[39] Cerita Singkat Willy

1.2K 90 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

"Kenalin Dina Anjani pacar Gery sejak dua tahun lalu."

Apa gadis itu tak tahu makna kata "sejak" dan "lalu". Atau mungkin itu termasuk dalam kalimat penghalus dari kata "mantan". Ini lucu, sungguh. Bisa saja, jika tidak dalam suasana canggung luar biasa seperti kemarin, Nata pasti akan tergelak dan mengejek Dina lalu dengan sinis balik memperkenalkan diri bahwa dirinya lah pacar sah Gery.

Kalau dibanding dengan dirinya, kelebihan Dina lebih bisa bersikap tenang dan sedikit lebih dewasa dari Nata juga agak angkuh. Ia pikir dari segi mananya Gery bisa menyukai gadis itu. Sedangkan dirinya hanya gadis manis biasa yang manja dan cenderung cerewet juga sering menggerutu bila keinginannya tak dipenuhi. Dan malah sekarang ia berpikir bagaimana bisa Gery menyukainya? Ah, entahlah!

Kembali ke awal, mereka bersama sejak dua tahun lalu bukan sekarang, kan? Kalimat Dina yang memperkenalkan diri padanya kemarin itu jelas-jelas salah total. Gadis itu tampak bangga dengan binar mata meremehkan menatap Nata dengan senyum angkuh mengulurkan tangan. Cih, tak tahu malu, pikir Nata.

Kalau tidak ada Mama Gery saat itu, bisa dipastikan rambut Dina rontok karena jambakannya. Enak saja, ia memperkenalkan diri seperti itu. Datang dari antah brantah lalu memperkenalkan diri sebagai pacar Gery sejak dua tahun lalu? Dasar tidak tahu malu!

Rasanya sedikit menyebalkan dengan hawa panas mengingat Dina kembali, dan terselip rasa curiga bagaimana kalau ternyata Gery kembali pada gadis itu, pacarnya dulu yang lebih dulu dikenal Gery di banding dirinya. Terselip juga tanya tentang siapa Dina sebenarnya? Datang di kehidupan Gery scara tiba-tiba, apa karna ia belum bisa move on dari Gery ya?

Menurut opini Nata, Dina itu hanyalah seorang mantan yang telah lama berpisah dengan Gery lalu ingin merebut yang diyakini Dina masih sebagai miliknya itu kembali. Kalau benar begitu, ini buruk! Sungguh.

Ingin ia bertanya pada Gery secara langsung namun, rasanya enggan. Bisa jadi Gery tidak menyukai kalau Nata mengetahui siapa itu Dina. Atau Gery enggan mengungkit siapa Dina sebenarnya. Oleh karenanya, lebih baik bertanya langsung pada pihak ke tiga yang lebih mengetahui dan kenal lama dengan Gery. Siapa lagi kalau bukan Willy Wijaya.

Setelah lontaran kalimat pertanyaan itu, ekspresi wajah Willy berubah serius. Matanya yang tadi tampak mengantuk beralih menatap lurus langit biru lewat celah-celah kecil dedaunan. Cowok itu nampak berpikir, memikirkan kalimat yang tepat untuk dilontarkan. Setelah memperbaiki duduknya ia menatap lekat Nata dan berdeham dua kali sebelum memulai. "Lo yakin, pengen tau siapa Dina?"

Dengan mantap Nata mengangguk cepat. Binar antusias terpancar di matanya dan mendesak Willy untuk segera memulai cerita. "Iya, cepetan!"

"Eum, gue gak berhak cerita ini ke lo sebenarnya. Mendingan lo tanya ke Gery langsung." Setelah bermenit-menit kemudian Willy hanya memberi jawaban berisi kalimat yang membuat emosi Nata memuncak dan dengan kurang ajarnya cowok itu kembali berbaring.

Pletak!

Buk! Buk!

"Sakit pe'a!" Willy meringis sambil mengusap-usap bekas pukulan Nata di beberapa bagian tubuhnya. Cowok itu menggeram kesal, refleks terduduk dan mendesis-desis menatap Nata marah.

Nata balas menatap tajam Willy yang mulai menggerutu. "Dia siapanya Gery?"

"Mana gue tau." Balasan asal-asalan yang Willy ucap membuat emosi Nata naik kembali. Pletak!

"Ahrgg! Iya. Iya. Jadi cewek jangan kasar-kasar dong!" Ia menghela napas sesaat, memiringkan duduknya menghadap Nata seraya mulai bercerita. "Bisa dibilang dia mantannya Gery dua tahun lalu. Mereka berdua pisah tanpa kata putus. Gue gak ngerti bilangnya gimana. Tapi, intinya itu mereka pisah tanpa sebab dan gue gak tau kenapa. Buat yang lebih jelasnya lo tanya ke Gery langsung. Ngerti?" Setelahnya Nata mencerna pelan-pelan sepenggal cerita singkat dari Willy. Kalau pisah tanpa kata putus bisa saja kan suatu hari nanti Gery kembali pada Dina dan meninggalkannya. Oh tidak! Dan ia terperanjat dengan ekspresi tegang.

Willy melirik Nata setelah mendapati ekspresi tegang cewek itu yang menurutnya lucu, lalu ia tergelak lepas. "Ekspresi lo jangan tegang gitu dong." Kemudian ia merunduk dan mendekati Nata sambil berbisik di telinga cewek itu. "Gue belum siap, nanti aja kalau lo udah sah jadi jodoh gue. Kita bisa gituan di malam pertama." Dan memberi kedipan genit sebagai penutup.

Kening Nata mengernyit bingung mencerna kalimat ambigu Willy yang masih terkekeh-kekeh mesum di sampingnya. Wah, bisa-bisanya cowok itu mengatakan hal-hal mesum di saat sekelabat pikiran kalut kalau Gery akan meninggalkannya sedang berseliweran. Kurang ajar!

Bak! Buk! Bak! Buk!

Gedebak! Gedebuk!

"Ahrgg! Gery tolongin gue! cewek lo gila!!"

Dengan tergesa Gery yang baru saja tiba berlari mendekat dengan tangan menenteng bungkusan makanan, ia menjatuhkannya asal dan cepat-cepat melerai perkelahian antara Willy dan Nata dengan hasil Willy babak belur dan mengerang kesakitan. Sepertinya telah terjadi pertarungan sengit di sini, pikir Gery begitu. Ia meraih Nata ke dalam pelukannya lalu menjauhkan cewek itu dari Willy sambil mengusap-usap lengannya, menenangkan.

"Udah Nat, udah," ucap Gery. Nata hanya diam dengan bibir tertekuk ke bawah menatap nyalang Willy yang tampak asyik menghabiskan porsi batagornya dengan sesekali gerutuan sebab rasa sakit di beberapa bagian tubuhnya akibat ulah Nata. Cowok itu sepertinya belum jera, lihat lah sekarang ia menatap lucu Nata dengan seringaian menggoda. Benar-benar minta didorong ke jurang.

Dengan emosi yang kembali meluap Nata bangkit berdiri seraya menunjuk-nunjuk Willy dan berseru. "Awas lo ya!!" Namun, usahanya gagal. Gery lebih dulu berdiri dan semakin menyeretnya menjauh dari eksistensi Willy, setidaknya dua puluh meter cukup.

Gery tampak bingung, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu menangkup wajah Nata. Menatap lekat ke dua manik mata Nata dengan tatapan bingung. "Kenapa Nat? Kamu diapain sama Willy?"

Nata merutuk kesal dalam pikirannya. Sebenarnya ia memukuli Willy sepenuhnya bukan karna perkataan mesum cowok itu. Tapi, lebih ke bagaimana bila nanti Gery pergi meninggalkannya karna Dina sudah kembali. Dan karna saking frustasinya memikirkan hal itu ia meluapkan emosi pada Willy dengan memukuli nya. Semoga saja Willy tidak merajuk padanya nanti. Semoga.

"Nat." Ia sedikit tersentak sebab termenung dan lupa menjawab pertanyaan Gery tadi. "Gak papa kok." Dan akhirnya ia hanya bisa memasang senyum palsu dan bersikap tak ada apa-apa meskipun di dalam benak ia sudah frustasi setengah mati.

"Yakin?" Oke, sepertinya Gery belum cukup mengerti maksud dari perkataannya.

"Iya aku gak apa-apa kok. Tadi itu cuman iseng sama Willy." Terkekeh kecil dan tetap memasang senyum.

Cepat-cepat Nata merebut bungkusan makanan yang dibawa Gery dan memeriksa isinya. "Aku laper. Kita makan dulu yuk!" Ia hanya berharap Gery tak menanyakan pertanyaan yang sama, mengalihkan perhatian cowok itu sepertinya ide yang bagus sekarang. Sebab kalau pertanyaan itu kembali terlontar dari bibir Gery, ia mungkin tak akan bisa berbohong dan mengelak lagi.

"Oke, kita makan." Akhirnya ia bisa bernapas lega, sebab Gery menurutinya meskipun ia tahu banyak pertanyaan yang ingin cowok itu lontarkan untuknya.

***

Gee or Zee [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang