[9] Cabut Yuk!

2.1K 145 30
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

"Huhha huhha!" Nata mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah. Berharap rasa pedas yang menjalar akan berkurang sedikit. Sisy menyodorkan segelas es jeruk miliknya dan langsung diteguk dengan cepat sampai hanya menyisakan setengah gelas. Ia kepedesan dengan keringat membanjiri wajahnya.

"Nat udah! lo gila banget. Muka udah merah gitu juga!" serunya memperingati, tangannya ikut mengibas-ngibas di depan wajah Nata. "Tanggung sy! Tinggal dua sendok lagi." Nata kembali memasukan potongan bulat bakso beserta kuah yang merah bercampur saus dan sambal ke dalam mulutnya. Ia mengunyah makanan dengan ekspresi nikmat, seperti melupakan rasa pedas yang menjalar di lidahnya.

"Nih gue beli dua gelas lagi." Via menaruh dua gelas es jeruk ke atas meja. Lalu ikut duduk di samping Nata yang lagi-lagi berhuha kepedasan. "Thanks," tukas Nata setelah memasukan sesendok lagi potongan bakso ke dalam mulutnya. Tangannya dengan segera meraih es jeruk yang tadi sisa setengah, lalu meneguk habis isinya. "Mantap!" serunya senang dan puas.

Ia merebut paksa kaca yang sedang digenggam Sisy membiarkan gadis itu mencebik kesal. "Anjir merah banget muka gue!!" Kemudian mengambil beberapa tisu yang di sodorkan Via dan mengelap bekas keringat di dahinya. Dan juga kembali menegak habis satu gelas es jeruk yang tadi di bawa Via.

Via hanya geleng-geleng kepala setelah melihat sisa kuah bakso merah di mangkuk Nata tadi. "Nat, lo gak takut sakit perut?" tanyanya dengan ekspresi khawatir lalu ikut mengambil tisu dan membantu mengelap bekas keringat di wajah temannya itu. Warna merah di kuah bakso Nata membuatnya bergidik ngeri. Agaknya perut Nata kebal dengan makanan pedas.

Nata menggeleng, lalu beranjak berdiri hendak meninggalkan kantin. "Lo udah bayar es jeruknya?" tanyanya pada dua gadis di hadapannya tersebut. Yang satu mengangguk dan yang satunya menggeleng di sertai cengiran khas.

"Kebiasaan! Thanks ya Vi udah bayarin." Ia mendelik sebal pada Sisy dan mengacungkan jempol pada Via lalu segera pergi ke tempat Mang Oji membayar es jeruk, setelah menghabiskan segelas es jeruk yang Sisy sodorkan untuknya tadi. "Mang es jeruk yang di beli Sisy tadi berapa?" tanyanya sambil merogoh saku rok seragamnya.

"Sekalian sama gue aja Mang," sahut orang tersebut yang berdiri di sebelah Nata. Satu tangannya, memegang kaleng minuman soda. "Eh gak usah, biar gue aja!" sela Nata cepat dan menyodorkan selembar uang kepada Mang Oji. Namun, orang itu menarik tangan Nata dan langsung menggenggamnya.

"Gery! Apaan sih!!" seru Nata sebal setelah menoleh ke samping dan ternyata orang itu adalah Gery. Tangannya tak tinggal diam menarik-narik tangannya yang digenggam Gery.

Cowok itu menoleh sebentar, lalu kembali menatap Mang Oji mengambil uang kembaliannya dan langsung menyeret Nata keluar kantin.

"Nata!!!!" panggil Sisy dan refleks berdiri saat melihat temannya itu di seret seenaknya oleh Gery. Via segera menahan tangan Sisy saat cewek itu ingin beranjak pergi mengikuti kemana arahnya Nata di bawa oleh Gery. "Biarin aja Sy, lo gak seneng liat Nata move on ke Gery?" Sisy menatap bingung Via sebentar tapi tak urung ia mengangguk pelan dan kembali duduk di kursinya.

"Mereka udah pacaran?" Via mengangkat bahu sebagai jawaban. "Tapi, Gery kayaknya emang suka sama Nata, so biarin aja." Sekali lagi Sisy mengangguk mengiyakan.

***

"Lepas gak!"

"Gak!"

"Lepas Gery!"

"Gak sayang!"

Ternyata Gery membawa Nata ke lapangan takraw. Di mana seluruh teman-teman Gery sedang berkumpul dan duduk di sudut lapangan yang dinaungi pohon rindang saling melempar bola takraw dengan tangan mereka.

"Nih dia orangnya," sahut salah satu dari mereka, rambutnya kribo langsung berdiri dan diikuti yang lainnya. Mereka sama-sama menatap pada satu titik. Pada Nata yang masih berusaha keras melepas genggaman Gery dari tangannya. Cowok-cowok itu sepertinya penasaran. Menatap Gery dan Nata bergantian.

Plung! Gery melempar kaleng minuman sodanya yang sudah kosong ke dalam tong sampah. Lalu melepas genggamannya pada tangan Nata. Dan beralih merangkul bahu cewek itu agar lebih mendekat padanya. "Kenalin cewek gue!" serunya lugas.

"Apaan sih! Gak!" Nata terkesiap saat tersadar melihat cowok-cowok yang menatapnya dengan rasa ingin tahu. Jujur saja cowok-cowok tersebut, merupakan pentolan sekolah yang hobi berantem, nyeleweng peraturan sekolah dan paling rajin hormat di depan tiang bendera. Ia sedikit takut, refleks merapatkan tubuhnya pada Gery.

Gery yang melihat reaksi Nata malah tersenyum lebar, tangannya yang bebas mengacak-acak gemas poni Nata. Dan adegan mesra ini hanya ditonton oleh teman-teman Gery dengan pandangan takjub.

"Gery mereka semua temen lo ya?" Gery mengangguk mengiyakan, kemudian menyeret tangan Nata dan menyuruh cewek itu duduk di salah satu bangku taman yang lumayan teduh menghadap lapangan takraw.

"Lo di sini. Liat gue main, soalnya kalo ada lo berasa adem banget meskipun kulit gue gosong dibakar sinar matahari," katanya lalu mengusap pelan rambut Nata. Sebelum berbalik menuju lapangan, ia sempat membuat gestur hati dan mengedipkan sebelah mata ke pada Nata. Yang membuat cewek itu bergidik geli. "Tuh cowok kenapa?"

***

Kalian tau, hal paling menyenangkan selain hari minggu? Free class. Yeay! Satu kelas bisa ribut melebihi pasar kalau sedang free class. Berbagai kelompok pun terbentuk. Dari anak rajin nan lugu, anteng baca buku paket yang tebelnya melebihi ketebelan meja kelas. Sampai kelompok yang sibuk memerhatikan layar ponsel dengan petak warna merah, kuning, hijau dan biru. Kadang terdengar kata-kata berisi umpatan jika kalah saat bermain, atau malah harus terlempar jauh karna di usir oleh pemain lain.

Ludo king! Game sakral yang akhir-akhir ini ada di ponsel setiap murid. Begitupula Nata cs. Bersama Sisy, Via dan Willy. Iya! Willy. Semenjak kemarin ia semakin ramah pada siapa saja. Bahkan ia mau-mau saja diajak main ludo king dengan Nata cs. "Gue menang!" serunya senang sambil mengepalkan tangan ke udara yang sukses membuat para kaum hawa menganga.

Nata beranjak pergi, ia mengeluh pinggangnya pegal karna lelah duduk terus-terusan. Koridor sepi. Kosong melompong, Nata masih berdiri di sisi pintu kelasnya. Menengok ke kanan ke kiri, mencari seseorang. Dari ujung koridor menuju kelas-kelas anak IPS. Sosok Gery muncul dan melambaikan tangan padanya, refleks ia tersenyum senang. Dan mulai berjalan mendekati cowok itu. Gery nampak celingak-celinguk seperti maling, setelah dirasa aman ia langsung berlari ke arah Nata. Menarik tangan cewek itu, menuju parkiran.

"Gery ngapain ke sini?" tanya Nata, tangannya memegang lutut sambil mengatur napas karrna Gery menariknya sembari berlari sebab kalau tidak nanti akan ketahuan guru. "Cabut yuk," ajaknya lalu membungkukkan badan meyamakan tingginya dengan Nata.

"Sekarang?"

"Ya sekarang lah sayang, kalau nunggu pulang sekolah nanti itu namanya gak cabut lagi." Nata tergelak sebagai balasan. Cabut terdengar menarik baginya, mumpung kelas tak ada guru dan bebas, ia memilih mengikuti Gery, karna kapan lagi ia bisa nakal begini.

Gery meraih tangan Nata membawa cewek itu ke tempat motornya terparkir. Ia mengambil salah satu helm dan memakaikannya ke kepala Nata. Belum sempat ia menekan pengaman di helm Nata, suara berat dengan nada perintah menginterupsinya untuk menoleh ke belakang.

"HEI KALIAN! MAU KEMANA?"

***

Gee or Zee [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang