hyeon melirik pada mata binar Jeon Jungkook yang sedang asal bicara." Enak saja. Aku memang tidak berencana melanjutkan kok." ketus Hyeon.
"Bohong. Pasti essaymu ditolak kan? Hahahaa."
"Yaa!!! menyebalkan sekali sih. Aku pulang saja kalau begitu!" Hyeon mengerucutkan bibirnya. Berbalik arah, berjalan menuju gerbang sekolah lagi dengan menghentak hentakan kaki. Tapi tak berapa lama tasnya ditarik paksa. Tentu saja Hyeon tahu siapa pelakunya.
"Jeon Jungkook!"
"Oke oke, jadi sudah baikan dengan Hyung?" Tebak pemuda bermata binar itu sementara Hyeon hanya membalasnya dengan senyuman, Jungkook mendecih lagi. "Sudah ku tebak! Jangan bertengkar lagi. Aku pusing sendiri kalau mendengar ceritamu tentang Hyung." sambungnya.
-
-
-
-
-
-
Suasana kantor semakin senyap, hanya tersisa Jimin, Pak Lee dan Minjung yang sedang bersiap siap akan pulang.
"Jim, kau tahu Hyeon dimana? Aku ingin mengajaknya menjenguk ayah." tanya Min Jung.
"Huh? Dia sedang makan bersama Jungkook mungkin akan pulang larut. Penting? Perlu ku telfonkan?"
"Aa tidak, yasudah aku pergi sendiri saja." ucap Minjung kemudian melenggang pergi dari ruangan Jimin dengan malas. Tak berselang lama,ponsel Jimin bergetar menunjuk nama 'Hoseokie Hyung' di layar.
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (Jimin Version)
FanfikceSatu malampun, Park Jimin tak bisa terlepas dari ruangan bermeja oval dengan deret kartu yang membawanya menjadi seorang raja judi. Mengubah hidupnya yang semula hangat, menjadi malam yang selalu dipenuhi limpahan dosa dari langit demi sang hawa yan...