Bibi Anne berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Alfie. Beliau hendak membangunkan Alfie untuk bersiap ke sekolah. Namun, saat Bibi Anne membuka pintu kamarnya, Alfie sedang duduk di tepi ranjangnya dengan raut lesu. Alfie terlihat seperti sedang tak sehat. Wajahnya terlihat agak pucat.
"Alfie, kau baik-baik saja, Nak?" tanya Bibi Anne seraya menghampiri Alfie dan duduk di sebelahnya.
Alfie mengangguk lemah. "Kurasa begitu."
Bibi Anne kemudian meletakkan punggung tangannya di dahi Alfie.
"Badanmu hangat. Sebaiknya kau beristirahat saja dan tak usah bersekolah hari ini. Bibi akan mengabari wali kelasmu," ujar Bibi Anne sedikit cemas.
"Tidak perlu. Aku baik-baik saja. Kurasa aku hanya kelelahan. Tapi aku masih sanggup pergi ke sekolah hari ini." Alfie berdalih, meski ia sadar dirinya merasa kurang sehat.
"Apa kau yakin? Kau tampak tak sehat." Bibi Anne benar-benar khawatir padanya.
"Tidak, aku baik-baik saja." Alfie bersikeras meyakinkan, "lagi pula, aku ada latihan hari ini." sambungnya.
"Bibi tak mengizinkanmu. Tidak ada latihan hari ini. Kau harus segera kembali ke rumah begitu jam sekolahmu usai," tandas Bibi Anne.
"Tapi aku—"
"Kau tahu jika perintahku tak dapat dibantah," desak Bibi Anne.
Alfie hanya memutar bola matanya malas. Namun, ia senang karena Bibi Anne begitu perhatian padanya. Hanya Bibi Anne-lah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Ia menyayangi wanita itu seperti ibunya sendiri.
"Kalau begitu, kau sarapan dulu. Bibi akan mengambil obat dan vitamin untukmu," ujar Bibi Anne seiring mendekati pintu.
"Baiklah," ucap Alfie singkat.
Sama seperti saat kembali ke rumah, Alfie menaiki kereta untuk sampai ke sekolahnya. Sekolah itu memang agak jauh dari rumahnya. Karena SMA tempat Alfie bersekolah adalah sekolah yang biayanya cukup murah. Bibi Anne hanyalah seorang juru masak di sebuah restoran kecil di pinggir kota. Namun, kehidupan mereka masih mencukupi.
Alfie seringkali berharap ia bisa menghasilkan uang yang cukup untuk membantu Bibi Anne. Memang, sudah beberapa kali band yang didirikan Alfie dan teman-temannya menang dalam kompetisi lalu mendapatkan hadiah uang tunai. Tentu uang itu mereka bagi rata satu sama lain.
Begitu sampai di stasiun, kereta sudah lebih dulu tiba hingga Alfie berlari sebelum pintu kereta tersebut ditutup. Alfie pun masuk ke dalam kereta dan mengambil tempat duduk yang kosong. Obat dan vitamin yang diberikan Bibi Anne tadi sepertinya lumayan membuat tubuhnya menjadi sedikit lebih bugar dari sebelumnya.
Begitu sampai di dua stasiun berikutnya, Alfie segera turun dan berjalan kaki menuju sekolahnya. Seperti biasa, begitu Alfie sampai di sekolahnya ia langsung bertemu dengan teman-teman satu band-nya. Mereka membicarakan hal seputar band mereka dan penampilan di SMA Waterloo mendatang.
Alfie mengikuti seluruh jadwal kelasnya dengan tubuh kurang sehat. Setelah jam istirahat usai, Alfie semakin merasakan tubuhnya melemah. Awalnya ia bersikeras ingin tetap menjalankan latihan sepulang sekolah. Tetapi Benny dan yang lain memintanya untuk segera pulang karena terlihat lemas.
"Sebaiknya kau pulang saja dan beristirahat. Wajahmu pucat," ujar Benny khawatir.
"Ya, sebaiknya kau pulang saja Alfie. Kami bisa berlatih tanpam ." Ramsey sang pemain keyboard menimpali.
"Tidak, aku baik-baik saja." Alfie bersikeras.
"Kepalamu terbuat dari batu, ya? Tentu saja kau tidak baik-baik saja. Wajahmu pucat dan terlihat lesu. Sebaiknya kau pulang saja." Ryan geram karena Alfie begitu bersikeras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love By Accident (The First)
RomanceTAMAT 23 November s.d 15 Desember 2017✍ [Book 1 of 3] Berawal dari pertemuan yang tak disengaja saat Alfie tengah melewati jam kelasnya dengan menyendiri di aula basket, ia berkenalan dengan seorang siswa bernama Shane yang tak diketahuinya adalah p...