Zayn sedang mengobrol dengan Jawaad, Daniaal, dan Zimran, sepupunya. Ia merindukan ketiga pemuda itu sejak lama karena selama berbulan-bulan tak bertemu mereka.
"Zayn, ayo sesekali ajak kami pergi berjalan-jalan keluar negeri, kau selalu sibuk dengan dokumen-dokumen penting dikantormu, astaga" gumam Jawaad sambil menggeleng pelan.
Zayn memang selalu sibuk meniti karir nya selama setahun terakhir. Hanya pekerjaannya lah yang bisa membuatnya lupa akan berbagai macam penderitaan didalam hidup ini.
"Ya," sahut Daniaal tiba-tiba. "Kau pernah janji padaku akan mengajakku pergi ke asia, tapi kau belum menepatinya hingga sekarang" Daniaal ikut menggerutu.
Zayn menggigit bibirnya, "maaf bro, aku ingin sekali menghabiskan waktu dengan kalian, bermain bola, bermain play station dan sebagainya. Tapi..kalian tahu kan aku tak bisa meninggalkan pekerjaanku" Zayn mengangkat bahu. Sepertinya Zayn agak terpojok dengan desakan Jawaad dan Daniaal.
"It's okay, Zayn. Kita bisa pergi saat liburan tahun baru nanti" Zimran menepuk-nepuk punggung Zayn, sepupunya yang satu ini memang selalu berada dipihaknya.
"Okay, kuusahakan saat tahun baru nanti kita akan pergi liburan bersama. Tapi aku tidak janji"
Jawaad dan Daniaal memutar bolamata kesal. Bukan kali ini saja Zayn memberi harapan palsu pada mereka, tapi sudah kesekian kalinya.
Zayn meminum segelas kecil sampanye sambil menghisap rokoknya dan mengedarkan pandangan, memperhatikan orang-orang yang bercengkrama sambil menikmati hidangan. Seorang wanita yang sedang berbincang dengan Trisha membuat pandangan Zayn tertegun disana.
Zayn memicingkan matanya untuk memperjelas pandangannya. Wanita itu adalah wanita yang menabraknya tadi kalau tidak salah, sekarang dia sedang mengobrol dengan Trisha. Zayn terpelangah, tak mungkin ibunya memiliki teman gadis seperti dia.
Zayn masih fokus memperhatikan wanita yang memakai dress selutut warna cream tanpa lengan itu, menampakkan kaki jenjangnya yang tampak flawless, tubuhnya ideal bagaikan seorang model. Wanita itu menggerai rambut emasnya, dia terlihat akrab berbincang dengan Trisha sambil memegang segelas minuman ditangannya.
Tak lama kemudian Trisha mengalihkan pandangannya, ia melambaikan tangannya memberi isyarat agar putranya yang sedang menatap kearahnya itu mendatanginya.
"Zayn, kemarilah!" seru Trisha yang terdengar samar-samar bagi Zayn, karena posisi Zayn duduk agak jauh dari posisi ibunya yang sedang berdiri diseberang kolam renang.
Zayn pun mendatangi Trisha, wanita tadi terpelangah saat melihat kedatangan Zayn, ia terus menatap Zayn tanpa berkedip sedikitpun.
Zayn menatap wanita itu sekilas lalu menatap ibunya. "Ada apa, bu?"
"Ibu ingin memperkenalkanmu dengan Cassandra Rawles, putri Ashley dan Paul" ujar Trisha yang seketika membuat Zayn mengerutkan alisnya.
Selama ini Zayn tidak tahu kalau Mr. Rawles mempunyai seorang putri. Sepengetahuannya, mereka hanya mempunyai seorang putra bernama Andy?
"Cassie kenalkan, dia Zayn Malik, putraku" ucap Trisha seraya menatap Cassandra dan Zayn bergantian.
"Putramu?"
Cassandra terbelalak mendengar pernyataan bahwa pria bernama Zayn itu adalah putra dari Mrs. Malik, astaga!
"Iya, aku putranya" jawab Zayn dengan tatapan yang mengintimidasi.
Cassandra mengulurkan tangannya. "C-cass-sandra--Rawles" ucapnya gugup, Cassandra menggigit bibirnya yang berwarna pink itu, dia sangat malu karena sudah menabrak putra Mrs. Malik dan menumpahkan jus nya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dusk Till Dawn✔
FanfictionKau adalah alasan mengapa aku harus melanjutkan hidupku. Copyright. 2017 by Zelvia Malik (17/09)