Jangan lupa vote dan komen ya😊
***
"Nata ada fauzan di depan!" sahut Dea teman sekelas Nata yang duduk paling depan dekat pintu. Biasanya dia yang selalu mewanti-wanti guru yang akan mampir ke kelas di saat kelas sedang rebut-ributnya dan juga sebagai resepsionis kelas, kalau ada temen kelas lain yang mencari salah satu murid kelas, seperti ia berseru pada Nata tadi.
"Fauzan?" gumam Nata bingung. Ia melirik ke pintu kelas, dan mendapati cowok itu sedang memerhatikannya serta memberi gesture dengan tatapan mata supaya Nata segera mendekat.
"Lo masih ada hubungan sama dia?" tanya Rizky yang sedang duduk di dekat Nata bersama Via dan juga Sisy, fokus menatap ponsel yang diletakkan di tengah-tengah meja yang menampilkan beberapa petak warna hijau, merah, kuning dan biru. "Enggak. Gak ada," jawab Nata cepat, segera beranjak dari duduknya.
"Fa gantiin gue dong," panggil Nata pada Alfa yang sedari tadi menekuk wajahnya kesal di sudut kelas karna tidak ada yang memedulikannya, padahal ia yang melopori permainan Ludo sejak pemberitahuan dari Ketua Kelas-Rizky- kalau guru hari ini tidak bisa datang dan kelas tidak ada pembelajaran. Alfa langsung mengangguk senang dan mengacungkan jempol pada Nata. Rizky kembali fokus pada permainan dengan ekspresi datar. Tapi, tetap melirik Nata yang mulai beranjak keluar kelas.
Fauzan sedang bersandar di dinding sebelah pintu kelas Nata dengan dua tangan disakukan dan ke dua mata tertutup. "Ada apa Zan?" tanya Nata setelah merapikan tatanan rambutnya dan gadis itu tak mengerti kenapa ia melakukannya.
Fauzan membuka mata dan berdiri menghadap Nata. "Gue cuman mastiin lo bakal pulang bareng gue, nanti." Fauzan menatap Nata teduh. Di tatap seperti ini detak jantung Nata menjadi tidak karuan, ada desiran hangat di hatinya karna tatapan teduh seseorang yang statusnya sudah berubah menjadi mantannya ini. Ia tidak bisa berpikir jernih dan dengan kaku mengangguk seraya berucap. "O-oke deh. Gue pulang bareng lo."
Fauzan terkekeh, ia tampak senang, tangannya terulur mengacak-acak rambut Nata, seperti kebiasaannya dulu. "Gue balik ke kelas dulu ya. Dah. Sampai ketemu pas pulang sekolah." Nata balas melambaikan tangan. Senyumnya merekah dan sialnya pipinya merona sekarang.
***
Saat pulang sekolah. Nata sibuk melongokkan kepala mencari seseorang dari sekian banyak murid yang berada di parkiran. Dengan tangan mencengkram erat tali tas sejak dari bel pulang tadi, sampai sekarang Nata benar-benar gugup. Sama seperti waktu itu, saat pertama kali ia pulang bareng dengan Fauzan.
"Nata!" Panggil Fauzan, ia melambaikan tangannya menyuruh Nata mendekat. "Susah ya nyarinya?" tanya Fauzan saat Nata sudah berdiri di hadapannya.
"Sedikit," balas Nata berusaha tak berbicara gugup seperti tadi. Fauzan mendekat, ia memakaikan helm ke kepala Nata. Sekaligus merapikan anak rambut Nata dan menatap lekat manik mata cewek itu. Sukses membuat tubuh Nata menegang. "Udah yuk naik." Fauzan berbalik, segera duduk di jok depan. Tapi, Nata tak kunjung naik. Cewek itu masih berdiri mematung, karna perlakuan kecil Fauzan yang sukses membuat jantungnya konser sekarang.
Tuk! Fauzan mengetuk puncak helm yang di pakai Nata pelan. "Aduh!" seru Nata sebal, ia mengerucutkan bibirnya dan melirik sang mantan yang memasang tampang cengar cengir tanpa dosa. "Makanya jangan bengong aja, cantik." Lalu cowok itu terkekeh pelan dan segera memalingkan wajah ke depan menghindari Nata melihat senyumnya yang mengembang sempurna.
Dengan tampang cemberut Nata duduk di jok belakang, sempat ragu akan berpegangan kemana. Karna ia tahu kalau cowok itu tidak akan pernah bisa mengendarai motor pelan-pelan. Biasanya dulu Nata melingkarkan tangannya di perut cowok itu. Tapi, sekarang kan ia sudah berstatus mantan. Tak mungkin melakukan hal-hal yang biasa di lakukan seperti saat bersama dulu.
"Pegangan ya nanti lo jatoh lagi." Celetuk Fauzan yang mulai menstarter motornya. Nata menghembuskan napas kesal, ia masih bingung akan berpegangan kemana. "Gue harus pegangan kemana?" tanyanya kelewat jujur. Ia langsung buru-buru menutup mulutnya saat tersadar hal konyol yang barusan ia lontarkan. Fauzan tertawa geli, jenis tawa yang selalu Nata sukai. "Peluk gue aja kayak dulu."
Dulu? Katanya? Setelah bergelut dengan pikirannya, akhirnya Nata berpegangan di tas punggung cowok itu. "Ta lo pegangan kan?" tanya Fauzan agak berteriak karena motornya sudah melaju di keramaian jalan.
"Iya." balas Nata tak kalah kencangnya.
"Kok gak kerasa? Lo megang tas gue? Peluk gue dong." Fauzan menarik tangan Nata dan melingkarkan kedua tangan cewek itu di perutnya. Fauzan tersenyum senang akan hal ini. Nata berusaha menarik tangannya kembali, namun di tahan cowok itu. "Jangan, gue kangen," kata Fauzan di sela-sela deru motornya.
"Ta gue kangen," ujar Fauzan sekali lagi. Saat ia sudah menyelip dua mobil sekaligus. "Sialan!" rutuk Nata pelan.
"Apa?" tanya Nata pura-pura tak mendengar. "Zee kangen Tata," ulang Fauzan menyebut nama panggilan mereka saat masih menjalin hubungan dulu.
"Lo udah punya Mutia, jangan rakus jadi orang," sahut Nata dari jok belakang. Ia menarik kembali tangannya dan berhasil. Sekarang ia berpegangan kembali pada tas punggung Fauzan.
Fauzan tersenyum dibalik helm saat Nata menarik tangannya dan lebih memilih mencengkram tas punggungnya. Lebih tepatnya tersenyum miris. "Maafin gue Ta, gue bakal selesein masalah gue dan balik ke lo lagi." Lirihnya pelan.
***
"Loh ini bukan jalan ke rumah gue, lo lupa ya?" tanya Nata heran, ia meneliti setiap toko di sisi kiri dan kanan jalan seraya berpikir, kalau tidak salah jalanan ini familiar. Sepertinya dulu ia pernah melewati jalanan ini dengan seseorang, bukan hanya pernah tapi sering. Saat Fauzan memberhentikan motornya di depan kafe yang juga merangkap perpustakaan, Nata langsung menyunggingkan senyum dan kenangan itu kembali terulang di benaknya.
Sudah lama sekali sejak hubungan dengan Fauzan sirna, ia tak pernah ke sini lagi. Lebih tepatnya menghindari kenangan yang ingin ia lupakan dari tempat ini. Namun, sekarang ia malah tampak antusias, asik melihat-lihat beberapa buku yang menarik perhatiannya.
Fauzan tersenyum senang saat melihat Nata yang asik dengan buku-buku di sekelilingnya. Ia sempat ragu membawa Nata kesini tadi, takut kalau Nata sampai ngamuk bahkan menamparnya. Tapi tampaknya Nata baik-baik saja dan ia senang sepertinya peluang untuk memiliki Nata lagi semakin besar.
"Loh mas Fauzan ya? Kesini sendiri? Sudah lama, ya." tanya salah satu pelayan yang sudah sangat mengenalnya, akibat terlalu sering dirinya dan Nata kesini waktu hubungan mereka masih baik-baik saja. Fauzan menggeleng lalu menunjuk Nata diantara rak-rak buku dengan dagunya.
"Oh sama Mbak Nata toh. Saya doain semoga langgeng ya mas." Pelayan itu tersenyum dan Fauzan mengucapkan 'Aamiin' keras-keras dalam hati. "Kayak biasa," ujarnya saat pelayan menanyakan apa yang hendak di pesan. Dan pelayan tersebut mengangguk lalu berlalu membuatkan pesanannya.
Dulu, pertama kalinya Fauzan bertemu Nata di tempat ini. Di antara rak-rak buku yang berjejer. Di tempat ini pula pertama kalinya Fauzan mengklaim bahwa Nata adalah kekasihnya. Dan di tempat ini pula, ia harus merelakan Nata pergi karna kesalahannya. Pokoknya hampir semua kenangan hubungan mereka ada di tempat ini. Setelah mereka berpisah. Nata maupun dirinya enggan pergi ke tempat ini. Meskipun sangat rindu dengan nasi goreng spesial buatan chef di kafe ini, mereka tetap saja enggan. Rasanya sakit. Apalagi saat mengingat semua kenangan itu.
Nata kembali dengan tiga buku tebal yang di peluknya setelah pesanan mereka tersaji. Senyumnya merekah. Ia tampak sangat senang mendapatkan buku-buku yang disukainya. "Kamu selalu bawa buku lebih dari dua," ujar Fauzan mengingat kebiasaan Nata yang satu ini. "Kebiasaan," cibirnya setengah mengejek.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gee or Zee [✔]
Teen Fiction[Cover by : @prlstuvwxyz] Awalnya Nata hanya ingin melupakan, pergi meninggalkan kisah lamanya dengan Fauzan. Berjalan ke depan meskipun harus berkali-kali gagal move on. Pertemuan tak terduga dengan Gery, perhatian yang diberikan cowok itu dan jug...