32#LBAS1

2.2K 282 10
                                    

Alfie terkejut begitu melihat Dylan yang sedang berdiri tak jauh dari hadapannya. Ia melihat Dylan yang tengah memandangi Shane dengan tatapan tajam.

"Dylan" ucap Alfie yang membuat Shane segera menolehkan wajahnya perlahan searah dengan pandangan Alfie.

Shane pun ikut terkejut melihat Dylan yang tiba-tiba muncul ditempat ini. Tatapan Dylan membuat diri Shane merasa terintimidasi. Dylan pun segera mendekati Alfie dan menarik tangannya.

"Jauhi dia, Alfie!" cetus Dylan begitu menarik tangan Alfie dengan cepat.

"Hei! Lepaskan dia, brengsek!" Shane sangat tak suka dengan sikap Dylan barusan. Shane merasa Dylan benar-benar tak tau diri menyentuh Alfie dihadapannya. Shane pun segera mendekati Dylan dengan cepat yang kembali menarik tangan Alfie untuk membawanya pergi hadapannya.

"Sudah kubilang untuk melepas-",

"Tutup mulutmu! Bajingan!" Dylan berbalik dan memberi Shane tinjuan keras diwajahnya.

Saat melihat Dylan meninju wajah Shane tadi, terbesit dalam benaknya ada seorang anak laki-laki yang tengah dikeroyok saat membela dirinya dari rundungan teman-teman sekolahnya dulu.

"Tidak!" pekik Alfie saat melihat Dylan yang kembali ingin meninju wajah Shane. Tinjuan Dylan pun menggantung diudara. Ia segera menoleh kearah Alfie dengan tatapan bingung sekaligus terlihat marah.

"Tidak, Dylan! Lepaskan dia!" seru Alfie lagi dan Dylan pun langsung melepas cengkraman tangannya dari kerah kemeja Shane dengan kasar. Ia mendorong tubuh Shane hingga terjatuh keatas jembatan kayu ini.

Dylan pun segera mendekati Alfie dan menarik tangannya dengan cepat.

"Ayo! Kita pergi dari sini sekarang!" ujar Dylan yang masih terbawa emosi.

Dylan pun segera membawa Alfie pergi dari hadapan Shane yang tengah memandanginya tak berdaya dari atas jembatan kayu tersebut. Alfie pun terus memandangi Shane yang sekarang tengah mengusap noda darah dipinggir mulutnya karena pukulan Dylan tadi.

Dylan pun membawa Alfie pergi menjauh dari pandangan Shane. Saat ini ia merasa hancur dan tak berdaya meratapi kisah cintanya bersama Alfie. Ia bisa saja bangkit berdiri dan mengejar Dylan lalu menghajarnya habis-habisan. Namun karena melihat Alfie yang tak lagi mengenali dirinya, hal itu membuat dirinya merasa tak berdaya dan tak sanggup untuk kembali mengejar Alfie dalam genggaman Dylan. 'Kurasa siapapun pasti mengerti perasaanku saat ini' batin Shane.

"Ini. Pakailah" Dylan memberikan sebuah helm pada Alfie. Namun Alfie hanya memangku kedua tangannya dan melihati helm tersebut dengan tatapan tak suka.

"Ada apa?" Dylan merasa heran dan bingung.

"Aku ingin pulang berjalan kaki saja!" cetus Alfie lalu ia segera melangkahkan kakinya dari hadapan Dylan.

Dylan merasa bingung dan heran. Ia segera meletakkan helm tersebut keatas motornya kembali dan mengejar Alfie.

"Alfie? Ada apa denganmu?" Dylan menarik lengan Alfie dan membuat tubuh Alfie jatuh kedalam dekapannya.

"Lepaskan aku!" Alfie meronta dan Dylan pun melepaskan Alfie dari dekapannya.

"Ada apa? Kenapa kau marah padaku?" Dylan berusaha untuk menenangkan Alfie yang terlihat sedang merasa kesal padanya.

"Kau sudah bersikap kasar barusan. Dan kau menarik tanganku dengan paksa!" Alfie kembali memangku kedua tangannya dengan wajah marah.

"Alfie, aku tidak bermaksud untuk bersikap kasar padamu. Hanya saja aku terbawa emosi saat melihat pria itu membawamu pergi ke tempat ini tanpa izin. Bibi Anne begitu mengkhawatirkan mu saat ini. Ia takut jika sesuatu yang buruk kembali terjadi padamu" ujar Dylan berusaha untuk membuat Alfie mengerti dengan sikap protektifnya tadi.

"Bibi Anne?" Alfie pun ingat jika ia pergi ke tempat ini tanpa diketahui oleh siapapun.

Dylan mengangguk dan tersenyum membujuk Alfie.

"Kalau begitu, ayo. Aku akan mengantarmu pulang dan bertemu dengan bibi Anne. Aku yakin kau juga ingin segera bertemu dengannya" Dylan meraih tangan Alfie dengan perlahan dan membawanya kembali ketempat ia memarkirkan motornya.

Alfie pun hanya diam menuruti langkah kaki Dylan.

*******

Alfie membuka pintu depan dan masuk kedalam rumah.

"Aku pulang" serunya begitu berjalan kearah ruang tengah.

"Alfie?!" Bibi Anne pun segera menghampirinya dan memeluk Alfie dengan erat.

"Alfie? Apa kau baik-baik saja, nak?" bibi Anne memegangi kedua pipi Alfie. Rasa cemas dan khawatir begitu tersirat diwajah wanita paruh baya tersebut.

"Aku baik-baik saja, bibi. Kau jangan khawatir. Aku tidak terluka sedikit pun" Alfie berusaha untuk membuat bibi Anne tetap tenang.

"Siapa yang berani membawa keponakanku pergi tanpa izin dariku?!" rasa cemas dan marah masih menyelimuti perasaan bibi Anne.

Alfie pun teringat dengan Shane yang sudah membawanya pergi dengan paksa sore tadi.

"Apa bibi Anne tau atau mengenal temanku yang bernama Shane?" dalam benak Alfie, ia masih bertanya-tanya siapa Shane sebenarnya. Kenapa pria itu terus mengejar dirinya dan berusaha untuk membuat Alfie mengingat kembali dirinya.

Bibi Anne melebarkan matanya dan merasa takut karena Alfie kembali menyebut nama Shane. Beliau benar-benar tak ingin jika Shane kembali hadir dalam kehidupan Alfie. 'Seharusnya Alfie tak lagi mengingat nama itu. Tapi kenapa ia kembali menyebut nama Shane' batin bibi Anne yang merasa takut jika Alfie kembali mendapatkan ingatan buruknya mengenai Shane dan kembali membuatnya terpuruk menerima kenyataan yang ada kalau Shane adalah orang yang melukai dan membuat hatinya hancur.

"S-Shane? Siapa dia? Bibi tak mengenalnya. Apa dia temanmu?" bibi Anne harus membohongi Alfie demi kebaikannya. Agar Alfie tak lagi mendapatkan kembali ingatannya mengenai Shane.

"Entahlah, bibi. Pria itu sudah beberapa hari ini mengejarku dan ia mengatakan kalau ia mengenalku. Pria yang bernama Shane itu berkata kalau aku dan dirinya pernah bersama sebelum aku kehilangan sebagian ingatanku karena benturan kepalaku. Dan ya, ia juga mengatakan kalau dia lah orang yang membuat cedera dikepalaku" penjelasan Alfie tersebut membuat rasa takut dan cemas semakin menyelimuti perasaan bibi Anne.

'Astaga, ini benar-benar tak dapat dibiarkan. Alfie ku tak boleh mengenali Shane lagi' batin bibi Anne yang tak ingin jika Shane kembali menghancurkan hati dan perasaan Alfie hingga membuatnya terpuruk dalam kesedihan yang sama seperti sebelumnya.

"Bibi Anne?" Alfie melihat bibi kesayangannya itu termenung tampak memikirkan sesuatu dihadapannya.

"Oh ya, Alfie. Kurasa itu hanya orang asing yang berusaha untuk mengganggumu. Kau harus berhati-hati diluar sana, nak. Karena belakangan ini banyak sekali orang jahat yang berkeliaran untuk menjahati orang lain" bibi Anne terus menutupi kebenaran yang sebenarnya agar ingatan Alfie mengenai Shane tetap terkubur dalam-dalam dibenak Alfie.

"Tapi pria itu-",

"Sekarang bibi ingin kau segera naik ke kamarmu dan segera bersihkan dirimu. Bibi akan menyiapkan makan malam untukmu. Okay, sweetheart?" bibi Anne memotong pembicaraan Alfie agar ia berhenti membicarakan tentang Shane. Bibi Anne mencolek dagu Alfie dengan senyuman manis dan segera berlalu dari hadapannya. Beliau segera menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

Alfie pun sebenarnya merasa kalau bibi Anne tampak menyembunyikan sesuatu darinya. Namun ia segera menuruti perintah bibi Anne barusan dan segera naik keatas.

Bibi Anne mengintip dari balik dinding dapur, melihat Alfie yang sedang menaiki anak tangga. Beliau pun segera menekan nomor telepon Dylan.

"Halo, Dylan. Bibi ingin kau..."
.
.
.
.
.

"Baik, bibi. Aku akan selalu mengawasinya" ujar Dylan sebelum mengakhiri panggilan tersebut.

'Sial! Kenapa aku harus terjebak dalam masalah orang-orang menjengkelkan ini!' batin Dylan.

"Bersabarlah, Dylan. Begitu Shane dan Sovia bertunangan. Kau bisa meninggalkan Alfie dan pergi berlibur ke Eropa dengan uang ratusan ribu Dollar tersebut" ujar Dylan dengan perasaan yang sudah bosan dan muak mengurusi masalah percintaan ketiganya itu.

Love By Accident (The First)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang