[10] Jangan Makan Mie Ta!

2K 143 13
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

"HEI KALIAN MAU KEMANA!!"

Suara berat itu berasal dari Pak Yadi, guru Ekonomi selaku wakil kesiswaan. Pak Yadi tampak membawa penggaris kayu yang panjangnya tinggal setengah, lalu menodongkannya ke depan. "HEI KALIAN!! JAWAB PERTANYAAN SAYA!!"

Beruntung, Pak Yadi sedang tidak memakai kacamatanya. Jadi, beliau tidak bisa melihat dengan jelas keberadaan Nata dan Gery yang masih berdiri di parkiran. "Ger, gimana nih?" Nata yang notabenenya anak baik-baik dan taat aturan sekolah sudah panik setengah mampus melihat Pak Yadi yang masih menodongkan penggaris ke arahnya dan Gery mulai melangkah mendekat terlihat biasa saja.

"Santai aja Nat," jawab Gery yang kelewat santai itu mendapat jitakan keras dari Nata. "Santai pale lu!" Nata mulai memperhitungkan waktu, langkah Pak Yadi semakin cepat. Bulir-bulir keringat mulai membasahi dahinya, dengan cepat ia mencengkram kuat tangan Gery dan membawa cowok itu kabur.

"HEI KALIAN JANGAN LARI-LARI!! JANGAN KABUR DARI SAYA!! HEII!!"

***

"Kok kita kabur sih?" tanya Gery dengan tampang polos yang benar-benar minta di tampol.

Pletak!

"Aww, sakit yang!" Ia meringis pelan sambil mengusap-usap kepalanya bekas jitakan Nata. "Biasanya nyubit, sekarang malah ngejitak. Mau kamu apa sih? Gak konsisten tau gak!" seru cowok itu setengah merajuk.

"Oh, jadi mau di cubit? Sini, sini," kata Nata kemudian mencondongkan badannya ke depan, tangannya menggapai-gapai ke arah Gery yang menggeliatkan badannya menjauhi tangan Nata yang sekarang bak capit kepiting itu. Nata menggeram, tak mendapati sasaran untuk cubitan panasnya. Ia mendelik seraya menatap tajam Gery yang hanya cengengesan tak jelas.

"Jangan ngambek gitu dong yang," bujuknya dengan tatapan yang di buat seimut mungkin. Kalau saja Gery bukan orang yang membuatnya bisa move on dari sang mantan, sudah ia tendang sejauh mungkin. Sampai benua Antartika biar cowok itu bertemu dengan si gemuk predator berbulu putih yang menggemaskan. Untung sayang, benaknya seraya mengusap dada sambil mengatur napas yang memburu.

Matanya menatap isi seluruh kafe. Setelah penat berlari dari kejaran maut Pak Yadi, ia dan Gery menemukan kafe yang tak terlalu jauh dari sekolah. Beberapa pengunjung kafe sempat mengernyit saat melihat kedatangannya dan Gery dengan tampang awut-awutan dan terengah-engah.

Mayoritas pengunjung kebanyakan para mahasiswa yang sibuk dengan laptop atau mengobrol dengan teman sejawat. Hanya ia dan Gery yang berstatus masih siswa SMA, berseragam putih abu-abu disana, pantas saja menjadi bahan perhatian.

Tapi, tunggu dulu. Di sudut kafe sebelah kanan ada juga sepasang murid SMA yang memakai seragam yang sama dengannya dan Gery. Letaknya benar-benar tersembunyi. Akibat sekat dan pot-pot bunga pemilik kafe yang malah terkesan privat. Kalau saja ia tidak membungkuk sedikit dan memicingkan matanya,  maka sepasang murid itu mungkin tak akan terlihat olehnya.

"Ger liat deh, yang di pojok kanan situ tuh," tunjuknya ke arah sepasang murid tersebut. Gery mengikuti arah telunjuk Nata lalu ber'oh'ria. "Lo kenal?" tanya Nata karna dari sudut pandang Nata ia sama sekali tak bisa melihat wajah mereka.

Gery mengangguk. "Si Mutia sama pacar barunya, itu tu yang anak IPA 6," jelasnya setelah meneguk cappuccino lalu mencondongkan badannya menatap lekat manik mata Nata.

"Tenang aja, kan ada gue," ucapnya dan tersenyum tulus sambil menggenggam erat tangan Nata. Karna ia tahu betul siapa cowok IPA 6 yang ia maksud tadi, sedikit banyak ia tahu tentang Nata karna cerita dari gadis itu sendiri atau dari beberapa orang yang mengenal gadis itu. Dan ia semakin tersenyum saat Nata mengeratkan tautan tangan mereka.

***

Nata asik mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti irama lagu melalui earphone yang terhubung ke ponselnya. Sesekali ia bersenandung kecil sambil menuruni undakan anak tangga. Dilihatnya ke sekeliling rumah. Sepi. Tak ada sosok Genta yang biasanya sedang menonton televisi atau sekedar bermain playstation.

Mungkin lagi balapan, pikirnya.

Ia melirik jam dinding yang terletak tepat di atas televisi. Pukul 20.05 malam. Belum terlalu malam kalau ia keluar sebentar ke minimarket depan komplek. Membeli beberapa cemilan dan es krim.

Drrt drrrtt. Ia segera merogoh saku melihat benda pipih yang bergetar tersebut.

Gery
Malam yang

Ia memutar bola matanya malas melihat isi pesan yang di kirim Gery padanya, apalagi akhir kata tersebut ada embel-embel 'yang'. Dia kan belum benar-benar sah berpacaran dengan Gery, masih tahap pendekatan tapi cara Gery benar-benar lebay menurutnya. Bagaimana nanti kalau mereka sudah pacaran, embel-embel apa yang akan Gery pakai untuknya. Mama-papa? Anjir! siap-siap saja detik itu juga Nata meminta putus!

Kalau di lihat-lihat Gery bukan tipe orang yang berlebihan. Malah bisa di bilang cuek, cool atau apalah namanya itu. Mungkin begitu cara dia menunjukkan rasa sayangnya. Ah sudahlah! Drrt drrt

Gery
Di r doang?
Yang kamu dimana?
Udah makan?
Udah bobo?
Udah sayang sama aku belom?
Belom yah? Aku bakal usah lebih keras lagi buat kamu sayang sama aku!
Fighting!

Nata terkikik geli melihat spam chat yang di kirim Gery untuknya.

"Selamat malam," sapa mbak-mbak kasir minimarket sambil senyum lima jari ke arah Nata dan dibalas anggukan singkat.

Drrt drrt

Gery
Yang, aku gak marah kok kalau kamu cuma read chat aku.
Gapapa aku strong💪
Sayangg Nataaaa😘😘

Sekali lagi Nata terkikik geli, ia kembali menyimpan ponselnya di saku. Lalu melepas eraphonenya. Masih bersenandung kecil seraya memasukkan beberapa cemilan ke dalam troli. Di rak ujung yang tak jauh dari tempatnya ada sepasang muda-mudi yang tampak berdebat di depan rak mie instan. Nata hanya melihatnya sekilas dan menaruh perhatian pada cemilan manis di hadapannya. Mungkin gak boleh beli mie sama cowoknya, tapi si cewek tetep ngotot makanya jadi adu bacot! Pikir Nata begitu.

"Aku benci sama kamu!!" Seru cewek itu lalu berlari keluar minimarket, tapi si cowok malah diam di tempat. Seperti tak ada niat ingin mengejar pasangannya tersebut.

Nata masih sibuk memasukkan beberapa snack wafer dan juga keripik kentang ke dalam trolinya. Lalu ia bergerak maju sampai berhenti di depan rak mie instan, memilih sepuluh varian rasa untuk mie kuah lalu lima varian untuk mie goreng.

"Jangan kebanyakan makan mie Ta, nanti sakit."

Jedarr!!

Perlu beberapa detik Nata mencerna suara dari seseorang yang berdiri di sampingnya sebelum mendongak untuk melihat siapa orang tersebut. Orang itu tampak tersenyum tapi sedetik kemudian senyumnya hilang diganti dengan tatapan sendu melihat punggung Nata yang mulai menjauh.

***

Gee or Zee [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang