19. Pahlawan

764 62 0
                                    

"Kau tunggu disini, aku mau beli mawar dulu, atau kau mau ikut?" Zayn melepas sabuk pengamannya.

"Disini saja" jawab Cassandra datar sambil menyilangkan kedua lengannya.

"Oke"

Tak lama kemudian Zayn kembali sambil membawa sebuket mawar putih.

"Baiklah, ayo kita pergi" Zayn meletakkan mawar putihnya dikursi belakang lalu melajukan mobilnya menuju makam Olivia.

"Kenapa harus mawar putih?" tanya Cassandra.

"Karena Olivia suka mawar putih. Aku juga" sahut Zayn.

Cassandra lalu menatap ke jendela.

"Kau tahu? Aku biasanya selalu ke makamnya setiap satu minggu sekali, tapi entah kenapa aku tidak berkunjung kesana akhir-akhir ini. Aku merasa bersalah padanya, dia pasti merindukanku" ucap Zayn. "...pernah pada suatu malam, aku teringat padanya, aku datang kemakamnya dan aku merasakan kehadirannya. Aku merasakan sesuatu menyentuh rambutku, saat aku mendongak dan mengedarkan pandangan tidak ada siapapun disana kecuali aku, aku yakin itu Olivia, dia memang suka sekali menyentuh rambutku." Zayn mengakhiri kalimatnya dengan kekehan kecil.

"Oh," sahut Cassandra singkat. Dadanya terasa sesak, ia sangat ingin menangis dan merobek-robek sesuatu sekarang. Bodohnya Zayn mengatakan itu, dia tak tahu Cassandra cemburu mendengarnya, dia tak tahu Cassandra sakit hati.

"Kenapa?" Zayn melihat wajah Cassandra murung terus sejak tadi, jadi ia bertanya. Tetapi Cassandra hanya menyahut singkat tanpa menatap mata Zayn.

Setelah beberapa saat kemudian, Zayn menghentikan mobilnya.

"Kita sudah sampai"

Zayn turun dari mobilnya dan membawa mawar putih itu, ia berjalan mencari letak makam mantan kekasihnya diikuti Cassandra dibelakangnya yang berjalan sambil memasukkan kedua tangannya ke saku mantel hitamnya dengan ekspresi wajah yang datar.

Zayn berhenti didepan sebuah makam, sepertinya dia sudah sangat hafal letak makam Olivia. Ia berjongkok disamping makamnya sedangkan Cassandra hanya berdiri disamping Zayn sambil menyilangkan kedua lengannya.

Zayn meletakkan sebuket mawar putih itu ke atas makam Olivia, dan memegang batu nisannya. Ia menyentuh ukiran nama Olivia yang ada di nisan itu, hal yang selalu dia lakukan saat datang mengunjungi makam Olivia.

"Hey, apa kabar?" tanya Zayn. "Aku membawa temanku, dia sangat baik, persis sepertimu" ucap Zayn yang kemudian melirik Cassandra sambil tersenyum sekilas lalu kembali menatap makam Olivia.

Apa? Aku persis seperti mantannya? Sama sekali tidak benar!

"Maaf aku tidak mengunjungi makammu sebulan ini"

"Zayn, kau bicara pada kuburan!" Cassandra bergumam sebal.

Zayn menarik ujung mantel Cassandra. "Kemarilah! Kenapa kau hanya berdiri saja?"

Cassandra berdecak. "Aku harus apa? Tidak ah!"

"Hm.." Zayn menghela nafas lalu menatap lagi makam Olivia. "Aku tahu kita tak akan pernah bisa bersama lagi. Aku sudah mengubur cintaku bersamamu, aku akan menjalani hidupku tanpamu, aku tahu kau juga pasti ingin aku bahagia, selama ini aku selalu tenggelam dalam perasaan bersalah, perasaan menyesal karena tidak menjemputmu saat itu, aku bodoh sekali ya? Maafkan aku. Seharusnya aku menjemputmu kerumahmu, kalau aku menjemputmu pasti kau tidak akan kecelakaan dan meninggalkanku seperti ini. Tolong maafkan aku, Oliv"

Cassandra hanya mendengarkan Zayn berbicara pada makam Olivia yang jelas-jelas tidak akan menjawabnya.

"Oliv, kenapa kau tidak bilang padaku kalau kau hamil? Kenapa kau membawanya pergi bersamamu? Aku ingin melihat seperti apa wajahnya, aku ingin menggendongnya, aku ingin bermain bersamanya, aku ingin bermain bola bersamanya jika dia laki-laki, atau aku akan membelikannya boneka jika dia perempuan. Kenapa kau membawanya pergi bersamamu?" Tak terasa Zayn meneteskan airmata, Cassandra langsung berjongkok dan memegang punggung Zayn.

Dusk Till Dawn✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang