22#LBAS1

2.4K 317 13
                                    

SEBELUMNYA

Shane kembali ke rumahnya dengan perasaan yang hancur dan benar-benar menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada Alfie. Ia tak menyangka jika dirinya yang hilang kendali membuat Alfie celaka.

Shane memporak-porandakan seisi kamarnya. Ia menjadi begitu agresif ia membanting-banting furniture dalam kamarnya. Ia melemparkan semua barang dikamarnya meluapkan rasa frustrasinya. Bahkan ia memukul peralatan elektroniknya. Ia memukul layar televisinya dengan tongkat baseball hingga hancur.

"Shane! Apa yang kau lakukan?! Biarkan ibu masuk!" teriak ibundanya sembari menggedor-gedor pintu kamar Shane yang terkunci dari dalam.

Nyonya Alba ketakutan mendengar suara ribut karena Shane tengah bertindak anarkis seorang diri didalam kamarnya.

"Shane, ibu mohon... Bukalah pintu ini" ibunda Shane mulai menangis karena takut jika putranya akan melukai dirinya.

Shane tak menghiraukan seruan ibunya dari luar dan terus bersikap agresif. Ia memukulkan tangannya pada cermin dikamarnya hingga tangannya terluka karena luka sobek. Namun darah yang mengalir tak membuat dirinya diam. Ia terus merusak apa yang ada dihadapannya untuk melampiaskan rasa frustrasinya.

Sovia yang tengah duduk dibawah, diruang tengah pun hanya bisa mendengar suara keributan dalam kamar Shane. Ia tak menyangka jika Shane bisa bersikap agresif seperti itu. Sovia pun melihat dua orang bodyguard ibunda Shane yang naik keatas setelah nyonya Alba berteriak memanggil mereka.

Shane mengambil pecahan kaca cermin dibawah kakinya. Ia melihat potongan kaca tersebut dengan perasaan kecewa yang sangat mendalam.

"Aku akan melakukan hal yang sama pada diriku, Alfie..." Shane ingin mengiris pecahan kaca tersebut kepergelangan tangannya.

Namun sebelum Shane melakukan hal itu, para bodyguard nyonya Alba mendobrak pintu kamarnya.

"Shane! Apa yang akan kau lakukan?!" ibundanya histeris melihat Shane yang siap untuk mengiris pergelangan tangannya.

Kedua bodyguard nyonya Alba dengan sigap memegangi kedua lengan Shane dan berusaha untuk menghentikan perbuatannya tersebut.

"Lepaskan aku!!" Shane merontak dan ia mulai mengeluarkan jurus bela dirinya untuk menyerang kedua bodyguard ibundanya hingga melepaskan dirinya yang semakin agresif.

"Shane! Apa yang kau lakukan?!" nyonya Alba berupaya menghentikan tindakan anarkis Shane yang meninju wajah salah satu bodyguardnya.

"Shane?!!" teriak nyonya Alba karena putranya tak menghiraukannya.

Shane pun langsung menatap kearah ibunya dengan tatapan yang berapi-api.

"Mau apa ibu kemari?! Bukankah ibu turut bersalah atas apa yang terjadi pada Alfie?!" bentak Shane pada ibundanya.

"Jaga ucapanmu, Shane! Beraninya kau membentak ibu mu!" nyonya Alba berbalik membentak putranya.

"Perjodohanku dengan Sovia lah yang menjadi awal segala kekacauan ini terjadi!" amarah Shane semakin bergejolak.

"Ibu melakukan ini untuk kebaikanmu! Seharusnya kau berpikir apa yang kau lakukan dengan Alfie itu adalah salah! Ibu berusaha untuk menyelamatkan masa depanmu dari hubungan terlarang mu dengan anak itu!" nyonya Alba pun tak tinggal diam melihat putranya yang seperti kehilangan akal.

"Diam! Diam! Diam!" Shane berupaya membungkam mulut ibundanya, "aku tidak mencintai Sovia yang ibu jodohkan padaku! Aku mencintai Alfie! Hanya Alfie! Dan aku tak pernah menyesal untuk mencintainya! Asal ibu tau itu!" Shane terus membentak ibundanya dengan amarah yang semakin menjadi-jadi.

"Alfie..." geram Sovia diruang tamu yang mendengar suara keributan tersebut. Ada perasaan sakit dihatinya mendengar bentakkan Shane yang mengatakan ia lebih mencintai Alfie daripada dirinya.

Sovia pun segera bangkit berdiri dari atas sofa dan pergi dari rumah ini tanpa pamit.

"Plakk!"

Sebuah tamparan keras kembali mendarat dipipi Shane. Kali ini tamparan tersebut berasal dari telapak tangan ibundanya.

"Tampar aku lagi bu! Lakukan lagi jika itu membuat ibu puas!" Shane menarik-narik tangan ibundanya agar kembali menamparnya.

"Shane?! Apa yang kau lakukan?! Kau menyakiti tangan ibu!" nyonya Alba berusaha melepaskan cengkraman putranya pada pergelangan tangannya.

Shane pun melepaskannya dengan kasar. Lalu ia berjalan kearah laci dilemarinya. Ia mengambil sebuah pisau lipat dari dalam sana.

"Ambil ini bu! Bunuh aku!" Shane memberikan pisau tersebut secara paksa pada ibundanya.

"Shane?! Apa yang kau lakukan?!" ibunda Shane berusaha untuk melepaskan pisau tersebut dari genggamannya. Namun putranya terus menahan genggaman tangannya yang memegang pisau tersebut.

"Bunuh aku, bu! Hidupku benar-benar kacau saat ini! Lakukanlah!" Shane memaksa ibundanya agar menghabisi nyawanya.

"Shane! Kau benar-benar gila!Seharusnya ibu tak pernah membawamu kembali ke kota ini! Lebih baik kau tinggal di Manchaster bersama kakek dan nenekmu disana! Almarhum ayahmu pasti juga akan marah melihatmu seperti ini!" sang ibu semakin frustasi melihat sikap Shane yang semakin tidak waras.

"Kalau begitu aku yang akan melakukannya sendiri" Shane merebut pisau lipat tersebut dan berupaya menghunuskan pisau tersebut ke perutnya.

Kedua bodyguard nyonya Alba kembali menahan dan mengunci tubuh Shane begitu tubuhnya dengan paksa dijatuhkan ke lantai. Pisau dalam genggaman Shane tersebut diambil secara paksa oleh ibunya.

Beberapa pelayan masuk kedalam untuk melihat kekacauan yang terjadi.

"Ambilkan obat penenang!" perintah nyonya Alba. Seorang pelayan pun segera menurutinya.

Tak lama kemudian seorang pelayan membawa sebuah suntikan berisi cairan obat penenang. Beberapa orang berupaya menahan tubuh Shane yang terus meronta.

"Lepaskan aku! Hei, kau! Jangan berani-beraninya kau menyuntik—Hmmsppphh!!" mulut Shane dibekap oleh salah satu bodyguard ibunya.

Lalu seorang pelayan dengan terpaksa menyuntikkan cairan penenang tersebut dileher Shane.

"Hmmppphh!!" air mata mulai keluar dari kedua mata Shane. Ia benar-benar tak berdaya saat ini.

'Alfie... Maafkan aku' batin Shane begitu dirinya disuntikan obat penenang.

Hanya dalam hitungan menit, dirinya mulai merasa lemas dan pandangannya terlihat kabur. Perlahan kedua matanya mulai menutup.

"Alfie..." ucap Shane terdengar tak berdaya.

Shane pun tertidur begitu kedua matanya tertutup.

Nyonya Alba benar-benar tak percaya dengan putranya yang bertingkah seperti orang gila hanya karena Alfie. Sulit untuk wanita itu melihat putranya, Shane yang benar-benar mencintai sahabatnya, Alfie.

Love By Accident (The First)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang