Chapter 2 ; Who?

281 56 27
                                    

Pagi yang cerah, Aurina kini tiba lebih awal dari murid lainnya. Koridor menuju kelas saat itu terlihat masih sepi, dia berjalan sambil bersenandung ceria bahkan kepalanya bergerak ke kiri dan kanan membuat rambut panjangnya terurai dengan indah. Di tangan kanannya, terlihat sebuah jaket hitam yang kini ia dekap.

Kalea dan Dara belum terlihat, saat dia memasuki kelas pun masih kosong, dirinya menjadi yang pertama hari ini. Aurina duduk di kursinya, tepat di belakang kursi Dara dan Kalea, sedangkan Aurina duduk seorang diri.

Sorot matanya kini teralih pada sesuatu yang berada di bawah laci mejanya, sebuah kotak bekal makan dan satu susu coklat beserta sebuah note.

Maaf untuk hari kemarin.

Aurina menghembuskan nafasnya gusar, bahkan tanpa menyebutkan nama pengirimnya pun, dia sudah tahu. Orang yang melaporkan dirinya pada Ibu Satrih.

Sejak awal saat Aurina memutuskan untuk bersekolah di SMA Hang Tuah, selain karena adanya Kalea, dia pun di rekomendasikan oleh sahabat masa kecilnya, Pradikta Aksara.

Mantan ketua OSIS periode sebelumnya di SMA Hang Tuah, yang kini telah menginjak kelas XII MIPA 2. Dan, yang melaporkan dirinya kemarin adalah Dikta. Mengingat kembali kejadian kemarin, Aurina dan Dara di perintahkan untuk membersihkan halaman sekolah, sedangkan Zadkael mendapatkan kultum selama 2 jam dari Ibu Satrih serta membersihkan kamar mandi siswa sendirian.

Aurina segera meraih ponselnya, walaupun dirinya suka dengan isi bekalnya, tetapi gengsi yang ia miliki tentu tidak ingin kalah.

Aurina segera meraih ponselnya, walaupun dirinya suka dengan isi bekalnya, tetapi gengsi yang ia miliki tentu tidak ingin kalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ponselnya kini ia letakkan di meja, ia meminum susu coklat yang berada di atas mejanya.

Seseorang akhirnya datang dari arah pintu, setelah cukup lama dirinya seorang diri. Orang tersebut adalah, Zadkael.

Pandangan keduanya kini bertemu. Zadkael kemudian melangkahkan kakinya ke arah dimana Aurina duduk, tepat di hadapannya kini Zadkael menundukkan wajahnya hingga sejajar dengannya. "Gue kira jaketnya nggak bakal balik lagi, nih?" ucapnya.

Wajah Aurina memerah, karena jarak antara keduanya terlalu dekat. Zadkael melepaskan tawanya ketika melihat perubahan pada wajahnya Aurina saat itu.

"Hahaha... Pipi lo kenapa? Malah jadi kayak tomat." ucap Zadkael tertawa sambil mencubit kedua pipi Aurina, dia mengambil jaket miliknua sebelum beranjak pergi ke tempat duduknya.

Aurina segara menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. "Apaan, sih. Freak!" kesalnya.

Beberapa murid lainnya mulai masuk ke dalam kelasnya satu per satu, termasuk Dara dan Kalea yang baru saja datang melambai ke arahnya.

AURINA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang