Cemburu

82 20 2
                                    

"Inilah yang ku dapat dari mencintai orang sepertimu, ingin cemburu namun apa daya temanmu ini?

☆☆☆

Seperti biasa gadis itu pagi-pagi sudah berada di kelasnya, tidak lama setelah itu barulah Lena datang. Tidak seperti Lauren yang baru datang ketika bel masuk sudah berbunyi, namun hari ini berbeda karena bukan Lena yang datang duluan melainkan Zidan

"Selamat pagi" sapa cowok itu

"Tumben cepet banget" kata Aurin

"Pas aja bangunnya cepet" kata Zidan tidak lama setelah itu Bianca masuk sambil memperhatikan Zidan yang terlihat berbeda pagi ini, pantas saja karena cowok itu membiarkan dasinya menggantung sembarangan di lehernya

"Lo pake dasi kayak tali jemuran aja" kata Bianca sambil memperbaiki dasi Zidan, cowok itu membiarkannya karena memang dasinya berantakan karena ingin cepat sampai pagi ini tanpa sadar bahwa Aurin juga memperhatikan itu

Baru gue mau baikin, udah di tikung aja. Batin Aurin lalu ia meninggalkan kelasnya

"Makasih" kata Zidan lalu mencari gadis yang ingin ia temui sepagi ini namun ternyata hanya dia dan Bianca di kelasnya

"Dia keluar, cemburu mungkin" cibir Bianca lalu tersenyum miring

☆☆☆

Setelah istirahat mereka berkumpul lagi di tempat biasanya, mereka sudah seperti anggota gangster yang sedang ingin mengadakan rapat.

Zidan terus memperhatikan Aurin yang sibuk dengan ponselnya seakan-akan dia hanya sendiri di sini, yang lainnya sibuk membicarakan hal-hal sepele yang bagi mereka sesuatu yang lucu.

"Gue cabut dulu yah" kata Aurin lalu berdiri dari tempatnya

"Gue juga" kata Adam, entah baru kali ini Adam sudah mendahului mereka padahal biasanya dialah yang paling ingin lebih lama untuk mengganggu Lena

"Yah cepet banget Rin, emang lo mau ke mana?" Tanya Lauren

"Lagi gak mood Ren" kata Aurin lalu menatap sinis ke arah Zidan namun yang di tatap hanya memasang wajah kebingungan

"Lo sendiri?" Tanya Lena pada Adam

"Sama" ketus Adam, membuat semuanya merasa takut melihat sisi lain Adam jika kehilangan moodnya.

Mereka berdua pun meninggalkan yang lainnya di kantin, membuat yang lainnya mengeluarkan semua pendapatnya

"Apapun masalah lo berdua, jangan sampai saling membuat kehilangan mood kalian" kata Lauren

"Apasih? Siapa juga yang punya masalah sama dia" kata Lena

"Kan bukan cuma elo, nih di depan gue" kata Lauren

Zidan yang saat itu sedang minum langsung saja tersedak ketika Lauren mengatakan itu

"Itu cuma air, lebay banget pake acara keselek" kata Khaesa

"Kok gue lagi sih?" Kata Zidan

"Mood Aurin kan tergantung sikap lo sendiri" kata Lauren

"Lo sendiri kan liat gue di sini terus dia cuman main ponsel terus langsung bilang gue lagi gak mood" kata Zidan sambil menirukan gaya Aurin saat mengatakan tidak mood

"Kayak situ lo gak ngilangin mood Adam aja" sindiri Zidan pada Lena

"Emang gue fikirin" kata Lena

Mereka semua tidak sadar bahwa mereka saling membohongi soal perasaan mereka masing-masing, entah akhirnya akan saling mengakui dan bersama atau salijg menyakiti lalu pergi

☆☆☆

Ia duduk bersama cowok yang ia rasa dapat mengerti perasaannya untuk saat ini karena ia tahu perjuangannya sama dengan perjuangan yang di lakukan oleh cowok di depannya, ia merasa seperti ini bukan hanya karena pemandangan tadi pagi namun perasaan yang selama ini ia pendam karena ia tahu bahwa tidak berhak mengatakan kalau dia cemburu. Dia dekat namun tidak bisa ia gapai, dia sakit tapi tidak berdarah, dia muak namun tidak dapat berbuat apa-apa

"Lo sendiri kenapa sama Lena?" Tanya Aurin

"Gue capek Rin, fisik gue masih kuat nerima tabokan Lena tapi hati gue gak sanggup lagi" ujar Adam

"Jangan nyerah dulu sebelum lo sendiri tau gimana endingnya, gue juga yakin kalau Zidan sebenarnya cuman nyaman deket sama gue tapi gue nikmatin waktu itu" kata Aurin, ia sangat bijak menasehati orang namun dirinya sendiri sulit melakukan itu

"Perjuangan gue gak sebanding sama perjuangan lo Rin, lo emang cewek tapi tekad lo kuat bahkan di saat Zidan tidak menjaga perasaan lo" kata Adam, Zidan memang selalu melakukan hal yang membuat Aurin sakit hati namun tidak menyadari itu.

Aurin tertawa akan hal itu, entah menertawakan dirinya atau menertawakan perjuangannya yang bisa di bilang sangat bodoh karena mencintai cowok brengsek seperti Zidan, ia ingin Aurin tetap di sisinya namun ia bersikap seakan tidak membutuhkan Aurin. Ia menyanyikan sebuah lagu tanpa tau maksud dari lagu tersebut, ia melakukan segalanya yang menurutnya benar dan itu membuat hatinya sakit

"Oh iya nanti ada pentas seni, lo mau nyanyi lagi?" Tanya Adam

"Mungkin. Emang kenapa?"

"Bareng gue" kata Adam

AURINA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang