Tak Terduga

88 14 0
                                    

Semua orang yang berada di rumah Zidan saat itu seketika panik, ketika cowok itu berteriak menyebut nama Aurin. Perasaannya sangat cemas karena di sambungan telfonnya masih tersambung namun tidak ada suara yang menjawab di sana, bahkan ia pun tidak tahu Aurin ada di mana karena dia belum mengatakan apapun.

"Mending kita cari, daripada tinggal diam seperti ini." kata Khaesa dan mereka pun setuju termasuk ibu Zidan yang tahu akan hal itu.

"Gue sama Lena, Khaesa sama Lauren dan lo sama tante Selena. Kita pokoknya berpencar dan intinya cari toko kue ulang tahun sekitar sini, karena yang kita tahu dia itu pergi nyari kue buat lo." jelas Adam.

"Kenapa sih kalian pake acara ginian!" kesal Zidan tidak dapat menahan emosinya.

"Ini semua Aurin yang mau, kita semua hanya bantu jalanin rencananya." kata Lena.

"Jangan ada yang menyalahkan, ayo kita pergi cari dulu." ujar Selena dan mereka semua pun langsung pergi.

Lauren khawatir karena sahabatnya itu hilang tanpa kabar, padahal mereka sempat berkomunikasi di grub mereka. Hal ceroboh apa lagi yang di lakukan olehnya, satu hal yang harus lakukan adalah memastikan keadaan Aurin dan menelfon keluarganya.

Khaesa sibuk mengendarai motornya sambil melihat ke sekelilingnya, begitupun dengan Adam yang membawa Lena mencari Aurin. Semuanya sibuk berkeliling, mencari ke segala toko kue.

Hingga pada satu titik mereka bertemu di tempat yang sama namun hasilnya nihil.

"Kita kembali ke rumah lo aja, kabarin Fatyah biar ikutan nyari" usul Adam dan di setujui oleh semuanya.

Ketika satu pembelokan lagi, semuanya tiba-tiba berhenti karena macet parah. Baru kali ini jalan dekat situ macet, padahal biasanya biasa saja. Namun, kali ini perasaan Lauren dan Lena semakin memburuk dan langsung turun dari motor mendekati sumber kemacetan.

Hampir saja mereka berdua pingsan di tempat, kaki mereka berdua lemas saat melihat Plat mobil yang terbalik di hadapannya itu. Namun, dengan sigap Adam dan Khaesa menahan keduanya, Zidan yang melihat itupun langsung berlari mendekat namun di tahan oleh warga yang ada di sana.

Ada dua mobil yang terbalik, keduanya hangus terbakar. Sepertinya, kecelakaan itu sangat keras, bunyi sirine pun ikut terngiang menemani suasana disana.

"Tadi, ada pengemudi yang di bawah ke rumah sakit. Sepertinya, wanita yang tubuhnya hangus tidak bisa dikenali," ucap salah satu remaja yang menyaksikan kecelakaan itu.

Di dekat lokasi kejadian, Zidan menemukan ponsel Aurin yang masih menyala. Dengan lemasnya, ia mengambil lalu terduduk di tengah jalan.

"Aurin!! Lo ngapain, lo gak mungkin ceroboh lagi di hari ulang tahun gue, kan." ia menangis sejadi-jadinya.

"Mayat itu bukan Aurin! Aurin masih hidup!!" teriaknya membuat yang lain ikut menangis melihat Zidan seperti ini.

Lauren menekan tombol panggilan pada Fatyah, ia harus mengetahui ini secepatnya.

"Halo? "

"Kak! Aurin kecelakaan."

"Gue gak ketipu, udah berapa kali ini candaan lo kasih sama gue."

"Nggak kak, gue serius!" kata Lauren sebelum memutuskan sambungan telfonnya.

...


"Maksud lo apa?! Adik gue itu kuat dan lo bilang dia apa?! " Teriak Fatyah saat mendengar kalau pengemudi yang meninggal adalah Aurin.

"Sabar nak, kita di rumah sakit." kata ibunya.

Kenapa Tuhan tega memisahkan mereka yang bahkan belum sempat bertatap muka setelah pulang dari Austria, bahkan gadis di hadapannya ini dengan begitu tenangnya membiarkan Zidan terluka.

Bahkan pada saat terakhir Aurin, Zidan tidak bisa berbuat apa-apa. Sungguh, betapa merasa pengecutnya Zidan kali ini. Ia merasa seperti pengecut yang telah membiarkan Aurin selalu menunggu dan menunggu. Namun ,apakah semua ini harus terjadi tepat pada hari ulang tahunnya. Sekarang ia merasa menjadi pembawa sial bagi kehidupan Aurin.

Siapa yang tidak kacau, jika orang yang kita sayangi dan yang kita rindukan pergi tepat di hari yang special. Orang yang selalu memberikan rasa nyaman dan kenangan yang indah, dengan hebatnya pergi membiarkan semua rasa itu menetap dan membekas dalam hati.

...

AURINA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang