32. Choice

255 30 3
                                    

"Aku akan mulai bekerja besok. Jangan mencariku ya? Tapi kalau merindukanku masih boleh. Semangat juga untuk hari pertama kuliahmu." Taehyung mengusak rambut Hyeon setelah mengantar gadis itu kembali ke apartemennya.

"Tak perlu cemas, kau sudah terkenal sejak tadi siang." Kekeh Taehyung merujuk pada kejadian di auditorium kampus. Membuat mata Hyeon membulat kesal. Memalukan sekali terkenal dengan cara seperti itu.
.
.
.

Hari pertama Kuliahnya di sekolah bisnis Wharton, Kampus bisnis golongan terbaik di salah satu negara bagian Amerika, Pennsylvania tepatnya di kota Philadelphia benar benar tak ada yang istimewa untuk Hyeon dan karena itu juga ia masih belum mendapatkan teman. Memang tipikal Hyeon. Gadis yang sulit berteman. Bukan tak suka. Hanya terlalu sulit untuk membuka pertemanan. Buktinya di SMA teman dekat Hyeon hanya Jungkook. Itu saja karena Jungkook adalah sepupu dari laki laki yang mati matian ia kejar.
.
.
.

Gadis itu kembali ke apartemennya ketika kelasnya selesai dan tepat saat ia keluar dari lift ia melihat Taehyung diujung lorong masuk ke tangga darurat. Mengenakan kaos setengah turtle neck lengan panjang yang digulung tepat di bawah siku, serta topi hitam.

"Dia mau kemana?" gumam Hyeon sedikit penasaran tapi tak mengejarnya karena hari ini cukup membuatnya lelah, badannya sangat lengket ingin mandi dan makan malam kemudian tidur cepat.

Hyeon melakukan semua itu kemudian mengecek ponselnya. Memberikan pesan pada Taehyung untuk mengajaknya makan bersama. Tapi sudah setengah jam berlalu laki laki itu tak kunjung muncul. Hyeon pikir Taehyung hanya pergi sebentar. Padahal gadis itu sudah memasak cukup banyak.

Saat tahu pesannya tak ada satupun yang di balas. Hyeon jadi berpikir ulang. Apa dia terlalu gampangan hingga Taehyung jadi mengabaikannya, seperti yang Jimin pernah lakukan padanya dulu. Jadi apa yang harus dia lakukan sekarang? Tidak perlu menunggu balasan Taehyung dan makan sendirian saja? Atau meneleponnya? Hatinya berkecamuk, dia sungguh tidak terlalu senang makan sendirian dan satu satunya yang ada dipikiran Hyeon saat itu adalah mengajak Taehyung makan malam bersama seperti biasanya.

"Memang bekerja sampai malam begini? Kerjanya apa sih?" gerutu Hyeon kesal sendiri. Padahal dia sama sekali tak berhak untuk merasa kesal karena pekerjaan Taehyung, memang dia siapanya? Kekasih saja bukan. Parahnya Hyeon itu kan istri orang. Kenapa harus semenyedihkan ini menunggu pesan dari orang lain?
.
.

Ting tong!
.
.

"Taehyung?" gumamnya.

Segurat senyum muncul di bibirnya seolah tahu siapa yang berada di balik pintu memencet bel dengan sabar. Setelah merapikan rambutnya ia cepat cepat berlari hendak membuka. Jujur saja ia sendiri bingung kenapa dirinya jadi setertarik ini dan sebersemangat ini hanya untuk membuka pintu untuk Taehyung saja. Apa dia benar benar menyukai pemuda aneh bermarga Kim itu?

Tak butuh waktu lama untuk Hyeon mengayunkan daun pintu dan membuka apartemennya. Menyambut seseorang yang terus ada di pikirannya beberapa hari belakangan ini.

Tapi ---

"Oppa?" Hyeon membeku di tempat. Melihat pria berkemeja putih dengan stelan celana hitam legam dan kacamata hitam yang sekarang sudah bertengger di penyatuan dua sisi kerah bajunya. "Bagaimana bisa ada disini?"

Park Jimin, dia datang malam itu entah bagaimana. Tak memberi kabar sama sekali lalu muncul di depan pintu apartemen dengan dandanan super dandy. Kalau saja Hyeon tidak ingat apa saja yang laki laki ini lakukan dulu padanya tentu saja dia terpesona. Yaa meskipun sekarang juga masih terpesona meski dengan kadar yang berkurang lebih dari sebelumnya.  Park Jimin dengan cepat meraih gadis dihadapannya, langsung memeluk Hyeon tanpa aba aba. Sementara gadis yang dipeluk terkejut bukan main sampai sampai tak mampu membalas pelukan itu dan hanya berdiri terpaku di dalam sana.

All In (Jimin Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang