Zayn membuka matanya, dan bersandar pada headboard. Hal yang dipikirkannya pertama kali adalah saat Cassandra, Myra dan Andy membuat pesta kejutan untuknya ditaman semalam. Meskipun awalnya mereka mengelabui Zayn, tapi semalam merupakan perayaan ulangtahun terindah bagi Zayn, apalagi saat ia berdansa dengan Cassandra, walaupun tidak formal dan berdansa ditengah-tengah udara dingin dan turun salju, membuat Zayn menikmati peristiwa itu, udara dingin sama sekali tidak mengganggu Zayn padahal dia tidak memakai jaket ataupun mantel, hanya melihat senyuman Cassandra saja membuatnya hangat seperti diselimuti oleh kain wol.
Zayn tersenyum membayangkannya, secara spontan, dia mengungkapkan perasaanya pada Cassandra saat wanita itu berpura-pura pingsan. Tapi Cassandra tidak bertanya tentang itu, dengan mendengar fakta bahwa Zayn mencintainya saja, sudah cukup baginya.
Hari ini mereka akan kembali ke London. Tapi Zayn belum mengungkapkan perasaannya. Padahal ia sangat ingin mengungkapkannya ditempat ini, Swiss. Tapi itu bukan masalah besar baginya, jika mengungkapkannya di London pun tidak masalah.
Zayn turun dari tempat tidur dan mengemas pakaiannya kedalam koper. Sekarang masih pukul tujuh, Andy pun belum bangun. Setelah mengemas pakaian, Zayn duduk disofa dan menonton tv. Udaranya sangat dingin, membuat Zayn malas mandi. Ia masih shirtless dan mengenakan celana trening panjang saja. Zayn menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal sambil menonton tv diatas sofa.
Kemudian seseorang mengetuk pintu, Zayn berjalan kesana dan membukanya. Selimut tebalnya masih menggantung menyelimuti punggungnya.
"Hai!" Cassandra tersenyum manis dan sudah berpakaian rapi, ia berdiri didepan pintu Zayn sambil membawakan nampan berisi dua piring toast bread dan dua gelas teh hangat.
"Selamat pagi" sapanya. Rambut cokelat keemasannya itu dikepang ala perancis. Ia sangat cantik meskipun make up diwajahnya hampir tidak terlihat saking naturalnya.
Zayn tersenyum. "Pagi!" Ia mengeringai menunjukkan deretan giginya. "Kau sudah rapi, ini kan masih pagi sekali" kening Zayn berkerut tapi ia masih saja tersenyum setelah melihat wajah Cassandra.
"Jangan lupa Zayn, kita harus kebandara dua jam lagi" sahutnya. Cassandra menelaah Zayn dari kaki hingga kepalanya. "Kau baru bangun?"
Zayn mengangguk. Setelah bangun tidur Zayn memang langsung mengemas. Rambutnya pun masih acak-acakan, khas orang bangun tidur.
"Zayn, kita kan harus secepatnya ke bandara. Kalau sampai ketinggalan pesawat, bagaimana?"
"Aku tahu. Tapi--kakakmu saja masih tidur, tuh" ucap Zayn. Mereka masih berdiri diambang pintu kamar hotel Zayn dan Andy.
"Ya ampun!" gumam Cassandra. "Ini, sarapan untuk kalian" Cassandra menyodorkan nampan itu dan Zayn meraihnya.
"Wah? Toast bread. Terimakasih, Sandra!" Zayn tersenyum. "Kau tidak mau masuk dulu?"
"Tidak deh, aku harus packing"
"Aku barusaja selesai packing"
"Oh ya? yasudah, aku packing dulu ya!"
"Oke"
***
Mereka tiba di London sekitar pukul 2 siang. Cassandra langsung beristirahat di apartemennya. Begitu juga dengan Zayn yang langsung beristirahat diapartemennya.
Cassandra bahagia setelah tahu kalau Zayn sangat mencintainya, meskipun mereka belum resmi berpacaran.
05:00 PM
Seseorang mengetuk pintu apartemen Cassandra. Ia berjalan kedepan pintu dan membukanya.
"Ada paket untukmu, nona Cassandra Rawles" seorang pengantar paket memberikannya kotak persegi panjang yang lumayan besar berwarna ungu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dusk Till Dawn✔
FanfictionKau adalah alasan mengapa aku harus melanjutkan hidupku. Copyright. 2017 by Zelvia Malik (17/09)