Terlalu cepat, batin gadis yang sekarang terbaring di tempat tidurnya tanpa terpejam. Menyentuh dadanya yang berdetak tak karuan saat pemuda Kim itu mengacak rambutnya setelah makan malam.
Terlalu cepat, yakinnya lagi. Memantapkan diri bahwa tak mungkin ia menyukai Kim Taehyung yang asal asalan itu, yang bicara tanpa berpikir atau yang sering membuat gadis itu geleng geleng kepala karena kelakuannya.
Tlut -- satu pesan masuk di ponsel Hyeon. Gadis itu meeraba nakasnya lalu mengambil benda yang baru saja bergetar itu.
"Sudah tidur?"
Hyeon membuka kode ponselnya dan mendapati pesan Jimin di sana. Lalu ia teringat pertikaian kecil tadi di supermarket. Berpikir kenapa dia begitu kesal pada Jimin padahal niatnya mungkin baik dan bahkan setelah dipikir pikir, Jimin malah terdengar seperti orang yang sedang khawatir dan cemburu. Gadis itu jadi sedikit merasa bersalah dan segera membalas pesan dari orang yang masih menjadi suaminya.
"Belum." jawab Hyeon singkat.
"Bukankah ini tengah malam disana? Kenapa belum tidur?"
"Mungkin sebentar lagi. Aku belum bisa menyesuaikan diri. Jam tidurku sedikit kacau" jawabnya. Memang benar, tidak mudah merubah jam tidur ketika seseorang berpindah ke daerah yang memiliki zona waktu yang jauh berbeda dari tempat tinggal sebelumnya.
Jimin mengerti akan hal itu teringat saat ayah Jimin mengajaknya bepergian bersama untuk urusan bisnisnya ke Nevada beberapa tahun silam.
"Jangan tidur terlalu larut. Kau harus istirahat yang cukup. Oh iya, untuk pembicaraan kita tadi siang. Aku minta maaf. Aku tak pernah bermaksud menganggapmu begitu."
"Hmm, aku mengerti. Kau sedang bekerja?"
"Bersiap rapat bersama kak Minjung." seperti biasanya, pekerjaan bos besar. Rapat kesana kemari melakukan kerja sama yang menguntungkan.
"Baiklah kalau begitu. Sampaikan salamku untuk kak Minjung."
Pesan yang Hyeon kirimkan sebagai penutup pembicaraan mereka. Terasa bergetar sampai hatinya. Semakin merasa bersalah ketika berpikir bahwa ia menyukai Kim Taehyung padahal ia juga tersentil hatinya saat melihat pesan dari Park Jimin tadi.
"Sudah tidur?"
Pertanyaan yang sama di waktu yang hampir bersama.Sang lelaki dari ruangan yang hanya dibatasi dua buah pintu dan satu lorong panjang berukuran 2 meter menghubunginya setelah memaksa meminta nomor ponsel gadis itu setelah makan malam tadi.
Taehyung?
Diantara rasa bimbang dan perut kupu kupu. Senyum kecil menyeruak disana.
"Belum kenapa?" buru buru Hyeon membalasnya.
"Aku di depan pintu apartemenmu. Kau belum pernah melihat bintang di atap gedung ini kan?"
Tak butuh waktu lama. Gadis itu sudah membukakan pintu lebar lebar setelah mengambil jaket tipis setidaknya untuk menutupi kulitnya dari angin malam.
Taehyung menarik tangannya. Membawanya masuk ke lift menuju lantai teratas.
"Kau punya kunci pintu menuju ke rooftop?" tanya Hyeon. Biasanya rooftop tak bisa sembarangan di buka apalagi ketika sudah larut seperti ini.
Taehyung tersenyum kecil sebagai jawaban. "Pekerjaanku mengharuskanku memilikinya." jawab Taehyung santai lalu menarik Hyeon menuju rooftop. Duduk diatas kursi hias yang memang disediakan disana bersisian dengan Taehyung. Memandang langit Amerika beserta gemerlap gedung gedung bertingkat dari atas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
All In (Jimin Version)
FanfictionSatu malampun, Park Jimin tak bisa terlepas dari ruangan bermeja oval dengan deret kartu yang membawanya menjadi seorang raja judi. Mengubah hidupnya yang semula hangat, menjadi malam yang selalu dipenuhi limpahan dosa dari langit demi sang hawa yan...