Hari ini Alfie senang sekali karena Shane kembali datang ke rumahnya. Pria itu ternyata serius dengan perkataannya kemarin. Shane membawa sebuah pipa baru untuk mengganti pipa saluran wastafel kamar mandi Alfie yang bocor. Saat ini ia tengah mengganti pipa tersebut.
"Bisa tolong ambilkan kunci pas di dalam kotak perkakas itu?" pinta Shane sembari berusaha melepas pipa yang bocor itu. Alfie kemudian memberikan kunci pas tersebut pada Shane. "Terima kasih." Shane kemudian memasang pipa yang baru menggantikan pipa yang bocor itu.
"Kau terlihat piawai sekali. Apa kau menjadi tukang ledeng juga di Manchaster?" Seloroh Alfie meledek.
"Ini perkara mudah. Serahkan saja padaku. Semuanya pasti beres," kata Shane membanggakan diri.
Alfie terkikik. "Sombong sekali."
Tak sampai setengah jam, wastafel di kamar mandi itu tak lagi bermasalah. Shane sudah mengganti pipanya yang bocor dengan yang baru.
"Lihat, mudah saja, 'kan?" Shane tersenyum semringah.
"Terima kasih, Shane. Kau benar-benar membantu," ucap Alfie riang. Shane tersenyum melihat Alfie senang dengan bantuannya. Alfie pun melihat Shane yang pakaiannya basah karena percikan air saat memperbaiki pipa tersebut.
"Pakaianmu basah. Aku bisa meminjamkan bajuku," tawar Alfie.
Shane tersenyum. "Baiklah."
Kemudian Alfie membantu Shane merapikan kotak perkakas tadi. Setelahnya, Alfie segera meminjamkan Shane pakaian ganti.
"Sebentar, aku akan mencarikan pakaianku yang kira-kira pas untuk kau kenakan." Alfie memilah-milah pakaiannya di dalam lemari.
"Ini." Alfie memberikan Shane sebuah kaos berwarna biru tua untuk dikenakannya.
"Terima kasih" Shane menerima kaos itu dan segera mengenakannya. Alfie tersenyum melihat Shane mengenakan kaos itu.
"Kau boleh memilikinya kalau kau mau," kata Alfie.
"Ini untukku? Tentu saja aku mau. Aku menyukai warnanya," ujar Shane selagi bercermin. Alfie tersenyum semringah.
"Omong-omong, kau belum memberitahuku kenapa kau kembali ke kota ini," ujar Alfie.
Mendadak wajah Shane terlihat murung. Alfie pun menjadi salah tingkah melihatnya.
"Kau baik-baik saja? Kenapa kau terlihat sedih?" Alfie menjadi bingung dan merasa bersalah melihat Shane seperti itu.
Tak lama, Shane tersenyum. Lalu ia berkata, "Tidak apa-apa. Hanya saja, alasanku kembali kemari karena ayahku meninggal di Manchaster. Ibuku yang melanjutkan perusahaan ayahku. Ibuku memindahkan sebagian besar aset perusahaan ayahku ke kota ini."
Mendengar itu, Alfie merasa sangat iba. Ia berpikir Shane sedang berduka saat ini.
"Maafkan aku, Shane. Aku tak bermaksud untuk membuatmu bersedih. Aku turut berduka atas ayahmu," ujar Alfie dengan iba.
"Terima kasih. Tapi, setidaknya aku senang karena aku masih bisa bertemu denganmu di kota ini," kata Shane. Keduanya saling melempar senyum.
"Aku sempat mengira kau tak lagi tinggal di kota ini. Kupikir kita tak akan pernah bertemu lagi." Tatapan Shane memaku di wajah Alfie.
"Dan nyatanya kau ada di hadapanku sekarang." Alfie terus tersenyum tiap kali menatap Shane.
*****
Ini adalah hari terakhir Alfie dan teman-temannya berlatih sebelum tampil di SMA Waterloo besok. Alfie pun mengetahui kalau Shane bersekolah di sekolah tersebut. Ia menjadi semakin tak sabar untuk pentas bersama teman-temannya di sana. Ia ingin melihat reaksi Shane saat melihatnya di atas panggung.
Belakangan ini, sudah kedua kalinya Shane menjemput Alfie begitu pria itu selesai berlatih bersama teman-temannya. Shane pun berkenalan dengan Benny dan yang lainnya. Namun Shane belum pernah berkumpul bersama mereka. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Alfie saja.
"Apa Inggris menyenangkan? Aku ingin sekali ke sana. Lebih tepatnya ke London," ujar Alfie sembari menikmati es krim di mangkuknya. Ia dan Shane sedang berada di sebuah kedai es krim yang tak jauh dari studio tempat Alfie berlatih.
"Kau akan mengunjungi tempat itu suatu saat. Percayalah," balas Shane.
"Kau tahu? Aku ingin sekali pergi ke sana dan melihat pemandangan indah kota itu dari ketinggian. Pasti akan menyenangkan sekali," ujar Alfie penuh angan.
Shane tersenyum mendengarnya. Alfie terlihat begitu berandai-andai. Setelah dari kedai es krim itu, mereka berdua lanjut berjalan-jalan sembari menikmati keramaian pusat kota saat hari beranjak senja. Terkadang Alfie mengambil foto dirinya bersama Shane. Mereka menghabiskan waktu bersama hingga matahari terbenam. Setelah itu, sebelum pulang, Shane mengajak Alfie untuk makan malam bersama di sebuah cafe.
Hari ini begitu menyenangkan bagi keduanya hingga mereka lupa waktu. Alfie pun segera menuju ke stasiun kereta dengan Shane yang mengantarnya hingga ia naik ke dalam kereta. Alfie melambaikan tangan pada Shane begitu pintu sudah tertutup dan kereta itu kemudian berjalan meninggalkan stasiun. Rumah Alfie dan Shane memang saling berjauhan. Karena itu tak setiap hari Shane bisa mengunjungi rumah Alfie. Alfie sendiri belum pernah mengunjungi rumah Shane yang baru setelah tiba dari Inggris. Alfie berpikir ia akan mengunjunginya jika Shane mengajaknya ke sana.
Begitu Alfie tiba di rumahnya, Bibi Anne melihat heran melihatnya pulang dengan wajah berseri-seri. Terlihat dari senyuman dan sapaan yang ia berikan pada wanita itu.
"Apa Shane yang membuatmu seperti ini?" tanya Bibi Anne sembari merapikan piring-piring yang habis dicucinya.
Alfie tak menjawab. Ia hanya menampakkan senyum semringah merasa bahagia sehabis menghabiskan waktu bersama Shane seharian tadi.
"Bersihkan dirimu dan akan Bibi buatkan segelas susu. Apa kau mau cookies cokelat juga? Bibi baru saja memanggangnya." tawar Bibi Anne.
"Susu? Aku mau teh saja. Baiklah, aku mandi dulu." Alfie menghampiri Bibi Anne dan mengecup pipinya dan segera berjalan menuju tangga.
Bibi Anne tersenyum ikut senang melihat sikap Alfie. Ia yakin Shane-lah yang membuatnya seperti itu. Karena tak seperti biasanya Alfie pulang dengan wajah sebahagia itu sewaktu Shane tak pernah lagi bertemu dengannya.
Saat Alfie baru saja mengalungkan handuk di lehernya, ia mendengar ponselnya berbunyi. Ia mendekati ranjang dan terlihat ada panggilan masuk dari Shane di layar ponselnya. Alfie begitu bersemangat dan senang sekali.
"Halo, Shane." sapa Alfie.
"Hai. Apa kau sudah sampai di rumah?" tanya Shane diseberang.
"Sudah. Aku baru saja mau mandi. Bibi Anne memanggang kue kering cokelat hari ini," ujar Alfie yang bahagia mendengar suara Shane di seberang.
"Kalau begitu, Aku hanya mau mengatakan aku tak sabar untuk melihatmu tampil di sekolahku besok. Semoga beruntung," ungkap Shane yang membuat perasaan Alfie semakin bersemangat. Alfie berharap waktu dapat berputar cepat hari ini.
"Terima kasih, Shane. Kalau begitu aku mau mandi dulu sekarang," balas Alfie berseri-seri.
"Tentu. Sampai bertemu besok."
"Baiklah." Alfie terkekeh dan langsung menutup panggilan itu. Ia meletakkan kembali ponselnya di atas tempat tidurnya. Lalu ia segera melangkah menuju ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love By Accident (The First)
RomanceTAMAT 23 November s.d 15 Desember 2017✍ [Book 1 of 3] Berawal dari pertemuan yang tak disengaja saat Alfie tengah melewati jam kelasnya dengan menyendiri di aula basket, ia berkenalan dengan seorang siswa bernama Shane yang tak diketahuinya adalah p...