Jangan lupa vote dan komen ya😊
***
Persaingan selalu hadir dan menjadi hal yang menarik karna memacu adrenalin dan memfokuskan dua kata yang sakral dalam benak Fauzan yang mau tidak mau memicu ambisi yang kuat. HARUS MENANG!!
Untuk kali ini Fauzan merasa semakin mendekati kemenangan itu. Oleh karenanya, ia tak akan pernah mundur dan melepas Nata mau bagaimana pun caranya.
Selang tiga detik pendengarannya menangkap panggilan yang ditujukan untuk Nata, sukses membuyarkan rencana-rencana yang baru ia susun untuk merebut Nata menjadi miliknya kembali. Ia tak mau kalah, sudah pasti itu. Makanya ia balas berteriak dan melangkah cepat mendekati Nata seraya mengawasi lekat Gery yang tersenyum-senyum sendiri setelah sempurna berdiri di hadapan Nata.
Cih, apa-apaan! Sudah jelas sekali bukan Nata sudah tak menyukai Gery lagi, lalu mengapa memberi senyuman konyol seperti itu? Bukannya kemarin mereka berdua bertengkar yang membuat Nata berlari-lari menghindar bahkan tersedu dan sukses membuatnya panik setengah mati. Lalu apa arti senyuman itu? Apa mereka sudah berdamai? Secepat itukah? Hanya dalam waktu semalam?
Fauzan merasa harga dirinya tersentil, apa-apaan tidak semudah itu merebut Nata kembali. Ia sudah susah payah telah sampai pada titik di mana Nata semakin dekat dalam genggamannya, dan ia tak akan merelakan cewek itu kembali pada Gery. Tak akan.
Terlebih lagi saat dengan ringannya tangan Gery meraih tangan Nata lalu menggenggamnya erat. Harga dirinya benar-benar mendidih sekarang. Tak mau kalah ia tepis tangan Gery yang hendak meraih tangan Nata yang satunya lagi lalu ia genggam erat tangan cewek itu dengan ke dua tangannya sekaligus supaya tak bisa Gery rebut.
Enak saja, Nata milikku! Seperti itulah kira-kira arti dari tatapan tajam nan menukik yang Fauzan layangkan untuk Gery. Ia semakin mengeratkan genggaman tangannya, ah lebih tepatnya kungkungan tangannya pada salah satu telapak tangan kiri Nata yang ia tangkupkan dengan jari merapat agar Gery tak bisa menyentuh bahkan merebutnya sama sekali. Nata sempat meringis dan ia bisa mendengarnya, ia renggangkan sedikit tapi masih dengan posisi yang sama.
"Ta, yuk aku anter ke kelas!" Fauzan mencolong start, menendang tulang kering Gery lalu membawa Nata pergi menjauh saat tangan Gery terlepas dari tangan Nata karna refleks menyentuh betisnya dan meringis kesakitan sembari melayangkan sumpah serapahnya untuk Fauzan yang sudah menghilang di belokan koridor bersama Nata.
"Sialan!" geramnya lalu bangkit berdiri agak tertatih dan berbalik meninggalkan area parkir dengan berbagai gerutuan yang keluar dari bibirnya.
Ia masih memberengut kesal seperti anak kecil, memelototi setiap orang bahkan teman-teman nya pun juga yang menanyakan kenapa ia seperti ini.
Gery merasa kalah dan itu benar-benar merusak harga diri nya. Apa lagi saat Nata tak melakukan hal apapun terhadapnya, setidaknya cewek itu menanyakan apa kakinya baik-baik saja namun, Nata malah tampak acuh dan pergi begitu saja dengan Fauzan. Padahal semalam gadis itu memeluknya begitu erat, tapi kenapa cewek itu tampak acuh saja pagi ini seperti tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua semalam.
"Nata kenapa, ya?" gumamnya sembari menggosok pelipis dengan telunjuk masih dengan rasa marah sebab kalah dari Fauzan.
