5#LBAS1

4.6K 514 12
                                    

Alfie yakin kalau Shane ada di Chicago saat ini. Meski dirinya meragukan anggapannya itu, tetapi seorang pria yang berdiri di hadapannya di jalan tadi terlihat seperti Shane. Bahkan ia sempat mendengar pria itu hendak menyapanya. Mengingat itu membuat kepala Alfie sedikit pusing karena memikirkan Shane. Saat Alfie kembali berbaring tiba-tiba pintu ruang rawatnya kembali terbuka.

"Alfie ...," sapa seseorang.

Sontak Alfie pun langsung terbangun dari posisi tidurnya. Ia melihat seseorang berjalan menghampirinya. Namun matanya tidak dapat melihat dengan jelas.

"Bibi, apa kau melihat kacamataku?" tanya Alfie dan Bibi Anne langsung memberikannya kacamata itu dari atas nakas kecil di sisi ranjangnya. Alfie pun segera mengenakan kacamata itu.

"Benny?" ucap Alfie begitu bisa melihat dengan jelas. Setelah itu ia juga melihat Ryan dan Ramsey masuk ke dalam ruang rawatnya. Mereka menyapa Bibi Anne lebih dulu.

"Hai, Sobat. Bagaimana kabarmu?" sapa Benny begitu ia berdiri di sisi ranjang Alfie.

"Bagaimana keadaanmu? Merasa lebih baik? Sudah kubilang jangan terlalu keras kepala," Ryan berseloroh.

"Aku baik-baik saja. Kalian tahu dari mana aku berada di sini? Apa pihak rumah sakit juga menelpon kalian?" tanya Alfie.

"Bibi Anne yang mengabari kami saat sedang latihan," jawab Benny.

"Kami langsung bergegas kemari begitu tahu kau dibawa ke rumah sakit," Ramsey menimpali. Alfie bergeming sejenak lalu tersenyum.

"Terima kasih sudah menjengukku. Aku baik-baik saja sekarang," ujar Alfie. Benaknya masih terbayang wajah Shane.

Di mana dia sekarang? Alfie merasa apa mungkin ia salah lihat atau berhalusinasi? Batin Alfie bertanya-tanya. Tapi itu semua terasa nyata baginya.

"Omong-omong, kami juga membawakanmu ini." Ryan mengeluarkan buah-buahan dari dalam kantong plastik di tangannya.

Alfie sedikit terkekeh. "Kalian seharusnya tak perlu repot-repot. Tapi, terima kasih."

"Silahkan, Bibi." Ryan menyerahkan bungkusan plastik itu pada Bibi Anne.

"Terima kasih." Bibi Anne tersenyum seraya menerimanya.

"Permisi ...," seseorang mengetuk pintu ruang rawat Alfie lalu seorang perawat dan dokter masuk ke dalam ruangan itu.

Benny dan yang lain lantas menyingkir dari sisi ranjang Alfie saat perawat dan dokter itu menghampirinya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya dokter itu.

"Aku merasa lebih baik," jawab Alfie.

"Dari hasil periksa yang kudapat, kau hanya kelelahan. Kau harus beristirahat beberapa hari agar kondisimu cepat pulih," ujar dokter itu.

"Jadi, apa aku akan dirawat inap di sini?" tanya Alfie.

"Kau boleh pulang kalau kau mau. Tapi, kau harus beristirahat di rumah dan jangan beraktivitas dulu," pesan dokter itu dan Alfie hanya mengangguk.

"Kami akan memberikanmu vitamin terlebih dulu melalui suntikan," kata dokter itu. Seorang perawat di sebelahnya tersenyum melihat Alfie yang sedang memandangi jarum suntik di tangannya.

"B—Baiklah." Alfie tertegun. Ia mencoba meredam takutnya dengan jarum suntik.

Kemudian perawat itu membersihkan area lengannya yang akan ditusuk dengan jarum suntik. Alfie memejamkan matanya dan menahan rasa sakit dari jarum suntik itu begitu menusuk ke dalam kulitnya. Benny dan yang lainnya pun menertawakannya saat melihatnya.

Love By Accident (The First)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang