Sebulan sudah Alfie menjalani hari-harinya tanpa harus memikirkan Shane setiap saat. Shane tak lagi terdengar kabarnya atau bertemu dengan Alfie. Begitu juga sebaliknya. Alfie tak lagi memblokir nomor telepon Shane. Walau begitu, untuk apa juga Alfie menghubungi Shane atau sebaliknya. Keduanya kini sudah menjalani hidup masing-masing kearah yang berbeda. Sedangkan Dylan? Ia selalu tampak menghindar tiap kali melihat Alfie bersama ketiga sahabatnya.
Alfie kembali menjalani masa-masa terakhir sekolahnya seperti biasa. Bermain band seperti dulu bersama Benny, Ryan dan Ramsey. Bersenda gurau tanpa harus memikirkan cinta pada anak laki-laki seusianya. Berjalan menghabiskan waktu bersama saat mereka memiliki waktu luang. Berhubung sebentar lagi mereka akan menghadapi ujian akhir, tak banyak lagi waktu yang bisa mereka gunakan untuk bersenang-senang setiap saat.
"Tak lama lagi ujian akhir akan tiba. Aku sama sekali tak bersemangat untuk belajar" ujar Ramsey sembari berjalan menyusuri trotoar bersama ketiga sahabatnya.
"Aku juga merasakan hal yang sama" timpal Benny.
"Aku juga" Ryan ikut menimpali.
"Aku tidak" tanggapan Alfie berbeda sendiri.
"Ya, baiklah" ujar Benny yang mengiyakan tanggapan Alfie dengan lesu.
"Apa yang akan kita lakukan begitu lulus dari SMA?" tanya Ramsey pada ketiga sahabatnya.
"Entahlah. Mungkin aku akan mencari pekerjaan setelah ini." jawab Benny.
"Lalu, bagaimana dengan kalian? Apa diantara kita ada berencana untuk kuliah?" tanya Ramsey lagi. Kali ini lebih mengarah pada Alfie dan Ryan.
"Aku belum bisa berencana apa-apa saat ini. Kurasa aku akan melakukan hal yang sama seperti Benny." jawab Alfie yang tak yakin apa dirinya akan berkuliah setelah lulus sekolah. Mengingat bibi Anne yang semakin tua dan biaya untuk kuliah tidaklah murah.
Tiba-tiba saja Ryan berlari kearah zebra cross dengan langkah cepat. Ia menyelamatkan seorang nenek yang hampir saja terserempet mobil yang berlalu dihadapannya. Nenek itu tidak memperhatikan lampu penyebrangan yang berubah menjadi warna merah. Ryan dengan sigap menarik nenek tersebut ke tepi jalan hingga keduanya terjatuh diatas trotoar.
"Nenek? Apa nenek baik-baik saja?" Ryan terlihat panik dan cemas. Alfie dan yang lainnya pun segera menghampiri Ryan bersama nenek itu. Mereka membantu nenek itu berdiri dengan hati-hati. Ryan segera memunguti beberapa barang belanjaan nenek itu yang berhamburan disisi jalan.
"O bāchan! O bāchan wa daijōbudesuka?!" seru seorang gadis yang tiba-tiba menghampiri nenek itu dengan panik. Ryan dan ketiga sahabatnya terperangah melihat gadis tersebut. Gadis itu terlihat imut dan manis sekali.
"O bāchan wa daijōbudesu. O bāchan no inochi o sukutta kono wakai otoko" ujar nenek itu pada gadis tersebut yang merupakan cucunya sembari melihat kearah Ryan. Perlahan gadis itu pun menolehkan wajahnya pada Ryan yang sedang memegang keranjang belanjaan nenek itu.
Ryan yang sedari tadi memperhatikan gadis tersebut menjadi tersipu dan tersenyum dengan agak canggung saat gadis itu menatapnya.
"Dia berbicara apa?" bisik Ramsey pada Benny karena sedari tadi ia seperti mendengarkan bahasa yang asing baginya.
"Aku juga tidak tau. Lihat, wajahnya begitu imut dan membuat siapapun akan gemas melihatnya" bisik Benny pada Ramsey dengan sangat pelan agar tak ada yang mendengar ucapannya barusan.
"Domo arigatō" gadis tersebut membungkukan badannya dengan sopan dihadapan Ryan.
Ryan pun semakin bingung dan menjadi salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love By Accident (The First)
RomanceTAMAT 23 November s.d 15 Desember 2017✍ [Book 1 of 3] Berawal dari pertemuan yang tak disengaja saat Alfie tengah melewati jam kelasnya dengan menyendiri di aula basket, ia berkenalan dengan seorang siswa bernama Shane yang tak diketahuinya adalah p...