***
Via menggeleng heran tak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Nata pagi ini. Cewek itu sejak masuk kelas dan duduk di sampingnya tidak bisa berhenti terkikik geli, entah apa yang lucu baginya dan semakin berlanjut sebab Sisy menambah lelucon garing bahwa Bagas pacarnya memakai kaus kaki belang pagi ini. Sungguh, Via tak mengerti dari segi mana letak lucu hal tersebut.
Yang anehnya, Nata masih belum bisa berhenti tertawa. Saat ia tanya sebab kikik geli cewek itu, ia semakin heran. "Lo gak liat sih Vi, ekspresi lucu Gery tadi." Itu mungkin masih masuk akal, tapi kalimat selanjutnya sudah tak bisa di masuki akal. "Gara-gara Fauzan nendang kaki dia." Ia sempat bergidik ngeri, untuk itu dan malah berpikir kalau benak Nata sudah tercemar hal-hal berbau gangguan mental. Bisa saja kan? Sebabnya juga sudah jelas sekali, memilih di antara Fauzan dan Gery dan Nata malah harus menerima perlakuan manis dari ke dua cowok itu, membuatnya harus ekstra berpikir untuk memilih di antara ke duanya. Via bukannya menyumpahi, ini hanya sebuah spekulasi dari yang ia pantau sendiri tentang Nata yang mungkin saja memiliki kewarasan sedikit terganggu karna berpikir terlalu keras.
"Lo gak papa kan Nat?" tanya Via. Ia menempelkan punggung tangan di dahi Nata dan merasakan aliran panas dari tubuh cewek itu. Memang bukan seukuran panas dan bisa di bilang sedang demam tapi ini lebih panas dari suhu tubuh manusia normal biasa, begitu pikirnya. Oleh karna itu, Via memberi kesimpulan Nata sedang tertekan hingga tertawa seperti orang gila hanya karna lelucon tak bermutu seperti itu. Semoga spekulasi bodohnya tadi tidak benar-benar terjadi.
"Nat," panggil Via lagi. "Jangan gila di sini." ujarnya lirih.
***
Nata berdeham, meraba tenggorokannya seraya membuka pintu toilet. Sudah menit ke tiga puluh lebih pelajaran matematika berlangsung. Ia merasa malas kalau harus masuk kelas dengan mata bengkak seperti ini.
"Bolos ah," gumamnya pelan, melirik kiri dan kanan memastikan bahwa tak ada siapapun apalagi guru bk yang selalu patroli. Serasa sudah aman, Nata melangkah cepat. Menaiki anak tangga sampai lantai atas lalu membuka pintu rooftop dan langsung di sambut pemandangan langit cerah yang luar biasa.
"Jadi lo ngerasa Nata bakal milih lo?"
"Iya! Karna cuma gue yang ngerti perasaannya dia!"
"Dia pacar gue!"
"Bentar lagi jadi punya gue!"
"Apa lo bilang?"
"Nata sebentar lagi jadi pacar gue, punya gue dan lo gak berhak seinci pun deketin dia, paham lo!"
Sekilas percakapan yang menyebut namanya terdengar, bisa dibilang mereka berdua sedang memperebutkannya menjadi akhir konversasi yang kemudian berganti menjadi arena tinju dadakan. Nata tersentak kaget dan segera mendekati sumber suara.
Seketika rooftop jadi arena tinju dadakan. Belum apa-apa Gery sudah tersungkur dengan kondisi yang bisa di bilang tidak baik. Nata segera berbalik, menemukan kunci rooftop masih tergantung di kenop pintu dan ia segera menutup lalu menguncinya. Meminimalisir keributan yang sedang terjadi di sini, ia tak mau sampai para guru tahu.
"STOP GERY! FAUZAN STOP!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gee or Zee [✔]
Teen Fiction[Cover by : @prlstuvwxyz] Awalnya Nata hanya ingin melupakan, pergi meninggalkan kisah lamanya dengan Fauzan. Berjalan ke depan meskipun harus berkali-kali gagal move on. Pertemuan tak terduga dengan Gery, perhatian yang diberikan cowok itu dan jug...