Jangan lupa vote dan komen ya😊
***
"Adek gue mana bangsat!" Genta berteriak kalap, melayangkan kepalan tangan kelewat kuat dan mendarat tepat di rahang Gery membuat bibir cowok itu berkedut nyeri dan muncul titik merah di sudutnya. Genta akhirnya menemukan Gery saat perjalanan menuju rumah cowok itu, ia dengan kalap langsung melayangkan tinju.
"Bang, gue udah ketemu lokasi terakhir Nata, tapi setelahnya dia pergi lagi dan gue gak tau dia kemana," jelas Gery pelan sembari meringis menahan sakit pada sudut bibirnya yang semakin berkedut. Memang pantas Genta bersikap seperti ini, memukulnya habis-habisan pun tak apa asal emosi cowok itu tersalurkan sebab karna dirinya juga Nata di culik dan sekarang cewek itu entah pergi kemana.
Setelah mendapat pesan dari Papanya yang berisi alamat lokasi terakhir Nata berada, Gery bergegas ke alamat tersebut. Puskesmas Sukahati, tidak terlalu jauh dari gedung penyekapan Nata yang telah di bakar. Namun, ia hanya mendapati dua bangkar yang kosong saat di antar oleh salah satu perawat yang ada di sana. Tak ada yang tahu kemana perginya sepasang remaja tersebut.
Aku sang perawat yang mengantar Gery, sepasang remaja itu tadi pagi masih di sini sempat memakan sarapan yang mereka beri dan juga obat. Bahkan setelah pergantian infus pun mereka masih di sana. Dari yang ia dengar semalam datang sepasang remaja yang terengah-engah dengan kondisi memprihatinkan. Dan juga, sepasang remaja itu mengaku terkena ledakan kecil akibat kebakaran pada gedung itu saat hendak menyelamatkan seekor kucing. Alasan yang tak masuk akal memang, tapi para perawat tetap menerima mereka.
Mereka juga bilang sepasang remaja itu bernama Lisa dan Doni. Bukan Nata. Tapi, mungkin saja Nata tidak memberi identitas aslinya sebab kejadian penyekapan tersebut. Tak ada yang hilang akal dan menyebut identitas asli setelah selamat dari penyekapan. Bukannya begitu?
Tapi, siapa yang bersama Nata? Doni? Nama samaran siapa?
"Bang tenang, gue bakal cari Nata dan bawa dia ke lo. Gue janji." Setelah mengucapkan kalimat itu Gery lantas berbalik pergi saat terlintas satu nama di benaknya.
Rahangnya mengeras jika yang di pikirnya adalah cowok itu ia benar-benar kalah telak. Di saat Nata membutuhkannya, cewek itu sedang bersama cowok lain dan pikiran kotor pun mulai menggerayangi benaknya. Kacau! Benar-benar kacau! Tapi, Gery seharusnya sedikit bersyukur sebab Nata tak sendiri, dan bisa di pastikan cewek itu pasti baik-baik saja.
Meskipun tidak bersamanya.Seperti ada yang menyalakan api di dada, merebus darahnya sampai menggelegak dan mengeluarkan uap panas. Ia bisa gila jika tidak menemukan Nata segera. Bergegas. Dengan kuat ia menginjak gas dan memacu cepat kendaraan roda empat itu di antara ramainya kendaraan-kendaraan lain di jalanan sore ini.
Tidak mau tahu, Nata harus ia temukan sebelum fajar menyingsing. Harus!
16.45
Gery memukul stirnya berkali-kali melampiaskan amarah yang sudah memuncak. Bagai gunung api yang sudah sesak menahan lahar panas dan lebih memilih memuntahkannya mengakibatkan beberapa kepala keluarga harus mengungsi dari pada hangus akibat banjir lahar panas yang menerjang. Seperti itulah yang Gery rasa sekarang. Melampiaskan emosinya ke beberapa orang yang lewat di hadapannya bahkan membentak pelayan cafe yang baru saja mengantarkan americano yang ia pesan.
Setelah melihat pelayan itu mengkerut takut dan bergegas menjauh akibat bentakannya, ia mengecap americano miliknya sembari mengusir pikiran kotor yang telah bersemayam barang sejenak. Semuanya sudah jelas sekarang. Nata bersama dengan cowok itu berdua. Gery harus kembali menahan umpatan dengan rahang mengeras. Kalau cafe ini bukan miliknya mungkin saja ia sudah diusir akibat memelototi orang-orang yang heran karna tingkahnya.
Ia bahkan membentak sepasang kekasih yang duduk di depan mejanya asik berbisik satu sama lain dan sesekali melirik ke arahnya. "APA? GAK SUKA LIAT GUE MENDING PERGI DARI SINI! PENGEN TAHU BANGET URUSAN ORANG!!" Dan sukses membuat sepasang kekasih itu terlonjak kaget dan berkerut takut, untung saja pelayan di sana segera menghampiri dan memberitahu lebih baik mereka pindah ke meja lain juga sempat membungkuk mohon maaf karna ulah pemilik cafe yang membentak pelanggannya sendiri.
Apa yang di lakukan Nata sekarang? Apakah cewek itu sudah mengisi perutnya? Sudah minum agar tidak dehidrasi? Atau dimana cewek itu terlelap? Apa dia baik-baik saja bersama cowok itu? "Ahrg sial!" Itulah deretan pertanyaan yang berseliweran di benaknya. Membuat hati dan pikiran nya kacau tak terkira.
"Maaf, den. Nak Fauzannya udah dua hari gak pulang. Bibi juga gak tau harus tanya kemana lagi. Semua temen-temennya udah bibi telponin satu-satu tapi pada gak tau nak Fauzan dimana." Kembali penjelasan dari asisten rumah tangga Fauzan yang di kunjunginya tadi membuat darahnya bergolak. Cowok itu juga tidak pulang dua hari yang lalu. Kalau di satukan dengan kasus Nata yang di sekap jelas sekali cowok itu sedang bersama dengan Nata. Dari awal Nata di sekap sampai sekarang pun mereka pasti masih bersama.
"Ahrg! Aku harus cari kamu kemana lagi Nat," lirihnya dengan nada frustasi mengacak-acak surai coklat gelapnya dan menghela napas lelah. Ia memilih bersandar sejenak pada sandaran kursi, memejamkan mata dan memikirkan rencana pencarian Nata selanjutnya. Ia tak mau kalau Nata harus selalu berdua dengan cowok itu lebih lama lagi. Dia bisa mati dengan darah menggelegak akibat cemburu.
***
Jalanan lengang minim penerangan yang di lewati Gery tak membuat cowok itu kehilangan fokus, ia meneliti satu persatu rumah di sisi kiri dan kanan jalan. Tidak terlalu banyak dan terkesan sesak. Bahkan bisa dibilang rapi untuk ukuran komplek biasa dengan bentuk rumah minimalis yang bisa dihitung jari. Ini sudah komplek ke lima dengan nama jalan berbeda yang berjarak dekat dengan lokasi kebakaran.
Sejam yang lalu senja datang, membawa mentari kembali ke peraduannya. Menggantinya dengan bulan dan jejeran bintang nan cantik di gelapnya malam. "Kamu dimana Nat," gumamnya masih terfokus pada sisi kiri dan kanan jalan. Agak ragu memilih ke kanan atau ke kiri setelah tiba di persimpangan. Dan ia lebih memilih ke kanan, menuruti kata guru TK-nya yang berkata bahwa lebih baik kanan yang di dahulukan, toh ia bisa kembali memutar arah bila bertemu jalan buntu.
Di sini lebih ramai dari jalanan komplek yang tadi ia lalui. Banyak tenda-tenda makanan mulai buka dan berbagai aroma sedap menggoda untuk duduk sejenak di bangku-bangku yang sudah di siapkan dengan di temani seporsi makanan hangat. Namun, itu semua tak berlaku bagi Gery. Mau makan atau tidak Nata tetap tak ada di dekatnya. Lebih baik ia tak makan sama sekali. Begitu pikirnya.
Ia melambatkan laju kendaraan memicingkan mata menambah ketajaman di antara beberapa manusia yang mulai ramai menghampiri tenda-tenda makanan. Ada yang menarik perhatiannya di sana. Bukan makanan. Bukan! Ada sosok tak asing seperti mengendap-endap dan memilih berdesakan di antara ramainya orang sebagai bentuk penyamaran agar tak mencolok. Memakai hoodie hitam dengan topi dan kepala menunduk namun sesekali menengok ke kiri ke kanan mewanti-wanit keadaan.
Langsung saja Gery mematikan mesin mobilnya, bergegas turun dan menarik orang tersebut dari keramaian dan memberi pukulan telak. "DIMANA NATA?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gee or Zee [✔]
Teen Fiction[Cover by : @prlstuvwxyz] Awalnya Nata hanya ingin melupakan, pergi meninggalkan kisah lamanya dengan Fauzan. Berjalan ke depan meskipun harus berkali-kali gagal move on. Pertemuan tak terduga dengan Gery, perhatian yang diberikan cowok itu dan jug...