"Bang Amin mie ayamnya tiga ya!!" Teriak Sisy dari arah meja tepat di depan kedai mie ayam Bang Amin. Bang Amin mengacungkan jempol sebagai jawaban. Tanpa menunggu lama tiga mangkuk mie ayam panas telah tersedia.
Nata seperti biasa menambahkan tiga sendok sambal dan juga saus ke dalam mangkuk mie ayamnya. Tak terkira memang, selera pedas Nata benar-benar bukan main. "Nat baru beberapa hari yang lalu lo makan bakso sampe muka lo merah. Sekarang lo mau makan mie ayam pake sambel plus saos kayak gitu lagi? Perut lo gak kepanasan?" tanya Via khawatir. Menatap ngeri ke arah mangkuk mie ayam Nata.
Nata hanya mengedikkan bahu acuh, asik mencampurkan mie ayam dengan sendok lalu tercipta lah kuah merah nan membahana. Sesekali terdengar ringisan Via di depannya. Nata hanya melirik sebentar lalu beranjak ingin membeli minuman.
"Mang Oji, enakan es teh atau es jeruk?" tanya Nata sambil menimbang ingin minum es teh atau es jeruk. "Kalau kata saya sih neng, enakan dua-duanya. Tapi, eneng kan biasanya beli es jeruk, kali ini coba es teh boleh tuh neng. Genti selera," ujar Mang Oji memberi pendapat.
"Yaudah deh es teh nya dua ya Mang!" Mang Oji mengangguk dan segera menyiapkan pesanan Nata. Sambil menunggu Nata mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Di sudut kantin dekat kedai siomay nampak sang mantan sedang menatapnya. Beberapa detik mereka saling tatap, sampai sosok lain menghalangi pandangannya.
"Sayang liatnya ke aku dong, kamu udah jadi pacar aku. Jangan liat orang lain selain aku, kamu itu punya aku," ujar Gery serius. Nata meneguk salivanya kasar, bisa-bisanya ia ketahuan saling tatap dengan sang mantan oleh Gery.
"Maaf," cicitnya pelan. Tangan Gery terulur mengusap pelan rambut Nata. "Iya gak papa, tapi jangan kayak gitu lagi. Oke." Nata mengangguk mengiyakan lalu mengambil es tehnya. Baru ingin merogoh saku mengambil uang, Gery sudah membayarnya lebih dulu.
Kalau sering-sering seperti ini, lumayan uang saku bisa nambah buat beli novel bulan ini. Nata terkekeh kecil membenarkan pikirannya.
"Itu dua-duanya buat kamu?"
Nata mengangguk. "Kenapa?"
"Gak papa, emang kamu makan apa sih? Harus dua gelas es teh gitu minumnya?"
"Mau tau? Gabung aja di sana." Nata menunjuk dengan dagu ke arah tempat duduknya dan Via juga Sisy yang mengerling jahil ke arahnya. "Oke, aku mau pesen makan dulu, ya." Gery mengacak-acak pelan rambut Nata sebelum berlalu pergi.
"Cie cie makin deket aja nih."
"Ehem ehem bau-baunya ada pj nih."
Nata hanya tersenyum tak luput ke dua pipinya merona merah karna malu dan membuat ke dua temannya makin gencar menggoda.
"Ta, es krim oreo ya ntar," sahut Sisy dan di angguki Via antusias.
"Iya iya," ujar Nata pasrah. Sekali-kali mentraktir teman yang terlihat senang karna ia baru saja mengganti status jomblonya, tidak apa-apa bukan?
"Merah banget," sahut suara dari arah belakang Nata. Disusul semangkuk mie ayam dan segelas es teh terletak di sampingnya. Tak perlu menoleh Nata sudah tahu siapa itu, dilihat dari tatapan ke dua temannya yang mengerling nakal.
"Merah banget yang," ulang Gery setelah ia sempurna duduk di samping Nata.
"Terus, kenapa?" tanya Nata acuh. Ia mulai menyendok mie ayamnya yang hampir berubah merah mengikuti warna kuahnya.
"Nanti sakit perut Nat," ujar Gery sambil menatap Nata dari samping, perlahan pipi cewek itu memerah dan bulir-bulir keringat pun bermunculan di dahinya. Nata hanya diam, enggan membalas perkataan Gery barusan. Ia tampak menikmati mie ayam pedasnya itu, mulai menyuapnya lagi sampai tinggal setengah mangkok.
Gery mendesah pelan, bagaimana pun juga ia menahan Nata supaya tidak makan terlalu pedas cewek itu tak akan mendengarnya. Ia mulai memasukkan sesendok mie ayam ke mulutnya sambil tetap melirik Nata yang sedang mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah karna kepanasan.
Nata merasakan panas yang menjalar di dalam tubuhnya. Awalnya ia hanya diam, tetap menikmati mie ayamnya. Tapi kejanggalan mulai datang, perutnya semakin lama semakin panas meskipun sudah ia netralkan dengan meminum seteguk es teh, rasa panas itu masih ada. Nata mulai mengerang pelan sambil meremas perutnya. Wajahnya tampak pucat dengan keringat dingin yang bermunculan.
"Sayang kenapa?" tanya Gery dengan raut wajah panik. Tangannya terulur mengelus puncak kepala Nata sontak terkejut melihat wajah pucat Nata yang menatap sayu ke arahnya dengan penuh keringat.
"Ya ampun Nata!!" Pekik Sisy yang terakhir masuk ke pendengarannya sebelum semuanya berubah gelap.
***
Siang ini sama dengan siang-siang lainnya. Fauzan menikmati makan siang bersama Mutia. Ia menatap jengah sosok di hadapannya ini. Lalu kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling kantin. Ramai seperti biasanya. Seketika sudut bibirnya terangkat membentuk senyum saat matanya tertubruk dengan Nata di depan kedai Mang Oji tidak jauh darinya.
Ia baru ingin beranjak mendekati Nata tapi, sosok di sana menghalangi pandangannya. Ia berdecak sebal saat sosok itu mengelus rambut Nata dan seperti membisikkan sesuatu membuat cewek itu mengangguk. Lalu yang dilihat selanjutnya hanyalah punggung Nata yang bergerak menjauh dan duduk bersama ke dua temannya.
"Sayang kamu liat apa sih?" Fauzan memandang jijik manusia di hadapannya ini, apalagi tadi sempat-sempatnya ia memanggilnya dengan sebutan sayang?
Cewek ular!
"Cepet makan gue mau ke kelas!" suruhnya agak membentak. Lalu kembali menyantap makanannya yang sekarang terasa hambar dengan pandangan lurus menatap punggung Nata. Dia membayangkan lagi, bagaimana cara Nata melihatnya. Bisa ia simpulkan bahwa Nata belum move on. Itu kabar baik untuknya, secepat mungkin akan ia selesaikan masalah dengan cewek di hadapannya dan juga seseorang yang berada di belakang cewek ini.
Ia masih asik menatap punggung Nata, sekarang tampak cewek itu sedang mengibas-ngibaskan tangannya seperti kepanasan dan sialnya Gery juga tengah menatap cewek itu dari samping. Dari segi posisi jelas ia kalah. Tapi, biarlah yang penting masih bisa melihat Nata dengan jarak pandang yang tak terlalu jauh sudah bisa membuat makanannya kembali berasa tidak hambar seperti tadi.
"Ya ampun Nata!!" pekik Sisy yang langsung membuat Fauzan terlonjak kaget. Segera ia berdiri dan menghampiri Nata yang sedang di gendong Gery keluar dari kantin.
Suasana kantin semakin ramai dengan suara-suara yang menebak-nebak penyebab dari pingsannya Nata. Tapi, ia tak peduli segera disusulnya Gery dan ke dua teman Nata yang mengekori di belakang cowok itu.
"Nata kenapa?" Satu pertanyaan yang tak direspon malah mendapati tatapan tajam dari Gery. "Bukan urusan lo!" umpat Gery dan semakin mempercepat jalannya.
"Nata kenapa?" ulangnya pada Sisy dan menahan lengan cewek itu. Raut panik tampak dari wajahnya. Bahkan Sisy hampir menangis melihat wajah pucat pasi Nata tadi. "Nata pingsan, gak tau kenapa," ujarnya dan segera berlari menyusul Gery dan Via yang sudah berbelok di ujung koridor sana.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gee or Zee [✔]
Teen Fiction[Cover by : @prlstuvwxyz] Awalnya Nata hanya ingin melupakan, pergi meninggalkan kisah lamanya dengan Fauzan. Berjalan ke depan meskipun harus berkali-kali gagal move on. Pertemuan tak terduga dengan Gery, perhatian yang diberikan cowok itu dan jug...