17#LBAS1

2.8K 324 24
                                    

Alfie begitu terpukul saat ini. Hatinya benar-benar hancur saat terpaksa harus mengakhiri hubungan asmaranya bersama Shane tadi saat keduanya bertemu. Sebenarnya semua perkataan yang ia lontarkan di stasiun tadi sore membuat dirinya semakin berat untuk melepaskan Shane. Namun dirinya harus melakukan itu semua.

Alfie hanya terus menangis di dalam kamarnya. Bibi Anne tidak berada dirumah saat ini. Alfie berpikir jika bibi Anne lembur hari ini. Hingga pulang agak larut. Seharusnya bibi Anne harus lebih banyak beristirahat ketimbang bekerja sampai malam seperti ini. Mengingat usianya yang tak lagi muda. Menginjak 57 tahun dan ini membuat Alfie ingin segera lulus dan bisa bekerja demi membantu kebutuhan mereka.

Alfie menatap kearah meja kecil yang berada dibawah jendela kamarnya. Ada bingkai foto almarhum kedua orang tuanya di dalam sana. Alfie berdiri dan mengambil bingkai foto tersebut. Lalu ia kembali duduk ditepi ranjangnya.

"Ibu, ayah... Aku sangat merindukan kalian" tetes air mata kembali mengalir seraya Alfie mengusap kaca bingkai foto tersebut dengan lembut.

"Mengapa aku harus merasakan hal ini lagi. Berpisah dengan orang yang sangat kucintai dalam hidupku" Alfie menangis tersedu-sedu.

"Apa kalian mendengarku bu, ayah?" Alfie terus berbicara pada bingkai foto mendiang kedua orang tuanya.

"Kenapa kalian tak turut membawaku pergi bersama ibu dan ayah waktu itu" tangis Alfie semakin pecah seraya mendekap bingkai foto tersebut. Ia terus menangis hingga dadanya terasa sakit. Namun tiba-tiba ia tersadar dengan satu hal.

"Tidak, tidak. Aku tidak boleh berkata seperti itu. Masih ada bibi Anne yang selalu menyayangi dan merawatku" Alfie membuka kacamatanya dan mengusap-usap air matanya. Ia menarik napas yang dalam dan menghembuskannya kembali.

Lalu Alfie meletakkan kembali bingkai foto itu keatas meja tersebut.

Ia segera mengambil handuknya dibalik pintu dan berniat untuk membersihkan dirinya dari segala kekacauan ini. Ia tak boleh terus menerus terpuruk dalam kesedihan seperti ini. Ia harus tetap menjalani hari-harinya.

'Shane, rasanya kau adalah kesalahan terindahku. Mengenalmu lalu jatuh hati padamu. Dan terpisahkan pada akhirnya' batin Alfie yang sedang berdiri dibawah guyuran air yang memancar dari shower. Setelah itu ia menenangkan dirinya dengan berendam dengan air hangat di dalam bathub.

............

Alfie membuka pintu lokernya dan mendapati ada foto dirinya bersama Shane dibaliknya. Ia segera melepaskan tempelan foto tersebut dan membuangnya kedalam tong sampah.

Ia merasa tak ada gunanya lagi menyimpan kenangannya bersama Shane sekarang. Jika ia memang ingin melupakan Shane, ia harus melakukannya dari hal kecil seperti ini. Tak tanggung-tanggung. Alfie langsung memblokir nomor Shane. Foto-fotonya bersama Shane pun ia hapus. Namun ada satu video antara dirinya dengan Shane yang terasa berat untuk ia hapus.

"Video ini..." Alfie ragu untuk menekan opsi hapus pada layar ponselnya.

Video itu berisikan dirinya yang menyanyikan sebuah lagu untuk Shane saat di danau waktu itu. Kepala Shane tengah berbaring diatas pangkuannya dengan Alfie yang menyanyikannya sebuah lagu sembari mengelus-elus rambut Shane dengan lembut.

"Alfie?" Dylan menyentuh pundak Alfie dari belakang. Sontak Alfie terlonjak kaget dan langsung mematikan layar ponselnya.

"Dylan?" ucap Alfie begitu membalikkan badannya.

"Kau sedang apa?" tanya Dylan.

"A-aku..." Alfie pun lupa ia mau berbuat apa didepan lokernya saat ini. "Nggg...." Alfie tampak mengingat-ngingat sesuatu.

Love By Accident (The First)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang