3#LBAS1

6.2K 620 39
                                    

5 Tahun Kemudian

Alfie tak sabar untuk segera sampai ke rumah. Hari ini cukup melelahkan untuknya. Seusai jam sekolah tadi, ia dan teman-temannya latihan band di sebuah studio yang biasa mereka sewa. Dalam band itu, Alfie menjadi vokalisnya. Band itu sudah terbentuk sejak ia dan teman-temannya bertemu saat duduk di bangku SMA. Saat ini Alfie sudah berada di tingkat akhir masa sekolahnya. Tak lama lagi ia akan segera lulus.

Waktu berlalu begitu cepat. Banyak yang telah Alfie lalui. Namun ada satu hal yang selalu ia ingat sampai hari ini. Shane. Pertemuannya dengan pria itu terasa amat singkat. Tak lama setelah mereka menjadi teman, Shane tiba-tiba mengatakan ia harus pindah ke Inggris bersama orang tuanya. Pria itu tak pernah mengatakan kapan ia akan kembali. Sebelum Shane pergi, Alfie menerima sesuatu darinya. Shane memberikannya sebuah peluit berwarna perak sebagai kenang-kenangan.

Kepergian Shane tak menyisakan apa-apa untuk Alfie selain peluit itu. Juga, rasa suka yang menjelma saat itu tiap kali mereka bersama. Namun Alfie tak pernah memiliki kesempatan untuk menyatakannya. Ia tak pernah bertukar kabar dengan Shane sejak hari itu. Alfie tak pernah tahu apakah Shane akan kembali bertemu dengannya. Alfie mengira pria itu kini menganggapnya hanyalah seseorang yang pernah dikenalnya di masa lalu. Mereka memiliki kehidupan masing-masing.

Alfie berjalan ke stasiun kereta yang tak jauh dari sekolahnya. Hari semakin senja. Alfie mempercepat langkahnya agar ia tak ketinggalan kereta. Alfie menunggu di pinggir peron. Beberapa menit setelahnya, kereta itu datang dan Alfie pun segera naik begitu pintu terbuka. Di dalam gerbong terlihat ramai oleh orang-orang yang juga ingin segera sampai di rumah mereka. Alfie turun di dua stasiun berikutnya dan ia berjalan kaki beberapa blok menuju ke rumahnya.

"Aku pulang," serunya sembari membuka pintu.

"Bibi di dapur," sahut Bibi Anne.

Alfie melepas sepatunya dan meletakkannya di dalam rak penyimpanan sepatu. Setelahnya ia melangkah menuju dapur dan mendapati Bibi Anne yang sedang memasak makan malam untuk mereka berdua.

"Bibi Anne," panggil Alfie yang membuat wanita itu berbalik melihatnya.

"Hai, Manis. Kau sudah lapar? Bagaimana harimu di sekolah?" tanya Bibi Anne.

"Seperti biasa. Latihan band sebelum pulang karena waktunya semakin dekat," ujar Alfie dengan wajah yang terlihat lesu. Ia mengambil gelas kosong dari atas meja.

"Jadi, apa kalian akan ada pertunjukkan lagi?" tanya Bibi Anne sembari melanjutkan masakannya.

"Ya, di Waterloo High School. Mereka mengundang kami untuk pentas di sana," jawab Alfie sebelum meneguk segelas air di tangannya.

"Kalau begitu bersihkan dirimu dulu. Karena sebentar lagi makan malam akan segera bibi hidangkan," titah Bibi Anne.

Alfie tersenyum. "Baiklah."

Alfie bergegas membersihkan dirinya sebelum Bibi Anne kembali memanggilnya untuk makan malam. Beberapat saat kemudian, keduanya duduk di meja makan. Alfie merasa lebih segar setelah mandi.

"Kau mau tambah supnya lagi?" tanya Bibi Anne.

"Tidak. Ini sudah cukup," jawab Alfie.

"Makanlah selagi ini masih hangat," kata wanita itu. Alfie mengangguk lalu menyantap makan malamnya.

"Oh ya, Bibi, aku sudah mengabari tukang ledeng untuk datang kemari karena pipa air wastafel di lantai atas bocor," ujar Alfie.

"Bukannya kau sudah memperbaikinya?"

"Sudah. Tapi tetap saja bocor," keluh Alfie.

"Baiklah. Mungkin pipanya perlu diganti dengan yang baru." Bibi Anne tersenyum.

Love By Accident (The First)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang