Setelah sehari penuh dalam pengaruh obat penenang. Shane saat ini sudah kembali tersadar dan terbaring lemas diatas tempat tidurnya. Kali ini ia tak menyangka kalau ibundanya tega mengunci kedua pergelangan tangannya dengan borgol. Tak lupa kedua kakinya yang ikut diikat menggunakan tali yang sangat kuat.
'Aku benar-benar diperlakukan seperti pasien sakit jiwa oleh orang-orang dirumah ini' batin Shane yang benar-benar merasa tertekan dan frustrasi sekali.
Sulit sekali rasanya agar dirinya kembali bisa menemui Alfie. Shane hanya bisa terbaring tak berdaya diatas ranjang dan kembali menyalahkan dirinya. Karena sekarang, baik Alfie maupun dirinya berada dalam kondisi yang benar-benar membuat hubungan keduanya terasa semakin menjauh.
"Shane? Apa kau sudah bangun?" tiba-tiba nyonya Alba masuk kedalam kamar putranya.
"Hai, bu" Shane menoleh kearah pintu dan menyapa ibundanya dengan sebuah senyuman.
"Apa kau sudah kembali merasa lebih baik?" tanya nyonya Alba sembari mendekati sisi ranjang Shane dan kemudian duduk disana dengan Shane yang terbaring diatas ranjangnya.
"Ya, aku tak pernah merasa lebih baik dari ini" ujar Shane dengan sedikit memberi ibundanya senyuman manis dibibirnya.
"Maafkan ibu, Shane. Ibu terpaksa melakukan hal ini padamu. Karena ibu ingin putra ibu-",
"Ibu benar" Shane memotong ucapan ibundanya. Nyonya Alba pun penasaran dengan apa yang akan dikatakan putranya.
"Kau pasti paham bukan dengan maksud ibu?" tanya ibundanya.
Shane tersenyum manis sembari menganggukkan kepalanya.
"Seharusnya aku menerima perjodohan tersebut. Ibu benar, Alfie bukanlah orang yang bisa mendampingiku dimasa depan nanti. Hubunganku bersamanya tak akan pernah berhasil" perkataan Shane tersebut membuat ibundanya sedikit lega.
"Inilah yang ibu inginkan, Shane. Ibu tidak ingin kau memiliki pasangan sesama jenis. Akan menjadi apa kalian dimasa depan" ujar ibunda Shane yang beranggapan kini putranya mulai berpikir jernih.
"Ya, ibu benar. Tak seharusnya aku membiarkan diriku jatuh dalam hubungan terlarang itu" ujar Shane lagi.
Kini nyonya Alba mulai merasa senang jika putranya kembali seperti dulu.
"Oh ya, bu. Kapan ibu kembali mengizinkanku kembali ke sekolah? Aku tak ingin mengejar pelajaran dirumah. Aku bosan. Aku ingin bertemu dengan teman-temanku" Shane benar-benar sudah bersikap manis pada ibundanya sekarang.
"Mungkin belum untuk saat ini. Karena ibu masih merasa ragu jika nantinya kau pergi untuk-",
"Menemui Alfie? Oh, ayolah bu. Aku tidak ingin lagi untuk menemuinya. Hanya membuang-buang waktu ku untuk bertatap muka bersamanya" Shane berusaha meyakinkan ibundanya jika ia benar-benar ingin melupakan Alfie, "lagipula saat ini aku sudah memiliki Sovia. Ia baik dan cantik. Aku harus meminta maaf pada Sovia. Karena sudah bersikap kasar dan membuatnya takut waktu itu" Shane semakin membuat ibundanya merasa yakin dengan semua ucapannya itu.
"Shane? Apa kau sudah kembali menjadi Shane, putra ibu?" ibundanya kini merasa sedikit bahagia karena Shane menganggap perjodohannya bersama Sovia. Anak gadis pilihannya. Namun nyonya Alba masih menaruh curiga dengan perubahan sikap Shane.
Shane mengangguk mengiyakan dengan senyuman manis dibibirnya pada ibundanya.
"Bu, aku ingin ke kamar mandi. Apa ibu bisa membukakan borgol dan ikatan dikakiku ini?" pinta Shane.
"Jika kau hanya ingin buang air kecil atau membasuh wajahmu, ibu akan membukakan ikatan kakimu saja" ujar ibundanya.
"Bu, aku tidak bisa mandi dengan kedua tangan yang terkunci borgol seperti ini" keluh Shane.
"Hmm... Baiklah. Ibu harap kau tidak lagi bersikap agresif seperti sebelumnya" ibundanya masih merasa ragu.
"Tidak akan lagi, bu. Percayalah pada putramu ini. Aku hanya ingin membersihkan tubuhku. Setelah itu ibu bebas jika ingin memborgol dan mengikatku kembali jika ibu masih ragu padaku" Shane berusaha meyakinkan ibundanya.
"Shane... Ibu hanya takut jika-",
"Percayalah padaku, bu. Ibu menyayangiku, bukan?" wajah Shane tampak memelas pada ibundanya.
Nyonya Alba merasa sedikit luluh melihat tatapan Shane tersebut. Beliau berpikir sejenak untuk menghilangkan rasa ragunya.
"Baiklah" nyonya Alba akhirnya melepaskan borgol dan ikatan pada tangan dan kaki putranya tersebut.
"Terima kasih, bu" ucap Shane begitu dirinya terbebas dari borgol dan ikatan tali tersebut. Ia bangun dari atas ranjang dan memeluk ibundanya.
"Aku menyayangimu, bu" Shane memeluk ibundanya dengan lembut dan erat.
Nyonya Alba perlahan menyunggingkan senyum dibibirnya sembari mengusap-usap punggung Shane.
"Baiklah, kalau begitu aku ingin membersihkan diriku dulu sekarang. Pasti ibu mencium aroma tak sedap saat aku memeluk ibu barusan" perkataan Shane tersebut membuat ibundanya sedikit tertawa dan merasa senang karena Shane sudah kembali seperti dulu.
Shane pun segera turun dari atas ranjangnya lalu mengenakan sepatunya begitu menginjak lantai.
"Shane? Bukankah kau ingin ke kamar mandi? Kenapa kau memakai sepatumu?" perlahan senyuman nyonya Alba berubah menjadi ekspresi bingung melihat Shane yang sedang mengikat tali sepatunya.
Shane bangkit berdiri lalu tersenyum licik begitu membelakangi ibundanya. Dan ia tak menanggapi pertanyaan ibundanya barusan. Ia berjalan kearah lemari pakaiannya dan membuka sebuah laci didalamnya. Nyonya Alba yang tadinya merasa senang kini kembali merasa curiga dan takut jika Shane kembali bersikap agresif. Perlahan nyonya Alba pun bangkit berdiri dari sisi ranjang Shane dan mendekati putranya tersebut.
"Shane?" panggil ibundanya yang bingung dan penasaran melihat Shane yang sedang mengambil sesuatu didalam laci tersebut.
Kecurigaan beliau ternyata benar. Nyonya Alba membuka lebar matanya dan terkejut begitu Shane mengeluarkan sebuah Pistol Revolver dari dalam laci tersebut.
"Shane?! Letakkan kembali pistol itu! Dari mana kau mendapatkan benda berbahaya itu?!" nyonya Alba merasa takut melihat Shane memegangi pistol tersebut.
"Ini adalah peninggalan dari ayah padaku. Ayah yang memberikannya padaku. Seharusnya ini kugunakan untuk menembak orang jahat. Dan ya, sepertinya aku juga termasuk orang yang jahat karena sudah mencelakakan Alfie" Shane tersenyum manis setelah mengatakan semua itu barusan. Ia tampak seperti orang yang depresi.
"S-Shane, apa maksudmu? Ibu mohon padamu agar letakkan kembali pistol mu itu" nyonya Alba merasa takut jika Shane melakukan tindakan gila.
Shane mengarahkan pistol tersebut kearah sisi dahinya sendiri. Nyonya Alba benar-benar takut dan panik melihat Shane yang kembali bertindak gila saat ini.
"Aku akan menghabisi nyawaku sendiri dengan pistol ini" ujar Shane mengancam ibundanya.
"Shane, ibu mohon kau jangan melakukan itu. Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?!" ibunda Shane berusaha membujuk putranya.
"Ya! Aku sudah kehilangan akal sehatku semenjak ibu menjodohkanku dengan Sovia dan memisahkanku dengan Alfie! Semenjak ibu menghancurkan cinta yang telah aku dan Alfie bangun bersama!" Shane meninggikan nada suaranya. Ujung pistol tersebut masih mengarah dan menempel di sisi dahinya.
"Shane... Ibu mohon agar kau menjauhkan pistol tersebut dari kepalamu. Kau menyayangi ibu, bukan?" pinta ibundanya.
"Selamat tinggal bu... Aku ingin bertemu ayah" Shane mulai menarik pelatuk pistol tersebut.
.
.
.
.
."S-Shane apa yang-"
"Dorr!!"
"Akkhhhh!!!!" nyonya Alba menjerit histeris dan menutup wajahnya begitu Shane menarik pelatuk pistol itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love By Accident (The First)
RomanceTAMAT 23 November s.d 15 Desember 2017✍ [Book 1 of 3] Berawal dari pertemuan yang tak disengaja saat Alfie tengah melewati jam kelasnya dengan menyendiri di aula basket, ia berkenalan dengan seorang siswa bernama Shane yang tak diketahuinya adalah p...