[50] Untuk Nata

641 43 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

"Ayo pulang!"

"Nata pulang sama gue."

"Apa lo? Enak aja, Nata pulang sama gue!"

"Gue!"

"Gue!"

"Gue!"

"Gue!"

"Stop! Yaelah nih bocah berdua hobi banget adu bacot. Nata pulang sama gue! Gue abangnya, ngerti lo pada!" Genta menyela galak. Cowok itu merangkul paksa Fauzan dan Gery lalu berujar. "Belum puas lo berdua cuci motor, hm?" Dan ke duanya sama-sama mengangkat tangan tanda menyerah.

Nata terpaksa menunggu hujan reda agar bisa pulang, Genta pergi ke kelasnya sendiri untuk mengambil tas dan badai semakin menjadi, tempias hujan mulai menyentuh kaca-kaca jendela kelas. Koridor lantai dua tidak ada satupun celah yang kering, semuanya basah. Tapi, tunggu. Pintu kelas bagian sisi kiri Nata menampilkan bulir-bulir air hujan. Namun, ia sama sekali tak merasa tempias hujan mengenai tubuhnya.

"Masuk gih, jangan berdiri di sini. Dingin," ujar Gery lembut yang sedari tadi berdiri di depan Nata, melindungi cewek itu dari tempias hujan.

***

Fauzan mencibir, baginya Gery norak sekali sungguh. Benar-benar memuakkan! Ia berseru sebal. "Norak!" Lalu melangkah cepat, menarik Nata masuk ke dalam kelas kemudian memakaikan jaket miliknya pada Nata. "Nah kalo gini kamu gak dingin lagi." Ia tersenyum, merapatkan resleting jaket lalu menuntun Nata duduk di salah satu kursi.

"Apaan lo!" Sentak Gery tak suka. Ia mendorong Fauzan menjauh lalu menarik salah satu kursi dan duduk di samping Nata.

"Jangan deket-deket Nata gue!" seru Fauzan lalu ikut duduk di samping cewek itu.

Gery melotot murka. "Nata punya gue, ya! Catat di otak lo! Statusnya masih pacar gue. PACAR GUE!"

Fauzan mendengus ia menutup sebelah telinga Nata yang ada di sisi Gery lalu dengan acuh ia berucap. "Jangan dengerin yang di sebelah kamu, ya. Bacot terus, berisik."

Nata tergelak lepas. "Bang Genta liat deh, mereka berdua lucu," ucapnya saat Genta sudah berdiri di depan kelas, lalu mencubit gemas pipi Fauzan dan Gery. "Aku mau keduanya."

"Adek, gak boleh rakus loh, ya." Genta menggeleng tegas mengingatkan lalu kembali asik memainkan game di ponselnya. Hujan belum juga reda.

"Tapi, aku sayang keduanya."

"Adek jangan bandel."

Nata cemberut, menopang dagu saraya melirik Fauzan dan Gery bergantian. "Kok kalian diem?"

"Aku gak mau diduain!" rajuk Gery.

"Aku gak mau jadi yang ke dua!" rajuk Fauzan tak mau kalah. Ke dua cowok itu serempak bersedekap dan memalingkan wajah dari Nata.

"Yah, kok ngambek sih." Nata merengek, menusuk-nusuk lengan keduanya agar berhenti merajuk. "Ih jangan diem aja. Ngomong kek, apa kek."

Gery berdecak pelan lalu bangkit berdiri. "Aku mau kamu pilih aku atau dia!" serunya seraya menunjuk Fauzan. Nata menghela napas pelan, ia menunduk sesaat lalu mendongak menatap Gery yang balas menatapnya lekat. Kemudian ia meringis, mendapati Fauzan juga menatapnya tak kalah lekat.

Ia meremas ujung roknya. Menggigit bibir bawahnya kuat. Sungguh ia tak menyangka akan diberi pertanyaan langsung seperti ini. Ia jadi takut setengah mati, melihat bagaimana lekatnya ke dua cowok itu menatapnya penuh harap menunggu jawaban.

Gee or Zee [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang